Tiga jam kemudian, Bai Shuo yang segar dan bersemangat muncul di hadapan semua orang, lalu melihat Sun Wukong yang digotong gurita mekanik.
\"Ada apa? Kehabisan tenaga tidak seharusnya membuat lemah selama ini.\" Bai Shuo menekan titik antara alisnya, cahaya berputar-putar sementara alisnya berkerut.
'Cahaya deteksi Sutra Hati' ternyata tidak bisa meresap. Bahkan cahaya yang bisa memindai benteng baja atau retakan ruang angkasa pun gagal di hadapan Sun Wukong.
Selain itu, ada kekuatan Guncangan samar yang keluar dari tubuhnya, niat membunuh tajam menusuk jarinya, membuatnya merasa seperti tersengat listrik statis.
Tapi dari sini juga bisa dirasakan, di balik niat membunuh yang tajam itu sebenarnya ada kondisi fisik yang terlalu lemah untuk mengendalikan balasan 'Qi'.
Melihat jari Bai Shuo terpental, Sun Wukong tersenyum puas sambil terus berjemur: "Ternyata aku masih meremehkan konsumsi energi 'Gelombang Iblis'. Master Mutaito dan Goku mati setelah menggunakannya, aku hanya lemah beberapa hari - ini keuntungan besar."
Bai Shuo masih mengerutkan alis: "Lalu Kacang Dewa? Jangan bilang kau tidak memakannya karena sayang."
"Semua musuh sudah mati. Memulihkan diri ke kondisi prima sekarang juga tak berguna. Jika Gaia main taktik lagi sebelum aku pulih, baru akan kumakan. Lagi pula efeknya instan."
Sun Wukong mengisap jus jeruk yang dibawa kucing pendamping dengan sedotan, lalu menghela puas: "Liburan langka yang menyenangkan. Sinar matahari Tibet memang istimewa, menghangatkan badan."
Bai Shuo menggeleng pasrah melihat kemalasan Sun Wukong: "Kalau begitu teruslah beristirahat."
Saat hendak mencari Li Xiao untuk berdiskusi, tiba-tiba ia merasa ujung bajunya ditarik dari belakang.
"Hm? A Xiang, ada perlu?" Bai Shuo tersenyum melihat gadis pendiam di belakangnya, lalu berjongkok mengelus rambutnya: "Ada apa?"
Pandangan gadis kecil itu penuh keseriusan dan amarah, memancarkan ketegaran yang belum pernah Bai Shuo lihat - membuatnya merasa hati tidak tenang.
Dalam kebingungannya, Chu Xiang mengangkat tangan dan membuka telapak tangannya perlahan: "Ini."
Di atas telapak tangan yang terbuka, terlihat jelas sebungkus rokok yang diremas menjadi bola kertas oleh kekuatan fisik dahsyat. Kotak rokok tak terbatas yang dijuluki 'tak akan habis meski dihisap sampai mati' hancur diremas secara brutal seperti ini.
Di sudut bawah kotak kertas, terpampang jelas label Tim Harapan yang tercetak sebagai cap.
"Err..." Sudut mata Bai Shuo berkedut: "Ini, apa yang terjadi? Kamu menemukannya? Mau mengembalikan padaku?"
"Terima kasih." Bai Shuo tersenyum, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, bergumam: "Siapa ini, meremas sebungkus rokok yang masih bagus jadi seperti ini."
Chu Xiang menggenggam kotak rokok, tidak mau melepaskan, melontarkan kata-kata penuh kemarahan dan ketidaksenangan: "Aku."
“……”
Apa yang terjadi? Mengapa selalu terasa seperti aku berhutang banyak padamu... Suasana tertekan ini, apakah aku pernah menyinggungmu?
Bai Shuo tidak tahu harus berkata apa, sudut mulutnya berkedut. Setelah diam lama akhirnya berkata: "Jika kamu suka meremas, aku bisa memberimu beberapa bungkus lagi..."
Chu Xiang berbalik badan, menarik ujung baju Bai Shuo menuju markas. Darah hitam Raja memberinya kekuatan fisik sehebat naga, bahkan Bai Shuo merasa lengan bajunya hampir tertarik putus.
Tidak mengerti apa yang terjadi, Bai Shuo pun terpaksa mengikutinya untuk melihat.
Begitu melewati pintu ruang pasien markas, terlihat seorang gadis kecil berambut perak berlari menghampiri, memeluk Chu Xiang sambil menangis: "A Xiang aku tidak akan berani lagi, hu hu... Jangan marah ya? Aku akan jadi baik..."
Hei, suasana aneh seperti ini bagaimana bisa terjadi!
Gadis kecil berambut perak dengan seluruh tubuh dibalut perban memeluk Chu Xiang, bagai memeluk ibu kandungnya sendiri. Wajahnya berlumuran ingus dan air mata, entah mengapa terus menangis.
Begitu melihat Bai Shuo, tiba-tiba dia mengulurkan jari menunjuknya: "A Xiang, semua ini dia yang mengajari! Dia yang jahat! Aku benar-benar tak bersalah... Wuu... Dia orang jahat..."
Seketika, Chu Xiang memutar kepala. Pandangan dinginnya yang menusuk membuat Bai Shuo merinding, sementara Youxi di sudut ruangan tertawa tertahan sambil menutup mulut.
Bai Shuo mengusap wajahnya dengan kesal, menghela napas panjang: "Meski kurasakan aku mungkin melakukan kesalahan, setidaknya beri tahu alasannya dong?"
Sebenarnya, alasan kejadian ini adalah...
Setengah jam yang lalu, seekor Naga Perak yang bodoh teringat hadiah "barang bagus" dari pemuda nakal itu. Dengan girang dia mengeluarkan rokok dari ruang dimensi, bersiap mempertunjukkan "cincin asap" untuk A Xiang...
Cincin asap gagal terbentuk. Rokok yang baru dinyalakan langsung dipotong menjadi dua oleh pisau Chu Xiang yang sedang mengupas apel untuk Pangpang. Tebasan tepat mengikuti garis mulut Pangpang, memotong habis percikan api di tengah rokok, mengubah batang rokok utuh menjadi dua lembar kertas putih dan serpihan tembakau yang beterbangan.
Tak berhenti di situ, Chu Xiang menggunakan jarinya untuk meremukkan kotak rokok tak terbatas itu menjadi gumpalan malang yang menyedihkan.
"Ini bukanlah akhir! Jelas, melihat reaksi Pangpang, pasti ada hal yang lebih mengerikan terjadi selanjutnya. Jika tidak, Naga Perak ini tidak mungkin ketakutan sampai seperti ini."
Saat ini, tupai yang tadi masih malas-malasan kini bertengger di atas kepala Chu Xiang. Mengikuti gerakan Chu Xiang, ia menjadi corong suara dengan penuh keceriaan jahat.
Gadis kecil yang selama ini pendiam ini menatap Bai Shuo dengan ekspresi wajah marah menyala-nyala, jarinya menuding tajam ke arah hidungnya.
"Tuan Bai Shuo!" Tupai di atas kepala Chu Xiang berbicara dengan nada tegas.
Chu Xiang berdiri dengan postur serasi kedua tangan di pinggang, sementara tupai di kepalanya mengibas-ngibaskan cakar kecilnya sambil berteriak: "Pangpang baru saja melewati masa kanak-kanak! Bagaimana bisa kau melakukan ini!"
"Dalam usia manusia, dia baru sebelas tahun! Kau mengajari anak sebelas tahun merokok, apalagi seorang perempuan. Aku sangat kecewa..."
Pangpang yang bersembunyi di belakang Chu Xiang mengangguk sambil menangis tersedu-sedu: "Iya, kecewa! Kecewa!"
"Meskipun sisi prajuritmu patut dihormati..." Tupai itu menggelengkan kepala dengan penuh penyesalan, menyampaikan pesan Chu Xiang: "Tapi sebagai orang yang lebih tua, kau... benar-benar payah!"
"Pangpang masih anak-anak. Aku harap Tuan tidak menyalurkan pemikiran dan perilaku buruk kepadanya."
Ekspresi wajah Chu Xiang menunjukkan sedikit kekhawatiran, matanya menatap Youxi yang tersenyum cerah di sebelahnya. Tupai di atas kepala Youxi sedang menggerak-gerakkan tangan dengan heboh, memperjelas maksud tuannya:
"Selain itu, sebagai sesepuh Youxi, saya harap Anda tidak menularkan kebiasaan buruk kepada Youxi!"
Hei... Kamu sendiri hanya dua tahun lebih tua dari Youxi... Tidak perlu berbicara seolah-olah menjadi neneknya...
Lagipula, kenapa tidak kamu sampaikan ini kepada si pemalas yang sedang berjemur itu? Mengapa semua kesalahan harus dilemparkan ke kepalaku...
Bai Shuo berusaha keras mempertahankan ekspresi wajahnya agar tidak hancur, air mata kepahitan mengalir deras di dalam hatinya.
Siapa yang menyangka naga perak ini masih anak-anak! Itu pun betina...
Lagipula, ini kan naga! Naga! Yang bisa menyemburkan api! Sedikit nikotin tidak akan berpengaruh... Apalagi rokok dari Dewa Utama ini bebas nikotin.
Tapi Bai Shuo tidak berani mengatakannya. Jika dia benar-benar mengucapkan itu, Chu Xiang yang merawat Pangpang seperti anak sendiri pasti akan melompat dan melemparkan '·' ke wajahnya. Bisa-bisa dia bertransformasi menjadi Raja Hitam dan menginjaknya sampai berdarah...
Bai Shuo sangat memahami perasaan Chu Xiang. Kasihan orang tua di seluruh dunia, meski terdengar aneh.
Saat Pangpang masih berupa telur naga, Chu Xiang telah berjanji pada pasangan Naga Perak yang mengorbankan diri untuk menghancurkan kejahatan, bahwa ia akan membesarkan Pangpang menjadi naga perak yang akan membuat mereka bangga di Kerajaan Dewa Bahamut.
Dengan jerih payah dan mengerahkan segala upaya, Chu Xiang seperti seorang ibu yang berhasil membesarkannya melewati masa kanak-kanak.
Hanya untuk menghilangkan kecintaan alami Pangpang pada harta karun, Chu Xiang telah menghabiskan begitu banyak usaha.
Namun di depan matanya, Pangpang yang sangat diharapkan justru mengeluarkan sebungkus rokok seperti preman biasa, dengan santai mengambil sebatang dan menjepitnya di mulut, lalu menyalakannya dengan nafas naga...
Halilintar di langit cerah pun tak mampu menggambarkan perasaan Chu Xiang.
Chu Xiang pertama-tama dengan sopan meminta Youxi membawa tupai dan Gagak keluar, kemudian menutup pintu perlahan, berubah ke bentuk Raja Hitam, dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang kejam pada Pangpang yang baru pulih dari luka parah.
Jangan salahkan dia, orang tua mana pun dengan kesabaran sehebat apapun pasti akan geram menghadapi hal seperti ini!
Chu Xiang bukan Zheng Yuanjie, Pangpang juga belum genap 18 tahun. Untuk hal lain ia mungkin tak peduli, tapi berani merokok berarti Pangpang telah menjadi anak nakal; dan jika sudah jadi anak nakal, ia pasti akan sangat marah.
Dan bila sudah marah... hehe, cara klan naga mengekspresikan perasaan memang selalu sangat langsung.
Kemampuan beradaptasi dengan Pembuluh Darah ‘Raja Hitam’ mencapai angka menakjubkan lebih dari 90%, ini sejak awal membuktikan bahwa di kedalaman karakter Chu Xiang terdapat kegarangan yang sama persis dengan Sang Raja Hitam...
Hampir seluruh ruang gawat darurat sementara dibongkar, di tengah tangisan histeris Pangpang dan mediasi burung Gagak yang terbangun oleh keributan mereka, dia memutuskan untuk menemui Bai Shuo dan berbicara baik-baik.
Seluruh rangkaian sebab-akibat peristiwa ini diceritakan hingga membuat Bai Shuo berkeringat dingin, merasa dirinya seperti sebutir kotoran tikus yang merusak 'sup lezat' bertahun-tahun karya susah payah Chu Xiang.
Kini, 'sup lezat' itu masih menangis tersedu-sedu di belakang Chu Xiang sambil menuduh niat jahat Bai Shuo. Dalam narasinya, Bai Shuo digambarkan bagai iblis dan demon dari sembilan lapis neraka dan jurang tanpa dasar...
Hei! Awalnya kan kamu yang minta! Jangan semua kesalahan dialihkan ke pundakku!
Bai Shuo melototi Pangpang. Akibatnya, Pangpang langsung menangis 'waaa' di belakang Chu Xiang: "A Xiang, dia melototi aku..."
"Tuan Bai Shuo! Kau berani mengintimidasi anak kecil!"
Dasar! Jangan-jangan kau benar-benar ibunya?!
Ekspresi wajah Bai Shuo berkedut, dalam hati menggerutu: Naga Perak milikmu benar-benar penakut, jarang ada naga yang bisa ketakutan hanya karena dilototi...
