Dalam kobaran api unggun, siang hari yang singkat telah berlalu, malam tiba.
Berdiri di kejauhan Kota Gu Zhi, Bai Shuo diam-diam mengamati kota mati yang sunyi sepi di ujung pandang.
Di belakangnya, ribuan orang membawa senjata dan obor, menembus lapisan-lapisan rintangan, berkumpul dengan tekad mati untuk maju ke Kota Gu Zhi.
Hari pertempuran penentu semakin mendekat.
Di tenda komando utama pasukan gabungan, setiap keit (15 menit) ada penasihat yang membawa dokumen keluar-masuk, perintah demi perintah terus dikeluarkan.
Di bawah rencana kelompok penasihat yang dipimpin Zhuge Liang, jendral perang dan prajurit dari segala penjuru digabungkan secara teratur, perlahan menyatu dalam kesatuan tanpa sekat.
Semua orang menunggu kedatangan hari esok dengan perasaan cemas atau semangat sepuluh ribu zhang.
Saat itu tiba, mereka akan menentukan akhir cerita dengan tangan sendiri. Entah bertahan hidup atau kematian, tak akan ada penyesalan.
Chen Jingmo yang hatinya diliputi kesenduan tidak ikut serta dalam strategi dan urusan perang ini. Ia duduk sendirian di atas batu di luar tenda, menatap jam tangannya yang kosong dari energi. Kolom pesan yang putih bersih tak berisi satu huruf pun.
Ia hanya ingin berbicara dengan Bai Shuo, tapi bingung harus memulai dari mana.
‘Di mana kamu?’
Setelah menulis, Chen Jingmo mengerutkan kening. Koordinat Bai Shuo jelas terlihat di jam tangannya, pertanyaan ini tak perlu diajukan.
Dengan cepat ia menghapus barisan kata itu, lalu menulis: ‘Sangat membosankan...’
Namun setelah berpikir keras sekian lama, ia kembali menghapus kalimat tersebut. Akhirnya dengan geram, Chen Jingmo mengetik: ‘Sedang apa kamu?’
Menyangga dagunya, ia termenung: Meski agak tiba-tiba, tapi pasti dia tidak akan mempermasalahkannya.
Sebelum sempat mengirim pesan, notifikasi dari Bai Shuo justru lebih dulu tiba.
‘Si Bai Shuo yang kerja lembur di tengah malam lewat... Jagoan wanita juga tidak bisa tidur?’
Memandangi tulisan yang muncul di layar, Chen Jingmo terkekeh pelan dan membalas: "Iya."
Tak lama kemudian balasan Bai Shuo datang: "Sebuah kata 'iya' terasa kurang tulus."
Chen Jingmo menutup bibirnya, bahunya bergetar, mengirim pesan dengan senyuman: "Karena aku sangat bosan, tidak tahu harus melakukan apa. Bagaimana denganmu?"
"Bekerja, ditarik Taigong Wang dan Zuo Ci untuk lembur tengah malam. Taigong Wang yang sok ajaib sih tidak apa, tapi aku tidak tahan dengan Guru yang usianya cukup jadi kakekku ini setiap hari 'hamba' ke sini, 'hamba' ke sana!"
"Harus menghormati orang tua."
Bai Shuo: "Baiklah, besok harus melawan BOSS, malam sebelumnya masih begadang, benar-benar ingin mogok kerja."
"Kedengarannya aneh, perlu aku bantu?"
Bai Shuo membalas dengan nada menantang: "Tidak usah, pekerjaan teknologi tinggi yang rumit ini tidak bisa kamu lakukan."
Chen Jingmo mengerutkan hidungnya, membalas tanpa ampun: "Matilah."
"Oke, kamu juga tidur lebih awal."
Di tengah gunung yang naik-turun, Bai Shuo tersenyum meletakkan pergelangan tangannya, lalu bersama Taigong Wang dan Zuo Ci memindahkan aliran energi bumi.
Malam, berlalu tanpa terasa.
Saat fajar hampir tiba, Bai Shuo, Taigong Wang dan Zuo Ci berdiri di padang gurun. Di bawah kaki mereka terletak node terakhir dari aliran energi bumi.
Begitu diputus, pasokan kekuatan aliran energi bumi Gu Zhicheng akan terputus total, menghilangkan sebagian besar keuntungan geografisnya!
Saat sinar pertama fajar hendak menyingsing di cakrawala, Bai Shuo di padang gurun menggeram: "Sekarang!"
Tangannya tiba-tiba menyatu, saat membuka kembali di telapak tangan kanan telah muncul pisau cahaya yang melakukan tarikan dan embusan.
Tiba-tiba membungkukkan badan, Bai Shuo menepukkan telapak tangannya ke Bumi.
Dalam dentingan halus, pisau cahaya dengan mudah menusuk ke dalam tanah, gema dalam terdengar dari kedalaman Bumi.
Di bawah telapak tangan Bai Shuo, aliran cahaya berkumpul membentuk tombak tanpa ujung yang terus menusuk ke bawah.
Berputar, menyerang duri, memanjang tak terbatas ke bawah Bumi, akhirnya menusuk sesuatu.
Di telinga ketiganya tiba-tiba bergema lolongan mencekam, bagaikan ratapan naga sebelum mati.
"Berhasil!" Zuo Ci menyebarkan jimat-jimat yang mengarahkan aliran energi bumi yang mengamuk setelah diputus dan tertusuk untuk berkumpul ke arah yang ditentukan.
Akhirnya, semua energi geomansi bumi terkonsentrasi pada altar tinggi yang dibangun secara maraton semalaman.
Altar sebesar gunung kecil itu mengeluarkan suara dahsyat seperti langit pecah, mantra bertingkat di permukaannya memancarkan cahaya megah.
Zuo Ci tersenyum girang memandang altar: "Altar Naga-Harimau Misterius ini hasil jerih payah seumur hidupku, turunan dari Kitab Surgawi!"
Tak hanya meningkatkan kekuatan mantranya, tapi juga memanfaatkan aliran energi bumi untuk memberkati pasukan gabungan dengan serangkaian sihir yang melipatgandakan kekuatan tempur mereka.
Di bawah pasokan energi bumi yang tak terbatas, meski yang diterima setiap orang sudah sedikit, itu cukup untuk memperpanjang durasi manifestasi Hunwu banyak jendral perang!
Ekspresi muram Taigong Wang akhirnya menghilang. Dengan senyum langka, ia mengangkat tangan dan memancarkan cahaya menyilaukan bagai mentari ke langit.
Sinyal untuk serangan total akhirnya dikirimkan!
Di luar formasi utama pasukan gabungan, para jendral dan prajurit yang telah lama menunggu menyaksikan pancaran cahaya yang menembus cakrawala.
Saat cahaya itu menyala, serentak senyum merekah di wajah mereka.
Teriakan bergelombang menggema, ribuan prajurit menyusun formasi lapisan rapi, bergerak maju menuju Kota Gu Zhi.
Di atas platform tinggi, Zhuge Liang akhirnya menunjukkan senyum lega.
Tujuh bagian tenaga manusia telah ia kerahkan, tiga bagian sisanya serahkan pada takdir surgawi.
Dengan mengayunkan kipas bulunya, ia berbisik lirih: "Wahai sekalian, demi prinsip abadi dalam hatimu, majulah!"
Di bawah langit suram, lautan prajurit pasukan gabungan mengangkat senjata, bergerak maju menuju Kota Guyu.
Derap kaki serentak mengguncang bumi, mengirimkan getaran yang tak terbendung.
Pekik perang yang menyobek langit menusuk keheningan Kota Gu Zhi yang mati suri.
Di pusat gravitasi Kota Gu Zhi, dalam kegelapan, seseorang tertawa.
“Inikah takdir? Yang disebut Jalan Surga!” Orochi tertawa lebar di kedalaman kegelapan, berteriak histeris: "Aku pernah melihat kalian, lima ribu tahun lalu, empat ribu tahun yang lalu... seribu tahun yang lampau!"
“Kapan pun, selalu ada yang berdiri di hadapanku, penuh niat jahat untuk membantaiku dan menantangku!” Orochi mengaum keras: "Bahkan ketika aku terpuruk sampai seperti ini, kalian tetap tak mau melepaskanku?!"
“Sungguh takdir yang luar biasa! Langit, kau memberiku takdir yang begitu memikat ini."
Kegelapan tiba-tiba menyebar dengan cepat, bayangan-bayangan ular yang berlapis-lapis menari-nari membuka mulut lebar, mengeluarkan desisan sunyi.
Orochi tersenyum dingin mengangkat sabit hitam 'Wu Jian' ke langit: "Hari ini, akan kuhancurkan takdir konyol ini di hadapanmu!"
Seperti ada yang membuka peti besi hitam penuh malapetaka, kegelapan pun memancar deras menyebar darinya, menodai langit, menelan Bumi.
Langit yang awalnya dipenuhi awan hitam pekat berubah cepat menjadi hitam murni, Bumi melepas diri lapis demi lapis aura kesepian, bagai jurang penguburan tulang-belulang.
Bayangan-bayangan raksasa samar melintas di langit hitam pekat bagai tinta, seolah di balik awan hitam itu tersimpan binatang-binatang iblis mengerikan tak terhitung.
Tanah yang dipenuhi tulang putih tiba-tiba gemetar gelisah, setiap orang melihat dengan getar ketakutan ke debu-debu yang berloncatan di bawah kaki mereka.
Dari kedalaman Bumi terdengar suara Boom yang mencemaskan, di tengah gemuruh yang terus berulang, tanah hitam pekat merekah membentuk celah-celah dalam.
Gempa dahsyat menghancurkan formasi pasukan gabungan, Bumi bagai banteng liar yang bangkit menggeliat garang, dengan keganasan luar biasa menerjang ke segala penjuru.
Beberapa area tiba-tiba membentuk bukit rendah, sementara yang lain berubah menjadi jurang tak berdasar!
Dunia seolah dimasukkan ke kotak tertutup, terus-menerus terguncang dan terhempas. Maka Bumi pun hancur, langit membara bagai darah.
Dengan kehangatan yang sanggup mengubah segalanya menjadi abu, lava merembes keluar dari retakan seperti mata air, menjalar di permukaan tanah sebelum akhirnya mengalir masuk ke parit pertahanan kosong Kota Gu Zhi.
Saat perubahan aneh akhirnya berhenti, Kota Gu Zhi yang tetap kokoh selama gempa memperlihatkan sudut-sudut tajam yang mengerikan.
Bagai monster yang menyunggingkan senyum dingin, meriam besi perlahan muncul dari balik tembok kota raksasa, dalam kabut panas lava yang membuatnya mirip neraka.
Sumber energi sihir yang susah payah dibangun Taigong Wang dan Zuo Ci dengan memutus aliran energi bumi dan mencari poros alternatif, ikut sirna dalam bencana langit runtuh bumi terbelah.
Altar di atasnya merekah membentuk retakan besar mengikuti getaran Bumi, kehilangan seluruh kekuatannya.
Sejumlah besar energi bumi memancar keluar dari retakan, namun diserap oleh bayangan ular yang bergeliat di kedalaman awan hitam.
Usaha bertahun-tahun yang dirancang matang, dalam sekejap musnah menjadi sia-sia.
Wajah Taigong Wang pucat pasi, cambuk petir di tangannya berkilat-kilat:"Orochi!!!"
"Benar seperti dugaan..." Bai Shuo melangkah dari belakang mereka, tetap tenang menghadapi keganasan Orochi: "Jika pasukan sudah sampai di gerbang kota, maka seranglah dengan keras."
"Jingmo, kau di mana?" Katanya ke saluran komunikasi: "Ottolia, cucu tertua, karena ini sudah babak final melawan BOSS, tak perlu lagi menahan diri."
Ia memutar lehernya, menatap bayangan ular raksasa yang bergerak-gerak di balik awan gelap: "Bagaimanapun, misi Persatuan Kekuatan sampai di sini kita tak bisa lagi memberikan pengaruh apa pun."
"Selanjutnya, mereka punya misi sendiri untuk diselesaikan."
Ia melihat konten tugas di pergelangan tangan, tersenyum: "Kita juga harus menyelesaikan tugas kita."
※※※
"Memang pantas disebut Ular Iblis."
Di atas tanah yang retak, Zhang Fei yang menggendong Tombak Ular menunjukkan ekspresi kagum: "Bisa bertarung lagi dengan musuh kuat seperti ini, darah gua langsung mendidih!"
Guan Yu yang membawa pisau besar membelai janggutnya, tanpa rasa takut: "Benar adanya."
Dalam keributan yang kacau, Liu Bei yang menunggang kuda berteriak keras: "Saudara-saudara, Ular Iblis mungkin kuat, tapi bukan berarti tak bisa dikalahkan!"
“Meskipun mungkin kalian tidak tertarik dengan Jalan 'Kebajikan'ku.” Menghadapi ribuan pandangan yang mengarah padanya, wajahnya tetap tenang, berteriak dengan penuh semangat: “Tapi aku yakin, Ular Iblis yang tidak memahami 'Kebajikan' dan 'kepercayaan' tidak akan pernah bisa menguasai dunia ini!”
“Haha, bocah, bagian pertama memang tidak jelas, tapi bagian kedua sangat kusukai!” Sun Jian menggendong pisau besar sambil menerobos kerumunan pasukan, tertawa lebar: “Di mana bocah muda dari keluarga Sun? Pemimpin kalian ada di sini!”
Sun Jian tertawa terbahak-bahak sambil menyerbu ke arah kota siluman itu: “Adakah yang mau ikut bersamaku memberi tahu Orochi bahwa Harimau Jiangdong telah bangkit kembali!”
Sun Ce, Sun Quan, Zhou Yu... Siluet mereka satu per satu muncul di tengah pasukan kacau-balau, tertawa sambil menyerbu Kota Gu Zhi.
Sebuah tim yang tetap terorganisir terus mengikuti di belakang garis mereka, melesat maju bersama.
Dengan semangat berapi-api yang membakar dada, para jendral perang yang menyandang gelar 'tanpa tanding' mulai melancarkan serangan balik!
