Itu adalah lautan kesadaran yang betapa megah dan dahsyat!
Kemanusiaan yang tak rela binasa, kesadaran kolektif yang bangun dari kekelaman: Araya.
Raksasa yang terbentuk setelah merangkum keinginan seluruh umat manusia, dewa yang tercipta dari penyatuan hati manusia!
Ia berduka atas kehancuran yang akan segera datang, meski telah bangkit dari kekacauan, meski telah mengetahui kiamat yang akan menghancurkan manusia sedang turun.
Namun dewa manusia belum mengembangkan diri, bahkan tak mampu mengintervensi dunia ini. Tak berdaya menghadapi kiamat yang datang, hanya bisa menyaksikan tanah harapan terakhir manusia.
Demi kehancuran diri, juga demi akhir peradaban manusia.
Demi dirinya, juga demi kelangsungan manusia, ia terus meneriakkan seruan sia-sia, berharap ada yang mendengar suaranya dan menyelamatkan umat manusia yang menghadapi kiamat, namun tetap saja sia-sia.
Kini, ia hanya berkeliaran dalam kebingungan di bumi ini, menunggu pasrah datangnya kehancuran.
Maka berdesah, maka berharap.
Di puncak dunia, Sun Wukong akhirnya memahami sesuatu, mendengar desahannya yang bergema di telinga.
Seketika, keinginan tak kasat mata berubah menjadi jari-jari, dengan cepat mengukirkan tulisan naga-phoenix yang anggun di es dingin beribu tahun di hadapannya.
Setelah menyelesaikan segala ini, Sun Wukong duduk di puncak tertinggi dunia, menutup mata sambil mengeluarkan napas panjang.
Darah segar mengalir bak sungai dalam cangkangnya, napas panjangnya menciptakan kekosongan besar di udara, Qi yang bergelora berubah menjadi ombak lautan, menembus langit dari tubuh Sun Wukong.
Ini adalah kesempatan sekali dalam ribuan tahun, mari kita bertaruh sekali!
Bisakah diriku yang pernah menjadi Pelaksana dunia ini, kembali menjadi Pelaksana Araya?
Sudut mulut Sun Wukong merekah senyuman sunyi.
Keinginan Wushu sekuat baja menyatu dengan gelombang jiwa yang seolah terbakar, menusuk ke relung terdalam lautan jiwa.
Ia ingin memberitahu Araya yang baru sadar: "Aku ada di sini!"
Jika kau tak bisa mengintervensi dunia yang menuju kehancuran ini, tak bisa menyelamatkan diri sendiri, maka biarkan aku yang melakukannya!
Mengikuti ingatan yang terukir di relung jiwanya, Sun Wukong mengingat bagaimana dirinya yang dulu membara bagai api berkobar pernah menyatu dengan seluruh dunia.
Seolah ada ledakan yang bergema di langit, gelombang jiwa Sun Wukong melesat dari tubuhnya, berubah menjadi ombak menggulung yang menyebar tanpa batas ke angkasa, hingga akhirnya menyatu dengan seluruh lautan jiwa.
Seolah sebuah selokan menghubungkan kolam yang mengering dengan laut berarus deras, seketika, lautan jiwa yang terkumpul di langit biru kelam menemukan saluran komunikasi, mengalirkan gelombang besar yang menyapu tubuh Sun Wukong.
Seketika itu, seruan ribuan orang bergema bersamaan: suara tua, remaja, pria, wanita, berbisik di telinganya:
"Bisakah kau lakukan?"
Di puncak tertinggi dunia, keinginan pantang menyerah yang murni dan agung tiba-tiba muncul dari tubuh Sun Wukong. Jawaban tegas dan pasti bergema dari langit:
"Tentu saja!"
"Kalau begitu, kami serahkan padamu."
Seketika, keajaiban pun turun.
Bagai langit runtuh dan bendungan lautan jebol, aliran jiwa yang dahsyat mengumpulkan kekuatan tak terbayangkan, mengalir deras di angkasa sebelum menerjang masuk ke tubuh Sun Wukong.
Saat itu, Sun Wukong merasakan derita hebat yang tak tertahankan, seolah tubuhnya akan meledak berkeping-keping.
Tapi raut tegar dan khidmat tetap melekat di wajahnya, dengan tabah menanggung semua ini.
Di sudut mulutnya, muncul senyum sukacita dan kedamaian yang persis seperti biksu tua itu, membiarkan warna-warna sekeras besi menyebar di sekujur tubuhnya.
"Maaf, aku harus pergi sebentar."
Ia tersenyum sunyi, "Sebagai ganti bolos kerja, akan kubagi sedikit barang bagus untuk kalian."
Seketika, aliran deras Araya terbagi menjadi beberapa aliran, menerjang ke markas besar yang jauh.
Segera setelah itu, ia terjatuh dalam tidur panjang.
Setelah cukup lama, perubahan besar yang ditimbulkan Araya akhirnya berhenti. Lautan jiwa raksasa berputar-putar di langit biru pucat, lalu perlahan sirna dengan secercah harapan.
Di puncak tertinggi dunia, cangkang Sun Wukong telah berubah menjadi patung batu keabu-abuan sesuai logam, berdiam kokoh di tempat tertinggi dunia diterpa angin dingin.
……
Saat Bai Shuo bersiap melawan aliran deras yang tiba-tiba menerjang, tiba-tiba suara Gagak bergema di telinganya: "Jangan melawan! Ini adalah Takdir Surgawi yang memberkati!"
Takdir Surgawi memberkati?
Persis ketika Bai Shuo masih bingung, aliran deras Araya telah menyelubungi seluruh markas besar.
Seketika, Bai Shuo merasakan gumaman ribuan orang di telinganya, tetapi saat dicoba didengar, suara itu samar-samar terasa sangat khidmat.
Tanpa disadari, Fu Dewa dalam tubuh Bai Shuo seolah mencium makanan lezat, menembus langit. Lapisan barrier mengembang dari bawah kakinya, menyelimuti bumi sejauh beberapa li.
Baik itu Jalan Surga yang masih berbentuk awal, Jalan Preta, maupun Jalan Asura, Jalan Hewan, Jalan Neraka yang telah terbentuk sempurna, hingga Jalan Dunia Fana yang terakhir - semuanya terus bermunculan dalam barrier roda raksasa yang masif, menyerap hadiah dari Araya ke dalamnya.
Di kejauhan, gumam tak terhitung orang berubah menjadi suara khidmat membaca tulisan suci.
Tubuh Bai Shuo pun seketika berubah menjadi Kaca Vajra, meski tak mengerti asal-muasal hadiah tak terduga ini, ia takkan menyia-nyiakannya begitu saja.
Seketika merapatkan telapak tangan, bisikannya menembus blokade markas, bergema di padang salju: Om! Ma! Ni! Pad! Me! Hum!
Enam mantra Agung Da Ming yang dipelajari tulus dari biksu asketik Vajrayana Dorje Dhakta, memicu gema dahsyat. Dalam resonansi itu, barrier roda raksasa memancarkan cahaya terang benderang!
Ini adalah Dataran Tinggi Qinghai-Tibet tempat ajaran Buddha Tantra telah berkembang ribuan tahun!
Seketika, dengan bantuan Araya, semburan aura megah melesat dari Istana Potala, berputar di angkasa, masuk ke barrier. Gemuruh bacaan mantra kian menggema, seluruh artifak magis di dataran tinggi berdentang serentak.
Di tengah kepanikan para biksu, ada yang bersujud gila-gilaan di depan patung Buddha; seorang lama renta terpaku melihat teratai mekar di hadapannya, berbisik takjub: "Inikah... pencerahan bunga teratai?!"
Di atas dataran tinggi yang telah menampung keyakinan ribuan manusia ini, cahaya barrier kian berkilauan.
Tubuh Bai Shuo memancarkan kilau kaca, hingga dari dalam ke luar, memancarkan cahaya gemilang!
Seperti angin kencang yang datang tiba-tiba, lalu pergi tanpa jejak.
Saat lautan jiwa di langit sirna, Bai Shuo perlahan membuka mata dan menghela napas panjang.
Dalam tubuhnya, Roda Fu Dewa memancarkan energi dewa bak air yang mengalir perlahan dalam cangkang, membuat pertahanan rekor tak terkalahkan melonjak dengan bantuan energi ilahi.
Mata kebijaksanaan tentang takdir dan Mata Kebijaksanaan yang selalu tertutup untuk Bai Shuo akhirnya membuka celah, memperlihatkan kekuatan misterius di baliknya.
Mata Surgawi dan Kesaktian Telinga Surgawi juga mencapai kesempurnaan melalui kesempatan ini.
Ia tiba-tiba merasa sayang - andai waktu bertahan lebih lama, mungkin ia benar-benar bisa memahami makna sejati 'Jutaan Keluarga Buddha' yang disebut pertapa Dhulanda dalam takdir gaib.
Tiba-tiba petunjuk dewa utama memutus renungannya.
"Prajurit Samsara Bai Shuo mendapat berkah Araya. Takdir terhubung dengan kelompok manusia. Kemampuan negosiasi dan komando terhadap manusia mencapai batas maksimal."
Kabar ini langsung memperbaiki hati Bai Shuo. Dengan berkah alam bawah sadar kolektif manusia Araya, ia akan mendapat keuntungan besar dalam negosiasi dengan negara-negara.
Dengan kemampuan diplomasi dan komando di level tertinggi, jika digunakan dengan baik, bahkan bisa menjadi diktator kerajaan dalam waktu singkat. Seperti pemimpin berkumis kecil itu, menikmati puja-puji ribuan orang.
Sebagai harga, takdirnya telah terikat dengan seluruh umat manusia. Artinya, kejayaan bersama; jika manusia hancur, kemungkinan besar keberuntungannya akan jatuh ke nilai negatif.
Namun tujuan utamanya memang datang untuk menyelamatkan manusia, hal-hal seperti ini sama sekali tidak dipertimbangkan.
Melihat ekspresi gembira Li Xiao dan yang lain, diperkirakan mereka juga mendapat banyak keuntungan.
Yang paling dipikirkan sekarang adalah, bagaimana kabar Sun Wukong sebenarnya?
Lima detik kemudian, dia muncul di puncak tertinggi dunia, memandang Sun Wukong yang telah berubah menjadi besi-batu dengan senyum getir: "Hei, kabur dari tugas ya?"
Jelas terlihat, Sun Wukong sedang dalam proses transformasi. Berkat Araya, dia sendiri menelan hampir 80% energi, wajar jika mengalami kesulitan pencernaan.
Di sampingnya, Youxi sama sekali tidak takut. Malah dengan penasaran, dia mengetuk tubuh Sun Wukong menggunakan kristal es sambil tersenyum girang mendengar suara nyaring itu, tak terganggu oleh kondisi aneh ini.
Di lapisan es depan Sun Wukong, seolah ada yang mengukir tulisan dengan kapak: Tim cadangan tolong jaga Youxi, aku akan segera kembali. (ps, akhir-akhir ini kapten menunjukkan kecenderungan pedofil, harap ekstra waspada.)
Seketika, sudut mata Bai Shuo berkedut. Dia hampir tak tahan ingin menendang Sun Wukong dari puncak sepuluh ribu zhang ini.
Tanpa terlihat, dia menghapus semua tulisan dalam kurung itu, lalu menggandeng Youxi menuruni gunung.
Mengenai Sun Wukong? Biarkan dia membeku di sana.
Bagaimanapun, kulitnya sekarang mungkin bahkan meriam pun tak bisa menembusnya.
Saat dia terbangun nanti, kekuatan tempur Tim Harapan mungkin akan melonjak lagi.
Bai Shuo sambil berharap Sun Wukong cepat pulih, lalu menggendong Youxi dengan senyum murni dan pergi.
Sehelai angin bertiup, tiba-tiba muncul tulisan di lapisan es depan Sun Wukong:
Sun, percayakan putrimu padaku untuk kujaga!
Tanda tangan di bawahnya, tertulis jelas dua karakter tegas: Bai Shuo.
※※※
Saat Bai Shuo menggandeng Youxi kembali ke markas, yang pertama terlihat adalah gurita mekanis raksasa yang melayang di udara?!
Perlahan muncul dari bengkel yang menyerupai terowongan tambang, gurita raksasa mengembangkan puluhan tentakel bajanya, berenang di angkasa, dengan kilau merah berkedip di area biji mata. Gurita ini berhenti sebaktu melihat Bai Shuo, seberkas cahaya menyapu lalu mengabaikannya, melanjutkan patroli di langit.
Hampir setiap menit seekor gurita mekanis terbang keluar dari bengkel, tak lama kemudian bayangan menyeramkan dari gurita-gurita berenang sudah memenuhi Bumi.
Chen Jingmo yang suka bermain dengan girang melompat-lompat di kepala gurita, dengan lincah menginjak anggota tubuh mekanis sambil berseru penuh semangat.
"Membuat Youxi juga memandangi Chen Jingmo dengan penuh iri." Bai Shuo menyuruh Chen Jingmo mengajak Youxi terus bermain lompat-lompat di atas gurita mekanik itu, sementara dia sendiri mendekati Li Xiao di medan pertempuran dan bertanya: "Kalian sedang bermain The Matrix?"
