Di kedalaman istana megah, Kaisar Pertama mengumumkan dengan dingin di tengah Kebencian dan energi kematian yang tak berujung: "Pengkhianat tak berarti! Hancur lebur lah!"
Sementara di jurang tak berdasar di atas Bumi, energi dewa kegelapan menyembur dahsyat menghantam Bai Shuo, suara serak Orochi bergema antara langit dan Bumi: "Aku Sang Penghancur Dunia! Aku Ular Akhir Zaman!"
"Bicara kosong buat apa, kalau jagoan beneran bunuh Laozi dulu!"
Bai Shuo menahan dengan gigih istana berat yang hampir runtuh, kakinya menutup rapat jurang yang memuntahkan energi dewa kegelapan.
Suara seperti logam bergesek keluar dari tenggorokan raksasa bercahaya: "Laozi nggak bakal mati, kalianlah yang akan tewas!"
Bai Shuo kembali merasakan aroma kematian yang sudah lama tak dirasakan, tapi hanya bisa menatap kehancuran itu perlahan mendekat.
Depresi dan amarah di hatinya membuatnya ingin mencincang seluruh dunia, saat itu terdengar suara serak yang familiar.
Seperti pria paruh baya yang sedang mengorek upil sambil tertawa heroik, mengacungkan jempol dengan postur penuh semangat berapi-api:
"Segala reaksioner, cuma macan kertas!"
Pada seketika itu, cahaya meteor seakan melesat ke atas melawan alur waktu dari permukaan Bumi.
Di antara langit dan Bumi, kecil bagai debu tak berarti namun bersinar seperti nyala api.
Api yang membakar melesat cepat dari kota gelap menuju langit.
Sun Wukong yang membakar jiwa dan raga, tubuhnya terus mengelupas retak, terbang melawan tekanan angin tak berujung ke angkasa. Senyumnya bagai ikut terbakar, menyilaukan mata.
Niat membunuh hitam bagai ombak lautan terus menyebar dari cangkangnya. Setelah dimurnikan hingga puncak, menyatu dengan api seolah seluruh niat membunuh dunia berkumpul di sini.
Langit menggerakkan niat membunuh, bintang-bintang bergeser; Bumi menggerakkan niat membunuh, naga-ular bangkit; Manusia menggerakkan niat membunuh, langit-Bumi terbalik!
Seluruh dunia memancarkan aura membunuh yang serius, menjatuhkan Istana Epang ke jurang tempat ular berkepala sembilan bergerak!
Langit dan Bumi menyatu menjadi keinginan planet dan dunia, menuangkan niat membunuh tak berujung ke dalam cangkang Sun Wukong.
Maka cahaya bintang yang membunuh berubah menjadi sinar dingin Bintang Tujuh Hokuto; Qi gunung yang murni menyatu dengan api dan tubuh Sun Wukong, menghempaskan 'Qi' bagai ombak lautan ke segala arah; Akhirnya, niat membunuh manusia adalah gelombang getaran niat membunuh Sun Wukong!
Gelombang Niat Membunuh hitam murni meresap dari cangkangnya, meninggalkan jejak Mo Hen yang tajam seperti pedang di antara langit dan Bumi.
Seolah dewa di awan memegang kuas raksasa, menuliskan luka hitam pekat penuh nuansa membunuh yang serius di dunia dengan tinta niat membunuh.
"Belum cukup! Belum cukup!"
Berdiri tegak di langit, api merah menyemburat dari tubuh Sun Wukong memancarkan cahaya menyilaukan, meneriakkan keinginan yang kejam dan penuh keganasan: "Lebih! Masih perlu lebih!"
Seperti orang tak rela mati yang mendengar teriakan kerasnya, melemparkan seluruh miliknya ke langit.
Petir berkelok-kelok muncul dari bawah Bumi, kilatan kecil listrik melintasi jarak yang jauh seketika, menyatu dengan apinya. Ledakan menggelegar di kedalaman jiwa dan daging darahnya, hancur berkeping-keping lalu sepenuhnya menyatu dengan jiwa, membuat apinya tiba-tiba memiliki tiga bagian kewibawaan dewa.
Esensi energi dewa Dewa Penghancur, sisa terakhir Susanoo, semuanya untukmu!
Setelah jeda singkat, cahaya api merah darah tiba-tiba lenyap, digantikan lingkaran cahaya yang seolah ingin menghancurkan semua yang terhisap ke dalamnya!
Tertawa parau tiba-tiba bergema dari kegelapan: "Haha... Inikah niat membunuh sejati?! Sungguh dahsyat..."
Di antara langit dan bumi yang gelap, Sun Wukong merasakan kekuatan tak terbatas dalam cangkang yang hancur, tertawa lebar dengan heroik: "Kekuatan selevel ini sudah cukup untuk menggunakan jurus itu!"
Dari cangkang yang tak utuh tubuhnya tiba-tiba memancarkan jejak aura mengerikan seperti ribuan ton bahan peledak yang akan dinyalakan. Seluruh tubuh Sun Wukong tenggelam dalam tingkatan tertinggi niat membunuh, Gelombang Niat Membunuh sehitam tinta berubah menjadi ombak lautan tak berujung yang menyapu sekeliling.
Di kedalaman paling gelap niat membunuh, di bahu Sun Wukong yang tak utuh tiba-tiba muncul sepasang lengan baru!
Bagai tangan iblis yang terbentuk dari mimpi buruk gelap gulita, perlahan mengepal, kegelapan di belakang Sun Wukong bergolak seperti darah mendidih.
Satu pasang! Dua pasang! Tiga pasang! Empat pasang!
Saat Sun Wukong melangkah di atas Gelombang Niat Membunuh sehitam tinta yang muncul di langit, delapan tangan kehendak yang terkristalisasi dari niat membunuh menjulur dari tulang belikatnya.
Mistis dan mengerikan, bagaikan Raja Terang Pelindung Dharma yang merayap dari kolam darah dalam sekte Tantra!
Menginjak ombak niat membunuh tak berujung, otot-otot Sun Wukong seketika mengeras. Rambut merah darah dan janggutnya berdiri seperti jarum, penampilannya mengerikan dan menakutkan bagai Raja Iblis perusak dunia.
Geram tertekan menyebar dari tenggorokannya, bagai pertanda kehancuran yang akan datang:
"Menghancurkan langit dan bumi..."
Pada saat itu, cahaya bintang Biduk yang tak terhingga, keganasan luar biasa dari Qi pendekar, serta Gelombang Niat Membunuh yang membawa kehancuran—semuanya tersedot seperti menghadapi lubang hitam, terhisap ke dalam cangkang Sun Wukong.
Sementara itu, kekuatan mengerikan yang membuat Kaisar Pertama dan Orochi sama-sama gemetar ketakutan perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kemunculannya.
Dunia seakan berhenti berputar di bawah tekanan niat membunuh yang mencekam ini!
Dengan seluruh kekuatan membantu Bai Shuo menyelaraskan gelombang jiwa dan mempertahankan eksistensi raksasa cahaya, Chen Jingmo menyempatkan memperhatikan kondisi Sun Wukong, tak kuasa menahan diri berseru: "Ini adalah teknik Shen Haogui yang..."
Ucapannya terpotong oleh auman rendah Sun Wukong yang seakan menyatukan teriakan kemarahan seluruh dunia:
"...DAI! SHA! YAN!"
Bagai darah segar mengotori seluruh dunia dengan warna merah, api ungu menyapu Istana Epang yang megah dalam keheningan, dibarengi kilatan cahaya merah darah.
Pada detik itu, semua orang tak mampu membuka mata di bawah kemilau niat membunuh yang memukau. Dalam keheningan, seolah semua suara telah dibunuh oleh niat membunuh.
Saat cahaya pudar, segalanya lenyap seperti bayangan ilusi—seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Hingga gemuruh batu raksasa pecah memecah kesunyian, berasal dari kota bayangan yang menutupi Bumi.
Di atas Istana Epang yang megah, perlahan menganga sebuah celah yang tak bisa diabaikan; seketika, retakan seperti jaring laba-laba menyebar dari dinding hitam pekat itu.
Retakan jaring laba-laba berlapis-lapis terus menyebar tanpa henti, mengeluarkan suara gemerincing yang beruntun, seperti ribuan piring giok yang terus-menerus pecah berkeping-keping.
Di kedalaman istana, teriakan keras bergema bersama ratapan kesedihan pasukan hantu tak terhitung. Istana Hitam A Fang yang semula benteng kokoh yang tak tergoyahkan berubah menjadi vas keramik penuh retakan.
Akhirnya, hancur lebur total!
Keruntuhan yang tak terbendung dimulai. Batu bata, tembok, istana...
Istana yang memproyeksikan bayangan menakutkan di atas Bumi kini rapuh bagai benteng debu yang tertumpuk.
Tiupan angin sepoi-sepoi datang. Dalam gemerisik suara, berubah menjadi debu tak terhitung yang terbang ke angkasa.
Istana A Fang yang sebanding dengan kota megah kini berubah menjadi debu dan pecahan batu tak terhitung. Reruntuhan dan mayat berjatuhan dari langit.
Dengan mudah tersapu lautan cahaya, terbang tertiup ribuan li ke kejauhan.
Melayang di angkasa, Sun Wukong menengadah melihat celah besar di awan suram. Sinar matahari cerah yang langka menembus celah awan, menyinari wajahnya.
Dalam desisan dari dalam cangkang tubuh, retakan halus menyebar dari dadanya. Serpihan halus terus mengelupas dari tubuhnya.
Pembakaran total yang menguras segala tenaga akhirnya akan berakhir.
Sun Wukong tersenyum acuh tak acuh, mengangkat kepala memandangi rupa hangat yang menyinari tubuhnya. Tangannya tak kuasa menahan diri untuk meraih sensasi kehangatan langka ini.
"Ini... cahaya..." bisiknya pelan.
Sinar matahari yang mengalir bagai air menyinari telapak tangannya. Pecahan seperti debu terus terkelupas dari telapak tangan yang retak.
Dalam tiupan angin sepoi-sepoi, tubuhnya perlahan berubah menjadi debu beterbangan, sirna perlahan dalam cahaya.
Di bawah sorotan cahaya, matanya menyipit menikmati kesunyian terakhir.
Dalam ilusi lamunan, seakan ia melihat ujung gaun putih murni melayang di depan mata. Tangannya refleks meraih untuk menyentuh.
Seolah kembali ke masa lalu yang panjang, di sore hari diterangi sinar matahari, pria paruh baya berjanggut melempar bola kecil dari tangannya.
Gadis kecil dengan tatapan murni tertawa melihat bola menggelinding, lalu berlari mengejar arah bola. Saat berbalik, ujung baju putihnya berkibar.
"Jangan pergi... Youxi..."
Pria paruh baya yang perlahan sirna itu mengulurkan tangannya dengan susah payah, namun seakan semakin menjauh dari segala ini, lenyap tanpa suara di antara langit dan Bumi.
Seperti uap air yang mengembun, awan membentuk butiran air yang jatuh sunyi dari udara, meresap ke dalam pasir.
Sun Wukong, membakar habis.
※※※
Raksasa cahaya berusaha mengulurkan tangan untuk menangkap debu yang diterbangkan angin tornado, namun akhirnya tak memperoleh apa-apa.
Bai Shuo menekan duka dan kesedihan di hatinya, mengeluarkan suara parau: "Cucu tertua..."
Tulisan mantra barrier Garbhadhatu Mandala akhirnya mencapai batas maksimal, retakan demi retakan mulai hancur dan padam.
Raksasa cahaya perlahan sirna, sementara Bai Shuo jatuh ke tanah dari gumpalan cahaya.
Ia mencabut mata pisau Ame-no-Murakumo dari tanah, lima jari yang mencengkeram gagang pisau mengeluarkan suara yang aneh.
Bai Shuo menunduk, menyaksikan sinar matahari yang perlahan menghilang dari dunia suram ini seiring menyebarnya awan kelam.
Kegarangan di hatinya hampir membuatnya mengamuk.
Tak pernah terbayangkan olehnya, paman yang selalu tertawa heroik setiap hari itu benar-benar telah mati.
Hanya selangkah lagi, ia bisa meraih kartu alur cerita tingkat S terakhir dengan tangan sendiri, mewujudkan mimpi terbesar hidupnya.
Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba, membuatnya panik dan marah hingga ingin mengamuk.
"Sialan... kau benar-benar sialan..." suara parau keluar dari tenggorokannya, ia mengangkat kepala perlahan, tatapan dinginnya mengunci titik cahaya ungu di kejauhan.
Di padang liar di luar Kota Gu Zhicheng.
Jubah hitam Kaisar Pertama yang lolos dari kota yang hancur telah robek separuh, tubuhnya menderita cedera serius.
Meskipun dilindungi oleh lapisan hantu dan istana, momentum terakhir Sun Wukong membuatnya berada di tepi cedera serius.
Sisa-sisa hantu, ahli strategi, dan binatang iblis yang berubah menjadi formasi lapisan gelap gulita mengelilinginya. Walau yang tersisa kurang dari sepersepuluh kekuatan awal, tetap merupakan aliran deras yang mampu menenggelamkan Gu Zhicheng.
"Haha! Haha! Hahahaha!" Kaisar Pertama yang renta tiba-tiba tertawa parau dan melengking, menatap siluet yang perlahan sirna sambil tertawa lebar penuh kelegaan dan kebencian: "Dia mati... mati... pengkhianat receh! Timpang seperti orien..."
Suaranya terputus tiba-tiba. Cahaya kedinginan menempuh jarak yang jauh, menancap di dadanya.
