"Dua menit lagi [Railgun-Zeus] pindah ke atas target, 147 rak peluncur misil di wilayah Amerika diaktifkan... Target terkunci, mulai tembak!"
Dalam sekejap jentikan jari, angka di sudut kiri atas layar tiba-tiba turun dari 5.600 menjadi 5.000.
Artinya, 600 misil Bencana Alam telah terlempar dari rak peluncur, bahkan terus bertambah.
Yang terletak di Amerika Utara, Amerika Selatan, Rusia... bahkan terus mengalir dari landasan peluncuran di kedua kutub bumi, melesat melebihi kecepatan suara menuju Taman Nasional Yellowstone di Amerika Utara.
Pada hari itu, seluruh penduduk belahan bumi utara yang menatap langit bisa melihat jejak putih pucat silih berganti melintas di atas kepala, lolongan mencekam bagai warna tulang putih.
Membawa kekuatan mengerikan yang terdistribusi cukup untuk menghancurkan seluruh Amerika Serikat, misil-misil itu berderu melesat melintasi langit menuju target.
Lebih cepat dari mereka, adalah sinar kematian yang menyembur dari langit.
Senjata sinar yang mampu menembus kerak bumi itu seketika memancarkan cahaya kematian, setiap pancarannya mampu menguapkan seluruh bangunan menjadi awan debu yang menyebar.
Enam belas sinar yang menyatu, bahkan makhluk mengerikan tingkat tujuh bintang pun akan menderita cedera serius di bawah kekuatan ini!
Sesaat sebelum kedatangan mereka, kekuatan tak kasat mata tiba-tiba muncul dari cangkang naga merah menyala, menyebar cepat di udara ke segala arah.
Membentuk sebuah 'medan' yang utuh dan perkasa!
‘Medan’ yang dipenuhi kekuatan kerapuhan dan kehampaan menyapu cahaya kematian yang jatuh dari langit dalam seketika, hanya menyisakan riak kecil.
Ekspresi wajah Li Xiao mendadak pucat pasi. Ia menatap deretan angka di layar sambil bergumam pelan: "Ini... wilayah dewa?"
Inilah keunggulan terbesar petarung pemberani yang telah melewati ujian setengah dewa - kekuatan yang bahkan jarang dimiliki yang terbaik di antara setengah dewa: Wilayah Dewa!
"Harus mati! Harus mati!" Li Xiao menggigit jarinya hingga darah segar mengalir deras, gigi-giginya saling bergesekan tak terkendali. Rasa besi darah memenuhi mulutnya, membuatnya gelisah bagai terbakar.
Ia sadar, baik misil yang terus ditembakkan maupun peluru orbital yang hendak menghujam dari langit sudah tak ada artinya lagi.
Kekuatan penolakan wilayah dewa mampu menghilangkan 70-80% serangan yang mendekat. Medan gaya yang mencapai batas maksimal itu hanya bisa ditembus oleh senjata yang khusus ditempa untuk melawan dewa.
Si Bodoh gugup mengoordinasi berbagai data sambil melapor keras: "Satelit yang membawa paku suci masih butuh tiga menit untuk mencapai posisi!"
Tiba-tiba, teriakan naga bergema dari pegunungan nun jauh. Naga perak Pangpeng mengangkut tupai yang takut ketinggian, mengoreksi arah sebentar sebelum melesat ke cakrawala.
“Pertarungan mematikan antara Naga Merah dan Naga Perak?” Li Xiao berbisik pelan.
Sebenarnya, harapannya terhadap sekutu sendiri tidak besar. Alasan pesimisme ini karena dia memahami betul tingkat kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk memiliki wilayah dewa.
Saat ini, artileri orbital di luar angkasa akhirnya menyelesaikan koreksi sudut, cahaya petir menyala seketika.
Peluru yang dibeli khusus dari 【Kultus Mekanis】 ini diukir dengan tulisan suci rapat. Saat menembus atmosfer, sama sekali tidak aus akibat gesekan panas membakar, malah terus-menerus menyerap semua kekuatan fisik di sekitarnya dan berubah menjadi pedang api yang berkobar.
Peluru khusus seharga tiga ribu poin hadiah ini dibuat sepenuhnya secara manual oleh pastor mekanis. Setiap butirnya bisa berfungsi sebagai perangkat spiritual sihir sekali pakai, dengan nama indah - Hukuman Ilahi.
Namun sekarang, seberapa besar keyakinan yang dititipkan Li Xiao padanya?
Bahkan dirinya sendiri tak lagi tahu.
Pedang api yang membakar jatuh dari langit, menembus atmosfer dan awan, lalu diarahkan ke tengkorak spesies kuno berbentuk naga yang sedang terangkat perlahan. Bayangan dewa yang marah muncul samar di angkasa.
Sejak awal, dua entitas dengan atribut yang benar-benar bertolak belakang ini bagai air dan api, mustahil berdampingan damai di tempat yang sama.
Api yang berkobar menyebar di langit, merah menyala neraka menerangi bumi hitam pekat yang dilanda kehampaan lapuk.
Wilayah dewa yang menyelubungi makhluk purba tiba-tiba menggulung ke langit, sementara di angkasa muncul pedang api raksasa yang menebas ke arah tubuhnya.
Tebasan pedang itu disertai gemuruh angin dan petir, merobek celah vakum di udara. Dalam kobaran api, muncul wajah-wajah yang meratap kesedihan.
Pedang api raksasa menghujam wilayah dewa dengan suara nyaring seperti gesekan baja. Bersamaan itu, makhluk purba berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh mengeluarkan auman rendah penuh amarah sambil membuka mulut lebar.
Dalam dentuman Boom... pedang api itu... diserap?!
Seperti makan camilan, ia menelan 'hukuman dewa' yang jatuh dari langit. Tubuhnya membengkak sesaat, lalu asap hitam pekat mengepul dari mulutnya seolah tak terjadi apa-apa.
Memandang pemandangan di layar, Li Xiao tiba-tiba merasa seperti menonton "Tom and Jerry".
Benar juga, omongan sok jago seperti "aku bisa bahkan membunuh dewa" ternyata cuma omong kosong belaka.
Sambil merenung, ia melihat makhluk purba itu kembali mengarahkan pandangan ke layar, seolah bisa menembus lapisan awan dan menemukan satelit yang melayang di luar angkasa.
Li Xiao menatap pupil merah darah yang berapi-api di layar, tak kuasa berbisik: "Sial..."
Seketika, api dimuntahkan dari mulutnya, api racun hijau pucat melesat ke langit dalam sekejap, menembus awan kemudian mengejar【Zeus】yang telah mengaktifkan 'program penghindaran darurat' bagaikan penyakit yang melekat pada tulang.
Di ruang angkasa yang dingin, api hijau pucat bagaikan Iblis menerjang, menyelubungi seluruh satelit. Layar tiba-tiba buram, dalam sekejap berubah gelap gulita.
Di atas jalur satelit, percikan terakhir api racun hijau pucat membakar habis di atas reruntuhan satelit.
Senjata serangan luar angkasa Tim Asal-asalan telah berubah menjadi sampah antariksa. Rune yang tertanam dan berbagai peralatan di dalamnya telah hancur total.
Satelit hilang bisa dibangun lagi, rune hilang bisa dibeli. Tapi segera, mereka tak bisa lagi menyebabkan luka apapun pada monster terkutuk itu.
Si Bodoh berkata di saluran: "Haruskah kita hentikan darurat pemasangan 'Penguasa Kota'?"
Li Xiao diam-diam menghisap rokok, menunjukkan ekspresi pusing, akhirnya berbisik: "Baru setengah jam, lanjutkan."
Pria si rambut merah garuk-garuk rambut histeris, menatap langit hijau kebiruan, lalu memberi perintah: "Gorila, berikan malaikat bencana yang tertangkap itu ke '682'. Jika tebakanku benar, sebentar lagi mungkin dia harus turun ke medan."
Gorila di ruang pemantauan tampak ragu-ragu: "Tapi bagaimana dengan laporan ke Dr. Celf?"
"Tenang saja..." Li Xiao yang menghirup udara dingin menggeliat: "Barang ini memang aku menang dari taruhan dengannya. Dia masih punya banyak barang menyimpang lainnya, perlu khawatir untuknya?"
"Lagipula..." Mata Li Xiao menatap sinar matahari dengan tajam, senyum keanehan muncul di wajahnya: "Kalau tidak mengerahkan '682', apa artinya kita disebut SCP Foundation?"
Si Bodoh menghela napas, diam-diam memasukkan kunci rahasia dan mengaktifkan program dengan jendela peringatan oranye-kuning.
Maka di kedalaman Bumi di bawah markas, tangan mekanis perlahan mengeluarkan 'peti mati besi' sebesar kontainer dari ruang tim besar yang terbuat dari paduan logam baja murni.
Ya, benda itu memberi kesan peti baja yang mengurung monster mengerikan. Di permukaannya, ada kode yang disemprotkan tinta gelap gulita: Scp——682.
Peti besi yang disegel dengan nol absolut dan 'medan gaya ikatan' langsung bergetar tak karuan saat keluar dari ruang angkasa. Monster buatan terkuat yang tertidur di dalamnya mulai sadar.
Lengan robot raksasa kembali mengangkat kotak kecil dari ban berjalan. Di atasnya terdapat segel Bai Shuo, menyimpan reruntukan satu-satunya 'Malaikat Bencana' yang berhasil ditangkap.
"Dan, masih hidup, meski hanya tersisa sebagian tubuh di bawah berbagai eksperimen destruktif, tetap memiliki vitalitas yang kuat. Yang tersimpan di dalamnya adalah energi dewa evolusi!"
Hanya saja sekarang sepertinya ia telah merasakan sesuatu, memancarkan gelombang jiwa yang penuh ketakutan dan kegelisahan.
Tanpa ragu-ragu, lengan mekanik mengangkat reruntuhannya, dengan kecepatan tertinggi memasukkannya ke jendela umpan yang telah disiapkan di lemari besi.
Seketika, suara kunyahan yang membuat bulu kuduk merinding terdengar dari lemari besi. Gelombang jiwa Malaikat Bencana turun drastis dari ketakutan ekstrem, hingga akhirnya terserap sepenuhnya.
……
"Semoga tidak sampai harus menggunakannya di medan pertempuran. Benda yang mudah lepas kendali seperti itu..." Li Xiao menatap arah menghilangnya Peng-Peng, bergumam pelan: "Sekarang tergantung pada kalian."
Di atas tanah yang telah hancur menjadi lahan gosong, spesies kuno berkepala tujuh dan bermahkota tujuh mengeluarkan gerutuan penuh nafsu kejam, mengibaskan sayap besar mereka lalu melayang keluar dari kawah gunung berapi.
Di langit yang dipenuhi awan hitam pekat, ia mengeluarkan auman rendah bagai guruh, berputar mengitari awan gelap sebelum terbang menjauh.
Awan hitam pekat bagaikan pelayannya, mengikuti arah terbangnya di angkasa.
Di bawah selubung wilayah dewa, Naga Merah purba mengibaskan sayapnya, ekornya bagai menyeret sepertiga bintang-bintang, dunia pun tunduk di bawah sayap gandanya.
Menggerakkan sayap ganda, ia terbang dengan kecepatan tak terbayangkan di atas tanah Amerika, di mana wilayah dewa menyelimuti, ribuan serangga mutasi dan monster yang berkeliaran di Bumi mengepakkan sayap mereka menembus langit, mengikuti naga kiamat.
Dalam teriakannya yang bergema, di seluruh wilayah Amerika Utara, semua monster yang mencapai level dua bintang atau lebih berbondong-bondong mengikuti arahnya, berubah menjadi aliran deras gelap gulita.
Itulah gelombang kematian!
Setiap tempat yang dilalui, baik kota maupun desa, habis digerogoti monster-manster ganas di wilayah dewa hingga menjadi wilayah tandus kematian.
Demikianlah, ia memimpin gelombang maut mengukir jejak bencana tandus di tanah Amerika, dari Laut Labrador terbang menuju udara Samudra Pasifik Utara.
Li Xiao memandang gambar di layar dengan ekspresi datar, tatapannya dingin membeku.
Tanpa analisis R-2 pun, ia bisa melihat target monster itu... Tibet!
Di ujung jarinya, rokok terbakar berubah menjadi debu yang jatuh ke tanah, akhirnya puntungnya jatuh di Bumi baja yang dingin, diinjak-injak oleh telapak kaki.
"Ayo, siapa takut!"
