Untungnya Tuhan Konspirasi tidak tertarik memikirkan apa yang ada di benak murid tidak berbakti ini, kalau tidak pasti akan muntah darah tua.
Nima! Terhubung dengan dunia tak terbatas dan dimensi tak terhingga, bahkan bisa langsung ke sumber kekacauan - 'Kunci Perak' yang bisa menyembah inti chaos primordial Azathos ini malah dianggap perhiasan murahan...
Ini adalah Senjata Dewa yang selalu kuimpikan oleh para ahli Sihir Hitam!
"'Bentuk Empat Cahaya Gemilang' akan kusimpan sendiri, jadi ini kuberikan padamu."
Tuhan Konspirasi melambaikan tangan, pintu perlahan terbuka: "Setelah pergi dari sini, mau ke mana?"
"Hmm..." Liang Gongzheng berpikir keras lama sekali lalu menguap lelah: "Pertama temui si anak mati yang ingin jadi Kaisar itu, kalau belum mati bantu dia... Tapi ngomong-ngomong, ngapa aku harus kasih tau ini semua?"
Setelah berkata demikian, ia memasukkan Kunci Perak ke saku celananya, lalu berjalan keluar dengan gaya sembari membanting pintu, meninggalkan markas 【Maha Tahu】.
"Dan tepat saat hendak pergi, seorang pria malas memegang pisau cukur listrik muncul di hadapannya. Orang yang dijuluki 'Musuh Buddha' itu menyungging senyum: "Mau pergi? Tak mau pamit?""
"Kita kan tidak terlalu akrab, kalau kuberi tahu apa kau akan memberiku uang?" Liang Gongzheng melirik sinis, berkata dengan nada bijak: "Wu Dao, kau sudah tak muda lagi. Menganggur begini bukan solusi. Kalau tidak segera menikah, nanti tak ada yang mau jadi istrimu."
"Kau harus segera urus urusan besar hidupmu! Mau kubantu carikan teman sepasien?""
Wu Dao tersenyum getir melihat sosok tak bisa diandalkan ini, bingung harus berkomentar apa.
"Kau mau pulang? Kaptenmu dulu sekarang sangat terkenal lho." Ia mengayun-ayunkan map di tangannya: "Mau lihat? Aku bisa beri pengecualian untukmu.""
"Nanti kutanya langsung ke orangnya, perlu susah-susah baca khayalan kalian?" Liang Gongzheng menguap lebar: "Dah, ngobrol samamu bikin ngantuk. Aku pergi dulu, masa kau tak antar sampai 10 li?""
"Sepuluh li..." Kelopak mata Wu Dao berkedut: "Itu kan ritual pengantar mayat?""
"Yasudah, yasudah. Orang pergi teh jadi dingin.""
Liang Gongzheng menghela napas, lalu menghilang membawa 'kesepian tak terkalahkan'.
Hari itu, dengan tatapan mengandung 90% kegilaan dan 10% ketenangan tak terdefinisi, Liang Gongzheng meninggalkan tempat yang mungkin suatu hari nanti bahkan namanya tak akan ia ingat.
“Pergi dengan lembut, seperti kedatangannya yang sunyi, hanya meninggalkan slogan ‘Ingin kaya, perbaiki jalan dulu’ yang menempel di seluruh markas Maha Tahu, dan serpihan kulit buah-buahan yang berantakan.”
※※※
“Dalam lautan Force yang tak berujung, gurita terbang, mendengarkan pengalaman dan ajaran tak terhitung dari para leluhur yang tertinggal di lautan ini, berduet terbang bersama mereka.”
“Seperti mimpi panjang, dalam kabut ia mendengar suara yang terdengar familiar.”
“Dengar, gurita mati, kuhitung 123, jika kau belum bangun...”
“1、2、3……”
“Dak! Dak! Dak!”
“Sakit... Li Xiao bajingan, berani menampar Laozi...”
“Dia berpikir susah payah dalam kekacauan, tiba-tiba lupa siapa ‘Li Xiao’.”
“Suara kasar itu terdengar lagi: ‘Masih belum sadar? Gorila, beri dia godaan listrik!’”
“Hampir bisa dibayangkan pria itu menggaruk rambut merahnya geram, mengaum seperti pria kulit hitam tua yang marah: ‘Harus mati, Bagian Tengah istirahat sudah selesai, turun ke medan lanjutkan pertandingan!’”
“Ini pembalikan Jedi di babak kedua, Alice sedang melihat, jadi jangan berani-berai mengantuk!”
“Sangat ingin membuka mata, tapi terlalu mengantuk, hanya merasa mendengar nama yang familiar...”
“Alice? Alice!”
Seketika, kerinduan dan kerinduan membuatnya terbangun dari tidur, mata yang terbuka tersakiti oleh cahaya lampu operasi, tenggorokannya mengerang dengan susah payah: "Alice..."
Suara listrik bergemuruh, seketika membuatnya menjerit, tubuhnya berkedut dan bergemuruh di luar kendali, hampir terjatuh dari meja operasi.
"Wocao, Li Xiao bajingan!" Nalurinya mengeluarkan teriakan keras: "Iblis akan menggigit telurmu!"
"Oh? Sudah sadar." Warna merah menyilaukan muncul di hadapannya, pria berambut merah itu menunjukkan senyum dingin: "Mari kita lunasi hutang lama."
Sebuah telapak tangan menyentaknya dari meja operasi, memutus beberapa selang infus dan kabel, menyeretnya ke lantai.
"Kalau sudah sadar, jadilah lebih! SADAR!"
Braak!
Kepalan tangan menghantam wajahnya dengan keras.
Li Xiao mengangkat jari dan melambaikannya di depan matanya: "Pukulan ini membuktikan kau masih hidup."
Braak!
Pukulan kedua menghantam lagi, Li Xiao menggunakan seluruh kekuatan fisik tanpa ampun, Xiao merasa tulang rahangnya hampir patah.
"Pukulan kedua, ingat ini: Urusan sendiri, kerjakan sendiri! Ingin bertemu putri, hadapilah sendiri!"
Li Xiao yang penuh amarah kembali mengangkat tangan, kepalan tangan mengarah ke bawah!
Braak!
“Pukulan terakhir!” Li Xiao terengah-engah bangkit dari tanah, menatap Dr. Octopus yang babak belur, menahan dorongan untuk menangis: “Gurita mati, selamat datang kembali ke lapangan neraka.”
“Berdiri, kau masih harus ikut aku main babak kedua!”
Gurita itu mengerang kesakitan di tanah, namun menyunggingkan senyum keanehan. Dari tenggorokannya keluar suara aneh yang berubah menjadi tawa parau.
Dengan susah payah mengulurkan tangan untuk menggenggam telapak tangan Li Xiao, ia bangkit sambil terengah-engah mencoba berbicara tapi gagal.
Li Xiao mendekatkan telinganya, mendengar bisikan dari tenggorokan itu: “Dasar bajingan...”
Braak!
Ekspresi Li Xiao langsung berubah hijau kebiruan. Tangannya menutupi selangkangan sambil berlutut di tanah, lalu dihajar lagi oleh pukulan gurita.
“Sakit tahu!!”
Gurita menatap Li Xiao yang berguling-guling di tanah, marah besar: “Dari mana kau belajar ritual sambutan begini? Sangat membosankan!”
“Laozi paling benci gaya perkumpulan kerangka itu! Mau kubuka celana dan menari tango?!”
Di sudut paling pinggir, seekor gorila diam-diam memegang pisang dengan senyum lebar.
Sebuah mesin berbentuk tong sampah berdiri statis di sampingnya, lampu sinyal di bagian mata berkedip memancarkan cahaya merah.
Li Xiao yang tengkurap di bawah tanah melototi pria ini, mengacungkan jari gemetar ke arah wajah gurita: \"Sialan, aku lawan kau sampai mati!\"
Maka keributan perkelahian kembali pecah. Bai Shuo di pintu tersenyum lalu berbalik badan, pergi tanpa suara.
※※※
Bagaimana cara mendeskripsikan apa itu?
Hmm, segelas air.
Sun Wukong duduk bersila di bawah bola cahaya besar, menatap cangkir kaca transparan di hadapannya dengan seksama, mengamati cairan bening di dalamnya.
Dari ukuran cangkirnya, kira-kira lebih kecil dari gelas biasa, bisa dipegang dengan tiga jari, seukuran sedikit lebih besar dari cangkir arak.
Air dalam cangkir itu transparan tanpa warna sama sekali, terlihat sangat biasa.
Di bawah pengamatan Chen Jingmo, Ottoria, dan Youxi, ia menggaruk dagu lama-kelamaan menyimpulkan: \"Sepertinya... bisa diminum?\"
Seketika, sudut mata ketiganya berkedut. Chen Jingmo mengangkat cangkir, memeriksa cairan itu dengan khawatir: \"Sun, kau benar-benar akan minum ini?\"
\"Ini kan item kelas langka.\" Sun Wukong mengambil cangkir itu, ragu-ragu menatap cairan tak berwarna yang mirip air mineral.
Akhirnya ia menghela napas pasrah: \"Tapi... bagaimana jika aku mati?\"
\"Sudahlah, anggap saja air mineral!... Aku akan minum!\"
Dia menarik napas dalam-dalam, perlahan dan susah payah menyandarkan cangkir ke mulutnya, sedikit demi sedikit memiringkan sudut cangkir.
Saat itu, Bai Shuo muncul di bawah bola cahaya dewa utama sambil membawa jaket, menguap lemas karena mengantuk.
Lalu, ia melihat anggota tim yang duduk bersila di lantai, dan Sun Wukong yang membelakanginya.
Jadi, dengan normal dan sunyi ia muncul di belakang Sun Wu, menepuk punggungnya dengan telapak tangan penuh semangat berapi-api pria: "Yo! Sun Wu, sedang apa kau!"
Seketika, Sun Wukong yang fokusnya tertumpah pada cangkir di tangannya kaget setengah mati. Tangannya gemetar, air dalam cangkir tanpa sengaja tumpah seluruhnya ke tenggorokannya, bahkan hampir menelannya.
Hmm, semuanya... terminum!
Seketika ekspresi wajah Sun Wukong berubah menjadi hijau kebiruan. Otot-ototnya menegang, pembuluh darah di bawah kulit bergerak seperti cacing tanah. Seluruh tubuhnya kaku sambil susah payah menoleh, memandang kosong ke Bai Shuo yang bingung, lalu mengeluarkan setengah kalimat: "Kapten...kau...strategi aku!"
Sesaat kemudian, ia terjatuh sambil memegangi tenggorokan, berguncang kesakitan dalam kejang...
Sementara Bai Shuo menghadapi tatapan kompleks anggota tim, menunjuk Sun Wukong dengan bingung: "Ini...kenapa?"
Chen Jingmo menunjukkan ekspresi rumit, berkata pelan: "Itu...Super God Water!"
‘Seri X Air Super’ ramuan, tempat produksinya berada di Menara Karin tempat tinggal Karin-sennin dari dunia 《Dragon Ball》.
Ramuan dalam seri ini terbagi menjadi dua jenis: satu adalah ‘Super Holy Water’ yang bisa didapat dengan memutar keran mana saja... Sejujurnya, ini cuma trik Karin-sennin untuk menyelesaikan latihan dengan memburu Sun Wukong, esensinya hanyalah segelas ‘air putih dingin’.
Sedangkan ‘Super God Water’ yang hanya berbeda satu karakter jauh lebih hebat, dikatakan mampu mengaktifkan seluruh potensi tersembunyi dalam tubuh peminumnya.
Di masa remaja, Kekuatan Tempur Wukong hanya 10. Setelah berubah menjadi kera raksasa, kekuatannya mencapai 100. Setelah berbagai latihan keras, mengalahkan Pasukan Baju Hitam, Taopaipai dan musuh kuat lainnya, kekuatannya baru meningkat ke 180 saat melawan senior Tien Shinhan.
Setelah meminum ‘Super God Water’, Wukong yang berhasil mengaktifkan sebagian potensinya melonjak drastis ke Kekuatan Tempur 260 yang cukup untuk menghadapi Raja Iblis Piccolo!
Segelas air, dalam hitungan hari saja meningkatkan kekuatannya hampir separuh!
Harus diakui, Super God Water adalah ramuan bantuan terbaik bagi mereka yang masih menyimpan potensi besar dalam tubuhnya.
Jika berhasil mengaktifkan seluruh potensi, peningkatan kekuatan memang signifikan. Tapi jika gagal...
