Saat Bai Shuo menyerahkan Kacang Xian kepada Merlin, Merlin dengan sangat hati-hati meletakkannya di keranjang belanja khusus yang sudah disiapkan untuk menyimpan item berharga.
“Area Item Spesial dan Area Item Perlengkapan akan segera dibuka, Tuan Bai dan kalian harus bersiap.” Merlin berkata dengan suara rendah penuh perhatian: "Aku akan terus menjaga Ritual Lingkaran di sini sampai akhir. Jika menghadapi musuh kuat, silakan nyalakan lambang Batalyon di atas kepala, kami akan memberikan dukungan panas."
“Baik.”
“Dan…” Merlin berbicara dengan wajah serius: “Tiga belas menit lagi, rune akan mulai dijual. Di antara Rune Emas kali ini, sangat mungkin muncul ‘Rune Nyawa’ yang paling berharga, harap diperhatikan.
Menurut firasatku, dari tiga Rune Emas Tingkat Mahkota kali ini setidaknya akan muncul satu ‘Rune Nyawa’. Jika memungkinkan, usahakan untuk mendapatkannya, kami akan memberikan dukungan dengan membayar harga apapun.”
“Rune Nyawa…” Bai Shuo terguncang oleh kabar ini: “Jika demikian, aku dan anggota timku akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk merebutnya, tenang saja.”
Sebagai anggota utama 【Cross】 dalam kompetisi perebutan rune ini, tugas terpenting adalah membantu 【Cross】 menaklukkan item-item langka tingkat berharga tersebut.
Sun Wukong telah berhasil merebut banyak ramuan berharga dengan kecepatan, reaksi, dan delapan lengannya. Sementara Bai Shuo dengan bantuan Youxi juga berhasil memperoleh hak kepemilikan ‘Kacang Dewa’.
Setelah mendengar kabar ini, Bai Shuo sudah tidak lagi berharap situasi selanjutnya bisa stabil.
Apakah dewa utama sengaja ingin membuat situasi kacau? Rune kali ini bahkan mengandung ‘Rune Nyawa’ yang sangat langka bahkan di antara Rune Emas sekalipun!
Mungkin sebagian besar Prajurit Samsara akan mulai menunjukkan kegilaan?
Jika harus memilih tiga hal terpenting bagi Prajurit Samsara, maka 'cinta' dan 'keadilan' pasti akan terlempar ratusan peringkat ke belakang.
Yang terpenting bagi Prajurit Samsara adalah 'poin hadiah', 'kartu alur cerita', dan 'rune'!
Kartu alur cerita dalam situasi tertentu setara dengan hak akses dan pembuktian, sementara pentingnya poin hadiah bagi Prajurit Samsara tidak kalah dari ketergantungan orang biasa pada mata uang.
Tanpa uang, tidak ada makanan; tanpa poin hadiah, tidak ada penguatan, item, darah, atau data yang bisa ditukar; jika benar-benar tidak punya poin hadiah, maka sehari-hari pun tidak akan makan - Index adalah contoh nyata hidup untuk ini.
Sedangkan 'rune' terakhir, bagi Prajurit Samsara, hubungannya seperti permainan The Elder Scrolls dan MOD-nya.
Tidak ada MOD gadis cantik, tidak ada MOD fasilitas, buat apa main...
Perumpamaan ini mungkin kurang tepat, mari kita ganti dengan cara lain.
Jika Prajurit Samsara adalah senjata, maka rune bagi mereka adalah lensa bidik, peredam suara, berbagai peluru khusus.
Rune sendiri merepresentasikan skill dengan struktur lengkap, seperti 'api naga', 'Kerakusan', 'Sumber Bencana' dan rune lainnya yang pernah diperoleh Bai Shuo.
Bai Shuo pernah menghancurkan dan menyerap semua rune miliknya sekaligus, dengan bantuan 'relic suci' dan pecahan tak dikenal, menentukan bentuk awal Fu Dewa yang terkondensasi, meletakkan dasar untuk maju ke tingkatan setengah dewa.
Jika bukan karena mereka, Bai Shuo mungkin sudah lama tersesat dalam lumpur hitam 'segala kejahatan dunia ini' yang tak berdasar.
Rune merepresentasikan materialisasi dari suatu kemampuan.
Setiap skill dan kemampuan yang telah mencapai tingkat kesempurnaan, dapat mematerialisasikan rune.
Seperti 'Vajra' dan 'energi dewa' Bai Shuo saat ini, setelah terobosan dalam 《Sutra Buddha tentang Biksu Penggeser Gunung》, telah memenuhi kualifikasi untuk mengkristalisasikan kartu rune.
Kapanpun Bai Shuo menghendaki, ia dapat mengubahnya menjadi rune yang dikuliti dari tubuhnya untuk diberikan ke orang lain.
Tentu harga yang harus dibayar adalah kehilangan skill tersebut dan harus mempelajarinya dari awal. Sebagai fondasi awal Bai Shuo, tentu ini sama sekali tidak bisa dilakukan.
Dari rune Perunggu paling dasar hingga rune Emas lengkap, semuanya adalah evolusi yang diwariskan secara turun-temurun; Hingga akhirnya, melalui transformasi Prajurit Samsara, puluhan rune yang selaras dapat digabungkan paksa, membuang bagian yang tidak diperlukan, lalu menyatukannya dengan 'rune diri' yang terkristalisasi dari relung jiwa terdalam melalui keinginannya sendiri - inilah jalan menuju 'Fu Dewa'.
Yang disebut 'rune diri' adalah sebutan lain untuk 'rune kehidupan', merepresentasikan diri sang pengguna.
Jika 'Origin' di dunia Tipe-Moon merepresentasikan masa lalu tentang dari mana seseorang berasal, maka 'rune kehidupan' adalah sublimasi diri yang mengekstrak sikap baru, menentukan fondasi perkembangan masa depan.
‘Rune Nasib’ bergantung pada ‘Diri’, setelah ‘Diri’ mati akan tercerai-berai, tidak lagi memiliki sikap seperti dahulu, bagaikan mesin utuh yang hancur, hanya menyisakan dua tiga pecahan yang masih memiliki fungsi lengkap.
Jika pecahan-pecahan ini masih memiliki sebagian fungsi dan mampu termanifestasikan, mereka akan berubah menjadi ‘Rune’ yang paling umum.
Inilah Rune, kristalisasi dari perpanjangan jiwa dan kekuatan diri.
Namun terkadang, sering muncul kebetulan-kebetulan langka yang sangat sulit didapat.
Beberapa Rune Emas yang beruntung berevolusi kembali secara kebetulan, melengkapi kekurangannya, memulihkan sikap masa kejayaan dan rupa aslinya.
Maka terciptalah ‘Rune Nasib’ tanpa ‘Diri’ namun memiliki bentuk keajaiban!
Asal-usul ‘Rune Nasib’ ini tak lain adalah para petarung pemberani legendaris yang pernah mengguncang angin dan awan.
Petarung yang mampu membuat ‘Rune’ berevolusi menjadi ‘Rune Nasib’ setelah kematian, bahkan di antara Prajurit Samsara sekalipun, setara dengan setengah dewa.
Hanya mereka dengan keinginan, jiwa, dan kekuatan fisik yang mencapai level ini yang bisa membuat ‘reruntuhan’-nya kembali ke bentuk semula.
Setiap ‘Rune Nasib’ melambangkan kekuatan dan jiwa petarung ulung. Begitu diperoleh, yang lemah bisa melonjak seperti naga mendapatkan warisan lengkap sang petarung!
Tanpa perlu adaptasi atau latihan spiritual, langsung menerima kekuatan dan pengalaman bertarung dalam Rune Nasib, menjadi kuat dengan mudah... mana mungkin!
“Di dunia ini tidak ada makan siang gratis, di Ruang Dewa Utama tidak akan ada kue jatuh dari langit. Jika tidak memiliki sifat asli dan keinginan yang cukup untuk menguasai 'Mandat', seseorang hanya akan terkikis oleh roh yang tersisa dari 'Mandat' itu dan kehilangan dirinya.”
“Memiliki kekuatan dan ketahanan Achilles, akhirnya berubah menjadi Achilles kedua; menguasai Pisau Petir dan kegerangan Raja Chu, malah membuat Raja Chu kedua bangkit kembali dari cangkang - peristiwa seperti ini bukan tidak pernah terjadi.”
“Kekuatan yang hebat hanya bisa dikendalikan oleh orang yang kuat. Orang lemah hanya akan terpesona oleh 'kekuatan', menyatu dengannya tanpa sadar.”
“Di dunia yang benar-benar adil ini, hal baik seperti sukses instan tak pernah terjadi.”
“Benar-benar barang bagus.”
Bai Shuo menyipitkan matanya sambil berdecak kagum.
Bahkan bagi Prajurit Samsara tingkat delapan atau sembilan bintang, 'Mandat' tetap merupakan item yang cukup berguna.
“Seluruh perjalanan hidup seorang petarung pemberani terbentang jelas di hadapanmu, semua kekuatan fisik dan pemahaman pengalaman terkonsentrasi di dalamnya.”
“Jalan pintas yang dia ambil, kesalahan yang dibuat, musuh yang dibunuh, pencapaian yang diraih.”
“Sekadar sebagai referensi saja ini sudah menjadi pengalaman berharga, apalagi kekuatan utuh yang terkandung di dalamnya?”
“Jika bisa mendapatkan 'Mandat' yang terkait dengan Buddhis atau ahli sihir barrier, manfaat yang bisa Bai Shuo peroleh tak terhitung besarnya!”
Dia menengadah ke atas, melihat pola hitung mundur yang terbentuk dari fluoresensi putih di langit-langit. Waktu perlahan berlalu - masih tersisa tiga belas menit sebelum sejumlah besar rune jatuh dari langit.
“Tiga ‘Talisman Nyawa’ tingkat mahkota laurel akhirnya akan jatuh ke tangan siapa?”
“Ha, pertanyaan yang sangat menarik.”
※※※
“Liang Gongzheng, itu kaptenmu?”
Di belakang kerumunan, seorang pria yang sedang memotong kukunya dengan gunting kuku bertanya tanpa mengangkat kepala: “Kelihatannya cukup hebat.”
Di belakangnya, pria berambut acak-acakan berjongkok di atas kereta belanja, wajahnya pucat pasi tapi sorot matanya berkilau seperti memancarkan cahaya.
“Matamu tumbuh di ubun-ubun? Kok bisa lihat? Sudahlah, jangan diliat…” gumamnya sambil mengunyah apel yang entah dari mana diambil: “…Kau takkan bisa menyainginya.”
“Beneran?” Pria pemotong kuku menoleh dengan senyum sinis: “Kalau aku kalahkan dia, mau gabung ke timku?”
“Wu Dao, coba saja.” Liang Gongzheng menggigit separuh biji apel lalu meludahkan ampasnya: “Mungkin kau bisa menang.”
Tatapan Wu Dao pasrah. Ia menyimpan gunting kukunya: “Kenapa aku merasa kau sedang bilang ‘ini bunuh diri’?”
Liang Gongzheng mengeluarkan sehelai kain kotor dari saku dan menutup matanya sambil menuding Wu Dao dengan suara berat: “Ini bunuh diri!!”
Wu Dao menggeleng pasrah dan berhenti berbicara dengan orang ini.
Di belakangnya, kereta dorong tempat Liang Gongzheng duduk tiba-tiba berbelok dengan lincah seperti didorong tangan tak kasat mata, berputar lalu meluncur ke depan Wu Dao.
Liang Gongzheng menguap, melambai ke Wu Dao yang ditinggalkannya di belakang sambil berkata: "Aku mau beli mi instan, terserah kamu."
"Jangan kabur..." Wu Dao menghentikan ucapannya di tengah dengan senyum getir. Bagi Liang Gongzheng, tidak kabur hampir mustahil bukan?
Semua yang pernah bekerja sama dengan Liang Gongzheng merasakan betapa sosok ini bisa muncul-tenggelam secara misterius.
Baru saja di depan mata, sekejap kemudian sudah bisa berada di ujung bumi. Lalu tiba-tiba muncul lagi dengan cara yang mengejutkan...
Sudahlah, biarkan saja. Tapi sungguh mengagumkan, bagaimana persahabatan sekuat ini antara dia dan orang itu bisa terjalin?
'Pedang Maha Tahu' yang dulu tajam tak tertandingi kini bersandar malas di rak toko, memegang pisau cukur listrik tak berbahaya sambil melempar-lemparkannya dengan bosan.
'Talisman Nyawa'? Barang bagus, curi satu untuk mainan.
Di tengah kerumunan, tiba-tiba ia tersenyum. Gerakan tak sengaja pisau cukurnya memancarkan jejak aura ketajaman yang tak tertandingi.
Sementara itu Liang Gongzheng mengemudikan troli belanja anehnya menyelinap seperti hantu di antara kerumunan, akhirnya berhenti di belakang dua wanita.
Wanita berambut hitam dan wanita pirang bersembunyi di barisan paling belakang, berbisik membahas sesuatu.
Ia menepuk pelan bahu wanita berambut hitam, menunjukkan senyum konyol khasnya: "Cantik, ini barangmu yang jatuh?"
"Sambil berkata, dia mengeluarkan dari sakunya sebuah batu bata... yang berkilau keemasan, kekuningan, dengan warna seragam dan pengerjaan berkualitas tinggi."
