Di luar tanah coklat kekuningan Planet Namek, tiga bintang panas menyala tergantung di alam semesta yang gelap gulita. Di antara planet-planet yang dijuluki 'matahari' ini, bintang-bintang raksasa memantulkan cahaya baja.
Planet bernama 'Cybertron' telah tertancap ke jalur gravitasi purba yang tak pernah terganggu melalui perhitungan presisi maksimal dan tarikan gravitasi dahsyat.
Modul tubuh bernama 'Oracle' mengendalikan planet baja ini, memancarkan gelombang gravitasi tak henti seperti air terjun di kosmos, bagai tangan tak kasat mata yang menguasai seluruh sistem gravitasi.
Setelah Nietzsche mengalami cedera serius oleh Bai Shuo, 'operasi bintang-bintang' yang tak lagi diperebutkan kini berada di tangan Batalyon 【Paradoks】.
Berbagai modul mekanis yang terus mengubah dimensinya sendiri terlempar dari planet baja seperti banjir, melesat di antara tiga bintang yang membakar, hanya dalam tiga jam, bintang yang kejam dan masif telah ditransformasi menjadi 'tungku energi' eksternal yang 'jinak' dan stabil.
Pukul 08:30 pagi, planet baja bernama 'Cybertron' memulai pengisian daya rutin, pertukaran data antar modul mulai terjadi seperti ombak lautan.
Lapisan gelombang bergelombang seperti riak menyebar dari bintang-bintang baja, 'Cybertron' seakan telah berubah menjadi antena raksasa yang tanpa henti mengirimkan gelombang pemindaian.
Dalam jangkauan sinyal satelit, bahkan gempa bumi tingkat tiga di sebuah asteroid dalam jarak setengah tahun cahaya akan direken oleh 'proyeksi' 【Poros Pembangkang】, diolah melalui komputasi masif menjadi peta tiga dimensi dengan ketelitian hingga satuan meter.
Di bawah kekuatan komputasi program cerdas dan 【Poros Pembangkang】, semua pekerjaan menjadi sederhana - hanya membutuhkan satu 'otorisasi' untuk dieksekusi.
Di bawah cahaya lampu menyilaukan, bayangan-bayangan pemandangan bermunculan dari langit, berubah dengan cepat di bawah jari tebal yang menunjuk.
Setelah akhirnya menyelesaikan perhitungan transformasi fase ketiga, gorila berbulu hitam bersandar di kursi, menghela napas lega, kedua telapak kakinya dengan mahir mengupas pisang beraroma 'atom uranium'.
Di mulutnya, dua baris gigi mengunyah bijih berbentuk pisang yang memancarkan radiasi memfatalkan hingga hancur berkeping-keping sebelum ditelan ke perut. Rasa hangat-hangat kuku membuat 'Si Bodoh' muncul keinginan untuk bermalas-malasan.
Jarang-jarang semuanya ditangani oleh 【Poros Pembangkang】, mungkin tidak masalah kalau mengutil sedikit waktu istirahat, ya?
Dalam kesunyian, sebaris tulisan anggun namun penuh gaya tajam muncul di langit di hadapan Si Bodoh.
"Berani menganggur akan kucincang kau."
Sudut mulut Si Bodoh berkedut pasrah. Ia bangkit dari kursi lalu membungkuk hormat ke arah tulisan itu: "Selamat pagi Yang Mulia Ratu. Semoga keinginanmu menjiwai Poros Pemberontakan di dunia tak terbatas."
Yang bisa masuk ruang observasi dengan Hak Akses Tertinggi, yang bisa memprediksi niat bermalasnya tiga menit sebelumnya... Selain Yang Mulia Ratu yang bahkan saat menghadiri Pertemuan Sembilan Raja tetap menyelamkan kesadarannya ke 【Poros Pembangkang】 untuk mengolah enam belas proposisi besar tanpa henti, siapa lagi?
"Selamat pagi, Si Bodoh." Sang Ratu membalas salamnya dengan sopan dari ratusan ribu kilometer jauhnya, lalu...
"Lanjutkan pekerjaan! Jangan bermalas-malasan! Atau akan kusuntikkan program 'Cacing' ke CPU-mu!"
"Baik, baik." Si Bodoh tersenyum getir sebelum menyelam kembali ke lautan data tak berujung.
Saat ia mengangkat kepala lagi, terlihatlah di langit berbintang cahaya ganas yang dipancarkan kapal perang bintang sebesar bulan - 'Kuil Meteor' - yang berada di kejauhan ekstrem.
Kapal perang yang memancarkan cahaya justru berwujud semi-transparan. Si Bodoh melirik data analisis, hatinya langsung paham.
【Kultus Mekanis】 menggunakan teknologi hitam yang terkontaminasi sihir, mempertahankan tubuh asli kapal bintang di celah antara 'dimensi utama' dan 'ruang sub'.
Selama persiapan rutin, juga menyerap energi chaos tak terbatas dari ruang sub.
Saat cahaya yang terjalin di kapal bintang berubah, Si Bodoh mencocokkan data di tangannya dan mengenali empat mesin dewa dan modul: "Pembunuh Surgawi, Surgawi Ekstasi, Surgawi Stagnasi, Surgahi Mutasi... dan akhirnya 'Takhta Emas'?"
Ding dong!
Setelah suara petunjuk berbunyi, tiba-tiba terdengar riuh rendah dari langit, seperti ribuan orang sedang berdiskusi ramai.
Layar berkedip, rambut merah mencolok muncul di kamera, diiringi kerumunan massa yang gaduhnya melebihi lima kali pasar tradisional.
Di layar, semua orang dengan ekspresi bersemangat memegang kertas kecil berdesakan hingga membuat rambut Li Xiao berantakan seperti sarang ayam.
Suara nyaring tiba-tiba membuat Si Bodoh mengira sensor audionya rusak. Baru setelah mengaktifkan program pembisuan kebisingan, terdengar teriakan Li Xiao: "Gorila! Suaraku terdengar?!"
Si Bodoh pasrah memutar mata: "Kapten, suaramu besar dan jelas."
Li Xiao menutup telinganya di tengah kerumunan orang yang ribut, berteriak ke kamera: "Tinggal sepuluh menit lagi, 'Turnamen Bela Diri' akan mulai masuk! Data sudah siap belum?"
"Segera aku kirim. Lalu Kapten, kenapa tidak mengaktifkan sistem 'Pemblokir Kebisingan'?"
Si Bodoh bertanya penasaran.
"Apa katamu?!" Li Xiao berteriak bingung ke kamera: "Apa katamu! Kerasin! Aku tidak dengar!"
Tepat di belakang garis punggungnya, dua tim Prajurit Samsara yang saling tidak suka sudah berkelahi karena urutan masuk.
Berbagai jurus andalan yang biasa membelah lautan dan memecah gunung kini sama sekali tidak memiliki daya penghancur, hanya bisa melontarkan orang.
Di luar venue panen kekacauan, sebagai 'Prajurit Samsara' sudah lama kehilangan kebiasaan antre. Cara menentukan urutan berdasarkan ukuran kepalan tangan pun tidak bisa digunakan di bawah lingkaran cahaya perdamaian ini. Mereka hanya bisa saling melotok dengan tatapan penuh amarah, membuat isyarat tidak senonoh, dan saling memaki dengan bahasa universal berbagai dimensi.
Di tengah gelombang manusia yang dahsyat, Li Xiao yang belum mengganti implan tubuh bertipe kekuatan terombang-ambing seperti toge.
"Bukan apa-apa." Si Bodoh menutupi mukanya: "Sebentar aku kirim datanya. Passwordnya adalah... Hati-hati!"
Li Xiao memandang kamera dengan tatapan bingung: "Kamu bilang... Wocao!"
Boom!
“Sebuah palu besar terbang dari kerumunan dan menghantam kepala Li Xiao. Pada palu yang menderu itu tertancap paku-paku bersudut tajam. Saat keduanya bertubrukan, terdengar suara tragedi yang membuat Si Bodoh tak tega mendengarnya.”
Kamera berguling-guling, telapak kaki banyak orang muncul di depan lensa, berkedip-kedip dalam rekaman yang gemetar, lalu menghilang.
“Wocao Nima!”
Saat Li Xiao yang penuh jejak sepatu dan beberapa cap kuku bangkit dari tanah, dia mengaum marah sambil mengeluarkan ‘Pelontar G-Type Ether Explosive Shell III’ gaya bahu dari ruang dimensi.
“Makan tai!”
Dalam teriakan Li Xiao, beberapa rudal menyemburkan api merah darah menghujam kerumunan. Di antara teriakan kemarahan orang banyak, gelombang Qi pucat bergemuruh, membuat semua orang terlempar ke udara lalu jatuh kembali dengan berbagai postur aneh.
“Tembakkan! Tembakkan semuanya! Luncurkan semua probability-altered shells! Laozi sudah muak!”
Li Xiao mengacungkan remot kontrol sambil tertawa parau: “Laozi akan panggil satelit pembersih! Aku akan bakar sampai jadi bola kaca! Mwahahaha! Manusia bodoh! Terbanglah ke alam semesta dalam cahaya seribu Tsar Bomba!”
Di ruang observasi, Si Bodoh menutupi wajahnya dengan pasrah, tak tega melihat sang kapten yang sedang malu dan marah sampai ke puncak.
Di pusat ledakan, Bai Shuo yang compang-camping menghalangi Index di belakangnya. Dengan kekuatan barbar, ia menyambar 'tongkat manusia' dari tanah dan menampar semua yang mendekat hingga terlempar.
Menyadari ekspresi gila Li Xiao, Bai Shuo yang telah memahami situasi menekan telapak tangan di bahunya dan berkata pasrah: "Li Xiao, tetap waspada..."
"Ngawur! Dunia manusia penuh kotoran lagi!" Li Xiao mengetik password 32 digit tanpa mengangkat kepala, tertawa histeris: "Untuk dunia biru yang suci!"
Saat jari hampir menekan, tiba-tiba angka hijau pucat menyembur dari layar kontroler, menyatu membentuk telapak tangan ramping yang panjang.
Jari telunjuk tangan itu menusuk dahi Li Xiao seperti tombak besi. Suaranya membuat gigi Bai Shuo ngilu. Ia yakin dengan suara sebising itu, tengkorak titanium pun... pasti hancur.
Jari ramping itu menunjuk wajah Li Xiao, suara perempuan dingin bergema: "Berhenti mengacau! Di bawah pengawasan Sembilan Raja, jika kau kehilangan rasionalitas dasar lagi, otakmu akan kusekap ke mesin tabrakan partikel untuk membakar sampah tingkat atom!"
"Baik, hamba akan mengingat!"
Li Xiao menggenggam tangan yang termanifestasi dari angka dengan dua telapak tangan, wajahnya penuh kekaguman saat menggesekkan pipi ke punggung tangan itu: "Ohhh, Yang Mulia Ratu, kewibawaanmu masih menggemetarkan seperti biasa..."
Dak!
Tanpa basa-basi, Yang Mulia Ratu menganugerahkan tamparan nyaring satu kali, angka-angka sirna, keanehan menghilang.
Dalam tatapan kompleks Bai Shuo, Li Xiao yang telah pulih rasionalitasnya dengan canggung merapikan penampilannya yang compang-camping, berkata dengan suara rendah serius: "Eh... adegan tadi, harap dilupakan."
"Hmm..." Bai Shuo membersihkan tenggorokannya dengan gugup: "Apakah ini... Yang Mulia dari Batalyon kalian?"
Li Xiao mengangguk: "Benar."
Di bawah sorotan tatapan dingin tertentu, Bai Shuo merasakan tengkuknya menggigil, menepuk bahu Li Xiao ia berbisik: "Tenang, aku tak melihat apapun tadi."
"Apa yang terjadi tadi?" Ekspresi Li Xiao berkerut bertanya, matanya berkedip-kedip dengan tatapan polos dan tak bersalah.
"Haha, tidak, tidak ada."
Dua pria yang menggigil di bawah pandangan Yang Mulia Ratu menyungging senyum keanehan, mengeluarkan suara tawa kering.
Tiba-tiba, dua pengeras suara besar yang tergantung di luar ruang pertemuan mengeluarkan suara menusuk telinga secara tiba-tiba, seketika seperti ratusan bom kebisingan dilempar bersamaan, berbagai suara membuat gigi ngilu menyiksa gendang telinga pendengar.
Seperti suara kapur di papan tulis yang menusuk, suara memotong kaca yang membuat gigi ngilu, simfoni ratusan orang menghantam wajan dan memecahkan mangkuk...
"Halo? Halo? Tes suara, tes suara..." Suara asing terdengar dari pengeras suara: "Kubilang, megafon ini tidak rusak kan?"
"Bagaimana mungkin!" Suara Liang Gongzheng samar-samar terdengar, disusul... derau mengamuk yang membuat orang ingin berguling-guling!
Di bawah siksaan suara melengking tak terkatakan ini, semua orang merasakan gendang telinga mereka bererangan kesakitan, saraf-saraf gemetar, rasionalitas perlahan hancur.
Baru setelah telinga mereka terasa terinjak-injak ratusan kali, suara Liang Gongzheng akhirnya terdengar: "Lihat! Masih berfungsi baik!"
"Baiklah..." Suara gemetar menyela: "Lain kali beri tahu dulu sebelum mendekatkan megafon ke speaker..."
"Semuanya! Masih ingat aku siapa?!" Di ruang siaran, Pedagang Bento yang masih mengenakan celemek mengepal tinju berteriak: "Benar! Aku adalah Ge... Hmm, salah baca naskah... Liang Gongzheng, dialogmu ini bagaimana sih?"
"Yasudah, aku pemilik Toko Bento Daur Ulang di pasar transaksi, sekaligus Wakil Komandan Batalyon 【Evolusi Ilahi】. Panggil saja Paman Pedagang Bento. Tugas memimpin acara kali ini akan kujalankan bersama Liang Gongzheng. Liang Gongzheng, maukah kau menyapa semua?"
"Tidak!"
Erangan keputusasaan serempak menggema. Semua orang serentak menutup telinga, menunggu dengan cemas kedatangan derau melengking berikutnya.
“Kalau begitu lebih baik tidak usah.” Suara Pedagang Bento dari pengeras suara terdengar canggung sambil batuk dua kali:〝Putar kaset saja, mari dengarkan melodi.〞
Beberapa saat kemudian, dia mulai menyesali keputusannya ini... Jelas-jelas suara kaset berkualitas buruk dengan walkman murahan yang tersangkut memutar nyanyian hancur.
〝Wo, wo shi yi zhang zhang gong, zhan shi yi ke song song song song song song, bu dong, bu dong, bu dong, bu yao zuo ru zhong...〞
Serangan baru terhadap gendang telinga berupa suara hancur, dalam distorsi audio Pedagang Bento berdesah sambil menutup wajah:〝Bisa ganti lagu lain? Aku mohon, Guru Tu Honggang sedang menangis.〞
Liang Gongzheng menggaruk-garuk rambutnya bingung:〝Hmm, bagaimana kalau ganti dengan ini?〞
Nyanyian pedih dan melengking terdengar dari pengeras suara:〝Tao ma gan de han zi ni wei wu xiong...〞
〝Sudah, lebih baik ganti ke Zhonghua Gongfu...〞
……
Ini pertama kalinya Bai Shuo melihat begitu banyak Prajurit Samsara yang hidup berkerumun, aroma kehidupan yang lama tak dirasakan menyergap. Andai saja yang mereka pegang bukan senjata tapi keranjang belanja, pasti akan terasa lebih harmonis.
Pertarungan kelompok besar ini dengan berbagai perubahan perkembangan tidak terduga, kini telah berubah menjadi festival langka.
Jumlah Prajurit Samsara di dunia yang sama saja sudah memecahkan reken sebelumnya, di mana-mana terlihat kerumunan orang yang bergerak perlahan dengan ekspresi penuh antisipasi atau khidmat, mengikuti arus menuju arena yang terbuka.
Li Xiao sambil melepas jas yang penuh noda lumpur dan menggantinya dengan yang baru, bertanya: "Rekan satu timmu mana? Anak muda di belakangmu ini siapa? Kok aku tidak pernah lihat?"
"Dia anggota baru." Bai Shuo memeluk bahu Index, bercanda: "Pemula dengan potensi tersembunyi yang luar biasa!"
"Oh? Senang berkenalan..." Li Xiao sambil mengenakan jas baru, mengangguk kepada pemuda yang dipeluk Bai Shuo.
Melihat dua orang yang berdekatan itu, dia mengangguk paham: "Oh~"
Di matanya jelas tertulis beberapa kata besar: 'Aku mengerti'.
Rupanya 'artileri otomatis berbentuk manusia' dari 'Salib' sudah mengulurkan cakar iblisnya ke pria?
Memikirkan ini, dia mundur perlahan dengan halus.
"Kurasa... mungkin ada kesalahpahaman?" Bai Shuo melihat gerakan Li Xiao, ekspresi wajahnya berkedut.
"Tak perlu dijelaskan, aku paham." Li Xiao mengangguk pengertian: "Aku takkan bocorkan, tenang saja..."
Sebenarnya di pupil matanya, kamera presisi tinggi terus memotret ratusan frame per detik, lalu mengunggahnya ke 【Poros Pembangkang】 yang terpasang di Cybertron.
"Sudahlah..." Bai Shuo menghela napas pasrah, menoleh ke sekeliling: "Ngomong-ngomong, guritanya mana?"
Alis Li Xiao naik penuh kemenangan, tertawa rendah: "Kami tebus kebebasannya, 150 ribu poin hadiah + tiga plot S-level, harganya benar-benar mahal."
“Tapi, pria tua yang sudah menikah memang seharusnya diam di rumah, membantu putri mengerjakan PR matematika! Perang-perangan itu paling dibenci, benar kan?”
Dia mengangkat bahu dengan senyum keanehan: "Jumlah jomblo di Tim Asal-asalan berkurang satu, patut dirayakan."
Bai Shuo diam-diam menepuk bahunya, tak berkata lagi.
Mengikuti gerak kerumunan orang, Li Xiao tiba-tiba menoleh: "Katanya kau memukul Nietzsche sampai luka parah? Bahkan meriam utama Tidak Diketahui ikut hancur?"
"Kebetulan saja." Bai Shuo mengangguk, terus maju dalam kerumunan: "Semoga kali ini bisa bertemu dia, sekalian menyelesaikan."
Li Xiao membentangkan layar sembarangan, menunjuk intelijen yang baru diperbarui: "Tidak, Nietzsche luka parah, menyerah bertarung."
Bai Shuo mengangkat kepala melihat foto di atasnya, memegang dagu: "Hanya tersisa setengah kepala, terlihat menyedihkan."
"Makanya, kau benar-benar luar biasa." Li Xiao membuka data Bai Shuo: "Tingkat tujuh bintang puncak melawan puncak bintang sembilan... Hampir membunuh seketika... Semua orang penasaran cheat-mu itu apa sebenarnya..."
Dengan penasaran ia mendekat, berbisik: "Gimana? Mau kasih tahu rahasia? Apakah 'Tuhan Sihir' sudah memberikan Kekuasaan Misteri padamu?"
Yang bisa membuat Prajurit Samsara yang hampir mencapai tingkatan tertinggi Sang Pelampau cedera serius... Selain beberapa senjata dan kekuatan fisik tertentu, hanya Kekuasaan Raja saja.
"Apalagi saat itu begitu banyak orang yang hadir menyaksikan, tidak mungkin tidak ada yang mengenali apa sebenarnya benda itu."
"Tapi karena waktu yang terlalu singkat, ketajaman Pedang Kekuasaan Raja yang terinternalisasi, kecuali musuh yang pertama kali terkena dampak, semua orang tidak bisa memastikan sifat Kekuasaan Raja."
"Dalam legenda, ada yang menduga Tuhan Sihir telah melanggar ketentuan kehendak akhir, mewariskan sebagian Kekuasaan Misterinya kepada Bai Shuo."
"Begitu Bai Shuo lolos ke babak kualifikasi Sang Pelampau, 【Cross】 pasti akan melahirkan dewa sejati baru."
"Lebih banyak orang merasa lega, andaikata Bai Shuo tidak menggunakannya lebih awal, jika tiba-tiba dikeluarkan di final kompetisi ini, pasti bisa menentukan akhir cerita Perang."
"Alasan Li Xiao berani bertanya dengan gamblang hanyalah ingin mendapatkan jawaban yang pasti."
"Mengingat keberadaan Pedang Kekuasaan Raja telah terdeteksi, Bai Shuo pun tak ada yang perlu disembunyikan lagi."
"Ini bukan Kekuasaan Misteri."
Bai Shuo menoleh, memandang ekspresi terkejut Li Xiao dengan senyum keanehan: "Kurasa, kalian salah memahami satu hal. Penerus Tuhan Sihir bukanlah aku sejak awal."
"Tidak mungkin!" Bola mata Li Xiao nyaris melotot keluar.
Seketika, suara Bai Shuo terekam. Dalam hitungan detik, detak jantung, ekspresi wajah, gerakan biji mata, hingga gelombang jiwa Bai Shuo telah dihitung ratusan kali oleh berbagai program pendeteksi kebohongan.
Pada akhirnya, semuanya tanpa kecuali mencapai kesimpulan yang membuat prosesor Li Xiao nyaris meledak: Tingkat kebenaran 98,999%...
Bai Shuo tentu tidak akan sembarangan memberitahu orang lain tentang karakteristik dan atribut apa yang dimiliki Pedang Kekuasaan Raja di tangannya. Meskipun Li Xiao pernah menjadi rekan seperjuangan, pertanyaan yang bahkan tidak pernah ditanyakan oleh saudara seperguruannya Ksatria Abu-abu ini, tidak bisa begitu saja diumbar.
Jadi, dia tidak berbohong, hanya menyembunyikan beberapa informasi.
Sebuah permainan kata-kata kecil, anggap saja sebagai hadiah reuni. Lagipula Li Xiao pasti akan menebaknya juga.
Dengan senyum gembira, Bai Shuo menarik Index dan menghilang dalam kerumunan orang di depan keterkejutan Li Xiao.
Hanya tersisa Prajurit Samsara berambut merah itu yang menatap laporan pendeteksi kebohongan sambil bergumam tak percaya: "Tidak mungkin... Itu jelas-jelas Kekuasaan Raja! Apa analyzer energi rusak? Tidak mungkin! Semua indeks dan gelombang getaran hanya dimiliki Kekuasaan Raja!"
"Ngawur, ini tidak ilmiah..."
