Sebenarnya, jika ini adalah drama keluarga beretika penuh kehangatan, di sini cerita sudah bisa berakhir.
Mengalahkan musuh, menembus kesulitan, reuni ibu-anak, akhirnya keluarga berkumpul... Sungguh mengharukan dan inspiratif, film bagus yang sesuai dengan selera rakyat.
Selalu ada orang di dunia ini yang tak tahan melihat adegan haru reuni ibu-anak, iri dengan kebahagiaan orang lain, selalu ingin membuat kehancuran.
Boom!
Bumi retak berubah menjadi debu di bawah injakan telapak kaki, terbang ke atas dalam angin topan yang dibangkitkan oleh siluet yang melesat.
Pedang iblis 'Avenge' di tangan kanan dan 'Canon Pemakaman Suci' di tangan kiri berputar dalam angin topan, melancarkan serangan dengan energi sihir mengerikan dan niat membunuh.
Jarak yang jauh terlampaui sejentikan jari, Anthus yang membenci Dead Apostle dengan kebencian membara menggila menantang sumber asal True Ancestor - 'Roa'.
Menyusul kemudian serangan balik Raja Permata, amarah serangan Roa, dan tembakan meriam Sion.
Lalu, terpental dengan sakit dan kejam.
Seketika itu, Roa mengangkat anggun jari telunjuknya yang putih porselen, mengaitkannya di antara lima jari lalu menjentikkan.
Udara dan pedang iblis pun hancur bersamaan, bergema erangan kesakitan yang saling bertumpuk.
‘’ yang telah membunuh ribuan Dead Apostle terseret dalam gelombang sisa serangan ini, hancur total. Jari telunjuk itu tanpa ampun menancap ke dada ‘Ksatria Pembalasan Dendam’.
Boom!
Seperti dihantam meriam besi seketika, Answorth terpental. Keempat anggota tubuhnya melengkung membentuk bentuk aneh di udara, separuh tubuhnya berubah menjadi abu di bawah pukulan dahsyat.
Serangan tunggal ini menghancurkan jiwa dan cangkang ‘Answorth’ dari sumber asalnya, menyebabkannya sirna tanpa bekas.
Di menit ke-50 pertempuran, Ksatria Pembalasan Dendam Answorth tewas. Tiga orang bertahan!
Serangan tak berhenti di situ. Saat Roa membuka kelima jarinya, kekuatan mengerikan yang tak terbayangkan meremukkan serangan energi sihir dari pedang permata dengan teknik luar biasa. Gelombang dahsyat energi sihir merah menyemburat menyebar ke segala arah mengikuti senyum dingin yang mengembang di pipi Roa.
Perangkat sihir ‘Sanctus Hymnus’ di tangan Lorelei hancur oleh Guncangan balik yang mengerikan, bahkan ‘Sirkuit Mulia’ warisan dalam tubuhnya remuk dihantam pukulan konseptual.
Satu serangan, berubah menjadi orang cacat.
Pancang baja pembasmi iblis dari Seventh Scripture tercincang oleh ombak dahsyat mengerikan. Tubuh Sion sendiri terlempar ke belakang dalam gelombang sisa.
Dalam kepedihan yang mendalam, Sion menemukan fakta mengerikan: 'keabadian' yang dimiliki tubuhnya ternyata menghilang?
Kemampuan 'keabadian' yang hampir seperti BUG akibat 'Roa', dengan mudah direnggut oleh Roa. Aturan dan konsep dunia termodifikasi di bawah serangan ini.
Hanya dengan satu pukulan, kekuatan Roa sudah cukup untuk meraih posisi puncak tingkat tujuh bintang!
Bagaimana mungkin dia tidak disebut sebagai 'Roa'?
Awal semua cerita di dunia ini berasal dari kedatangannya. Wajar saja jika dia memiliki kekuatan sebesar ini.
Kekuatan tingkat ini telah melampaui ikatan zaman, mencapai ketinggian menakutkan yang seharusnya baru muncul di era 'akhir' umat manusia!
Berbeda dengan UO setengah jadi Gaia - Spesies Pembunuh Primata, dia adalah penguasa bulan sekaligus UO bulan yang mengerikan. Nama 'TYPE-MOON' dalam dunia Type-Moon berasal dari gelarnya.
Pantas disebut sebagai BOSS besar sejati.
Saat ini, bahkan dibandingkan dengan sembilan UO yang disebut 'Aristoteles' di era Bumi Baja, kekuatannya tetap layak menyandang gelar 'terkuat'!
Satu serangan yang menghabisi 'Ksatria Balas Dendam', menghancurkan keabadian Sion secara konseptual, sekaligus memusnahkan Lembaga Pemakaman, paduan suara suci, dan pasukan penyintas sepenuhnya.
Bagi dirinya, ini hal yang biasa saja.
……
“toreesu，on！（Proyeksi, mulai!）”
……
“Zepia Zelretch Schweinorg……”
Dengan senyuman ketidakpedulian, Roa mencekik leher Raja Permata sambil berbisik: "Ingat kau disebut dengan nama ini, kan?"
Mengangkatnya seperti debu, tatapan Roa tetap penuh remeh.
Pedang permata di tangan kirinya perlahan pecah menjadi energi sihir yang tercerai-berai dan pecahan seperti debu pasir. Dicekik erat oleh Roa, keinginan dari 'sumber asal darah' membuat Raja Permata bahkan tak bisa melawan.
"Meski sebelumnya Aku sempat mengagumi nyali dan kekuatan fisikmu, tapi..."
Suaranya berubah dari tenang menjadi kedinginan: "Sebagai Dead Apostle yang tak mau bersujud pada Raja, kau sudah tak punya nilai untuk terus eksis."
Kreek!
Suara retakan tulang leher bergema, disusul ledakan kecil bertubi-tubi seperti petasan. Di bawah serangan energi sihir dan kekuatan fisik yang mengerikan, raga tua dan jiwa Raja Permata mulai mengalami kehancuran tak terhindarkan.
Akhirnya, bagai terkena pukulan 'Ledakan Haigu' frontal, tubuh Raja Permata meledak hancur berkeping-keping, raga dan jiwa musnah total.
Sejak saat itu, dari 27 kelompok, hanya Putri Hitam dan Hakuki yang tersisa.
Baru pada saat itu, cahaya meteor panas menyala datang dengan deru dari ujung langit.
“I am the bone of my sword！（Tulangku terdistorsi dan mengamuk！）”
Dalam aliran cahaya yang sesaat, terkandung kekuatan mengerikan yang tak dapat dicapai oleh orang biasa dan sebagian besar magus seumur hidup, serta kredensial pahlawan masa lalu yang berlari kencang di atas bumi, melesat datang!
Namanya adalah——
Pseudo·Spiral Pedang Penjaga!
Dari bentuk asli pedang tajam masa lalu yang ditransformasi menjadi keadaan panah, Noble Phantasm mengerikan ini membawa semangat mengerikan untuk menembus segala sesuatu di bawahnya, menghujam ke mata Roa dengan deru.
Dalam legenda dan mitos, salah satu 'bentuk asli' dari 'Pedang Kemenangan Berjanji', Spiral Pedang Penjaga - Caladbolg menyimpan kekuatan fisik Thunder di dalamnya.
Maka dalam serangan ini terkandung bukan hanya serangan fisik tak tertembus, tapi juga Thunder murka langit yang mengubah iblis dan makhluk asing menjadi reruntuhan!
Seketika, perisai energi sihir berlapis seperti benteng berdiri di bawah keinginan Roa, dalam sekejap Ratu Bulan yang mempesona ini menunjukkan penguasaan Jalan Sihir yang tak kalah dengan 'Raja Permata'.
Berbagai perisai energi sihir dengan atribut berbeda dan barrier defensif menghalangi di depan bilah pedang spiral yang menusuk, terus-menerus bergesekan menciptakan percikan api menyala, hingga akhirnya menghentikannya dan melayang di depan Bulan Merah Darah.
Di bukit rendah yang jauh, Archer berjubah Merah dengan ekspresi dingin mengeluarkan perintah mengejek: "Fantasi Kehancuran!"
Dentuman keras menggema di hadapan Raja Bulan, Spiral Pedang Penjaga di bawah perintah sang magus runtuh sendiri seketika, bersama kekuatan mengerikan yang tersimpan di dalamnya, meledak layaknya bom!
Ombak besar pucat pasi yang mencekam menerjang reruntuhan bumi, dalam badai debu bahkan Raja Bulan mundur selangkah, pada lima jari indah bak karya seni muncul retakan halus, darah segar merah ruby merembes keluar, memancarkan kilau cahaya.
Hingga saat ini, serangan mematikan ganda akhirnya menusuk angin!
Panah hitam legam menembus awan debu yang bergulung, baru mengeluarkan siulan tajam menusuk angin saat telah muncul di hadapan Roa.
Dalam desisan tali busur membelah udara, Archer berjubah merah berbisik: "Chien de Chasse écarlate!"
Siulan tajam itu bergema, lalu terputus tiba-tiba.
Suara menusuk angin itu diputuskan oleh telapak tangan putih yang menggenggam, bersama panah hitam yang diremas oleh lima jari itu.
Noble Phantasm bernama 'Chien de Chasse écarlate' - proyeksi dan modifikasi dari pahlawan Nordik 'Beowulf' oleh Hero 'Emiya Shirou' - kini hancur berkeping-keping.
Tidak terpental, tidak terhalang, hanya polos digenggam di tangan, lalu digiling menjadi debu.
“Sepertinya merasakan kedatangan Kekuatan Penahan, Roa tersenyum dingin ke arah hamba sambil berbisik pelan: "Serangga kecil Araya, akhirnya lolos juga."”
Serangan jarak jauh tidak berpengaruh.
Ini satu-satunya pelajaran yang didapat Archer berjubah Merah dari dua panahan itu, namun tampaknya tidak cukup membuatnya waspada untuk mundur.
Hero berjubah Merah mengangkat kepala, rambut putih perak pendeknya berdiri seperti jarum.
“Proyeksi, mulai!”
Seketika, belati ganda gelap gulita dan putih murni termanifestasikan dari kedua telapak tangannya, dinamakan: Gan Jiang·Mo Xie!
Memegang senjata, ia melompat dari bukit rendah reruntuhan dan berjalan maju dengan ekspresi wajah datar, berkata dingin pada Raja Bulan: “Roa, kembalilah ke tempat semestimu.”
“Dimana kaki-Ku berpijak, disitu Kerajaan-Ku berdiri. Ini adalah Tanah Perjanjian yang Gaia berikan kepada-Ku.”
Roa menutup mulut dengan sikap acuh sambil tertawa ringan, memancarkan pesona siluman dan ketegaran layaknya Kaisar: “Penjaga tanpa nama, kau tak punya kualifikasi untuk mengusir-Ku.”
Seketika, Hero berambut putih perak mengerutkan alis, tampaknya negosiasi mustahil dilakukan.
Dengan perlahan mengangkat senjatanya, ia mendekat sambil bertanya: “Lalu, apa tujuanmu datang ke dunia yang bukan milikmu ini?”
“Bukankah ini hal yang sangat jelas?” Roa memandanginya dengan tatapan 'kau idiot ya' sambil tersenyum berbisik: “Atas dasar apa lagi Aku turun ke dunia yang menyebalkan ini?”
“Sebagai Pelaksana Araya, kau seharusnya paling mengerti ini, bukan?”
Pupil mata Hero berambut putih perak itu bergetar nyaris tak terlihat.
“Ini adalah hasil dari kejahatan umat manusia sendiri.”
Senyuman di bibir Roa memudar, berubah menjadi kedinginan yang tak tergoyahkan:
“Setelah kedatangan-Ku, inilah akhir zaman primata.”
Deklarasinya menggema dalam getaran keinginan dari kedalaman Bumi.
Gaia dunia ini, di masa depan yang jauh, akan dibunuh oleh manusia.
Di era 'Bumi Baja' ketika planet itu mati dan segala sesuatu berubah menjadi kehampaan, sembilan UO dari tata surya menerima mandat terakhir Gaia, turun ke Bumi untuk memusnahkan manusia secara total.
Kristal Laba-Laba Besar peringkat kelima dari 27 Dead Apostle Ancestors di Amerika Selatan hanyalah bodoh yang salah waktu kedatangan.
Jauh sebelumnya, Roa sebagai Raja Bulan telah membuat kontrak dengan Gaia, memungkinkannya turun ke bumi dalam wujud ganda sebagai 'Raja Bulan' dan 'UO'.
Kini Roa telah turun kembali, maka perjanjian dengan Gaia harus dilanjutkan.
Mempertahankan eksistensi planet ini lebih lama dan sehat, menghancurkan semua hama perusak!
Keinginan Gaia kini mengalir dari kedalaman bumi, berkumpul di tubuh Bulan Merah Darah.
"Warna merah darah di pupil matanya telah memudar, hanya menyisakan keemasan murni."
Seolah gaya gravitasi dunia tak lagi mampu mengendalikannya, Roa bagaikan dewa yang berputar mengitari angkasa, rambut panjangnya berkibar dalam arus kacau energi sihir.
Dengan sikap masa kejayaannya berjalan di dunia ini, kini setelah mendapat dukungan ganda dari 'Raja Bulan' dan 'Gaia', dia pantas menyandang gelar 'dewa' di dunia ini!
"Keberanian seperti ini patut dipuji."
Dengan arogansi yang penuh keyakinan, Roa memandang dari atas Hero yang berjalan maju perlahan: "Sebagai hadiah atas keberanianmu, Kuberikan hak untuk mengangkat pedang di hadapan Raja."
Dalam aliran deras energi sihir yang berlapis-lapis, Putri Bulan tersenyum dingin berbisik: "Hancurkanlah cakar dan gigi terakhir 'Araya' ini."
"Teknik hati, Wu yang tak tergoyahkan!"
Hero berambut putih perak itu berbisik, energi sihir mengalir dengan kecepatan mengerikan melalui sirkuit kompleks, belati ganda di tangannya mengeluarkan suara seperti dengung lebah.
"Kekuatan fisik yang sanggup mengguncang gunung!"
Dengungan itu semakin intens, akhirnya berubah menjadi gemuruh seperti kawanan sarang lebah.
Prasasti pembasmi iblis pada bilah pedang menyala terang, senjata suci yang menyimpan 'Yin' dan 'Yang' telah sepenuhnya sadar.
Sejentikan jari, Gan Jiang terlempar dari genggaman Hero, melesat dengan deru pedang yang menyayat angin!
"Trik kecil yang cukup menarik."
Roa melambaikan tangan, Gan Jiang merintih kesakitan dan hancur di bawah kekuatan mengerikan yang tersimpan di ujung jarinya.
Seketika, pisau putih murni telah terwujud kembali di tangan Archer berjubah Merah, melesat di atas Bumi, mantra berat bergema dari tenggorokannya:
“I am the bone of my sword！（Tubuh ini adalah tulang pedang）”
……
“Saat ini penonton sedang menyaksikan program dokumenter serial 《Dunia Hewan》 yang ditayangkan di saluran kesembilan CCAV.”
Liang Gongzheng memegang mangkuk kosong, dengan wajah serius berkata ke dasar mangkuk: "Musim panas tiba, musim berhubungan intim telah datang..."
Di sebelahnya, Bai Shuo yang sedang serius menikmati mi dengan pasrah mengoreksinya: "Sudah kukatakan 《Dunia Hewan》 itu program edukasi!"
Hasilnya... tanpa sengaja ia sendiri ikut terjebak.
"Mari kita persilakan tamu khusus acara ini untuk menganalisis tren duel ini..." Liang Gongzheng mengarahkan dasar mangkuk ke Bai Shuo: "Apa pendapat Anda?"
Bai Shuo memalingkan wajah sambil mendorong mangkuk besar yang hampir menjebaknya, menyeruput mi dan berkata: "Emiya Shirou tidak mungkin menang."
"Sepatuhnya yakin?"
"Sudah pasti, itu kan Roa." Bai Shuo kembali memalingkan wajah: "Awalnya sudah BOSS tingkat tujuh bintang, sekarang dengan dukungan Gaia, kekuatan tempurnya pasti melonjak drastis."
“Lihat lagi Araya, kota Misaki sudah dijungkirbalikkan lebih dulu, di sini manusia untuk sementara sudah tidak bisa membentuk kekuatan tempur. Meski Emiya Shirou adalah protagonis sebelumnya, tapi sebagai Hero tidak memiliki popularitas, paling tinggi hanya mencapai puncak tingkat enam bintang...”
Bai Shuo menyeruput mi dengan santai, berbisik samar: "Kekuatan berbeda jauh, bagaimana bisa menang?"
"Ck, level belum naik sudah buka BOSS akhir... bukankah pasti mati?"
"Tidak tentu."
"Hmm?"
"Kubilang, tidak tentu." Bai Shuo tetap menunduk berbisik: "Aku bisa melihatnya."
Melalui waktu, dia sudah memahami hasil duel ini sejak awal.
Karena itulah dia bisa melihat.
Itu adalah perubahan di luar perkiraan.
……
Di bawah langit terbakar Barrier·Unlimited Blade Works, semua senjata di bumi sudah hancur menjadi reruntuhan.
Bumi pecah, seluruh barrier tengah hancur tak terelakkan di bawah kekuatan Zhu Yue.
Di atas genangan darah, Hero babak belur akhirnya kehilangan tenaga terakhir, hanya bisa mengangkat kepala dengan susah payah, menyaksikan Putri Bulan yang menebar kematian di langit.
Memandang pecundang yang bergerak-gerak ingin bangun di bumi, Zhu Yue berbisik dengan belas kasihan langka: "Apa Araya sudah melemah sampai mengandalkan Hero fiksi seperti ini untuk bertahan?"
"Hero fiksi?"
"Di dalam rongga dada Emiya Shirou yang hancur, terdengar senyum kepedihan: 'Benar, aku sudah menjadi orang yang tak ada lagi.'"
"'Kehilangan masa lalu karena perubahan dunia, menjadi lemah sampai seperti ini.'"
"Memandang bayangan dirinya dalam genangan darah, dia tersenyum rumit: 'Bahkan sekarang... mungkin ini terakhir kalinya aku muncul di dunia tanpa diriku ini.'"
"'Kalau begitu, maukah menyembahku?' Roa berkata dengan angkuh: 'Sebagai bawahanku, atas nama Raja Bulan, aku bisa menganugerahkan kelahiran baru padamu.'"
"'Gilgamesh lagi... haha... selalu bertemu tipe orang seperti ini.'"
"Emiya Shirou tiba-tiba tertawa, dengan senyum pedih penuh kenangan. Bersandar pada Pedang Kemenangan Berjanji terakhir, dia bangkit susah payah sambil menggenggam gagang pedang dengan tangan tak utuh:"
"'Harus kukatakan berapa kali lagi?'"
"Keadilan yang dulu kuterima dari Kiritsugu di bawah sinar bulan itu, mana mungkin kulepaskan di sini?"
"Mimpi Kiritsugu..."
"Dengan senyum tak kenal takut, di antara bunyi gesekan tulang-tulang hancur, sekali lagi dia mengangkat pedang sambil berbisik:"
"'Bahkan orang khayalan yang hanya ada dalam samar-samar pun punya keyakinan teguh yang tak boleh dikotori!'"
"'Perhatikan baik-baik, Roa.' Dengan langkah tertatih dia maju, membawa segala tekad untuk membakar habis sisa tenaga, tertawa lebar sambil menebaskan bilah pedang."
"'Inilah... keadilan!!'"
……
Di tengah kota yang telah berubah menjadi reruntuhan, cahaya yang membakar menerangi puing-puing bata yang berserakan.
Di antara abu dan reruntuhan yang tak terhitung, masih ada orang yang bergerak-gerak dalam kesakitan.
Organ dalam hancur seluruhnya, kehilangan 50% darah, tulang-tulang bagian bawah tubuh sepenuhnya remuk...
Meski demikian, pria ini belum mati. Dengan keteguhan pantang menyerah yang menyakitkan, dia mengulurkan lengan patahnya dari reruntuhan, berusaha maksimal meraih ke atas, tenggorokan parau mengeluarkan bisikan samar.
Dalam penglihatan berkabut, dia mendengar suara samar datang dari langit, seperti bisikan rendah banyak orang.
"Emiya Kiritsugu, apa yang kau cari?"
Dengan mata kebingungan yang terbuka, pria itu berbisik dengan senyum keanehan penuh derita: "Keadilan sejati."
"Emiya Kiritsugu, di mana kau mencarinya?"
Baron yang seumur hidup memerankan 'penjaga neraca' itu menjawab dengan susah payah: "Hanya... terbatas dalam diriku sendiri."
"Emiya Kiritsugu, ke mana tujuanmu?"
Seketika itu, semua obsesi yang tersisa dalam jiwanya meluap. Dengan seluruh kekuatan, dia mengaum parau:
"Garis finish keadilan!"
Bahkan sampai keit ini, dia masih rela membakar habis seluruh hidupnya untuk menggenggam erat 'keadilan' itu!
Jadi, kontrak terpenuhi!
Dua pria yang memiliki 'marga', 'sebab-akibat', dan 'kerinduan tragis' yang sama tiba-tiba menyatu dalam sekejap.
“Barrier·Unlimited Blade Works pada keit ini hancur, tubuh hancur Emiya Shirou berubah menjadi energi sihir tak terbatas, di bawah kendali utama Araya seperti aliran deras yang menyapu dan menyerap siluetnya.”
“‘Cita-cita luhur’ yang diwariskan dua generasi dan resonansi keteguhan pada keit ini, mereka berbisik begitu, menyatukan takdir dan jiwa dalam harmoni.”
“Seketika, mereka mati.”
“Lalu, terlahir kembali!”
“Saat aliran deras yang ganas akhirnya sirna, sosok utuh yang muncul dari reruntuhan adalah sesuatu yang tak terduga oleh semua orang.”
“Dalam keheningan, Hero Berpakaian Hitam mengangkat kepala dari reruntuhan, menggenggam erat pistol dan pedang di tangannya.”
“Merasa denyutan di rongga dada, ia bergumam dengan suara rendah:”
“‘Maaf, ‘keadilan’ yang kuserahkan padamu, akan kukembalikan.’”
“Bab 697 Dunia manusia, kembali ternoda.”
“Dalam deru angin malam yang dingin, jubah panjang hitam gelap Hero yang retak seolah menyatu dengan bayangan malam, namun di ujung jarinya terjepit peluru putih murni yang memandang bulan purnama Roa dengan ketidakpedulian.”
“Bulan purnama bagai cahaya yang mengitari punggungnya, Roa menunjukkan senyum keanehan: ‘Menarik.’”
“Dalam diam, peluru putih murni itu seolah melompat-lompat, berputar lincah di ujung jari Hero Berpakaian Hitam, rencana pertempuran sedang dirumuskan dalam pikirannya.”
“Tak mampu dilawan.”
“Meski telah lahir kembali, perbedaan antara dia dan lawan tetap tak tersembuhkan.”
Kesenjangan kekuatan yang mampu menyerap segala sesuatu tak tersembuhkan oleh apa pun.
Jika demikian... mari kita membelah Waktu!
Seketika, bisikan perlahan terdengar: "Time Alter——Tenfold Accel! (——sepuluh kali lipat percepatan)"
Boom!
Dentuman keras atmosfer pecah bergema dari langit, lubang antropomorfik muncul dari udara, seluruh pemandangan terdistorsi dalam angin kencang yang meledak, berubah menjadi panorama samar.
Dalam waktu yang berakselerasi, Emiya Kiritsugu sedang Serang!
Seketika, menerobos belenggu antara Bumi dan langit, siluet hitam berlari dalam derap yang membakar habis dirinya sendiri.
Meski begitu, ia tak merasa puas. Dalam sensasi terbakar gila dari sirkuit sihirnya, ia kembali berbisik: "Time Alter——Tenfold Accel! (——sepuluh kali lipat percepatan)"
Waktu yang dipercepat sepuluh kali lipat bertumpuk dengan percepatan serupa, mengalir dengan kegilaan yang berlipat ganda.
Kali ini, mencapai tingkat 'seratus kali lipat' yang mengerikan!
Seketika itu, kekuatan fisik yang meledak dari Emiya Kiritsugu membuat Bai Shuo sedikit terkesan.
Hampir sepenuhnya dengan obsesi dan permohonannya sendiri, ia mendorong 'Time Alter' hingga mendekati wilayah 'Prelude Ketikan'!
Jika mampu mencapai Transendensi dari ikatan dimensi ini, bukan tak mungkin ia meraih gelar setengah dewa. Tapi mungkin hanya di dunia dengan aturan serumit ini ia bisa mencapai prestasi setinggi ini?
Sementara bilah pedang yang dicepal erat oleh Emiya Kiritsugu juga menyambar dalam kecepatan tinggi ini.
Noble Phantasm terakhir yang ditinggalkan 'Emiya Shirou', dan 'Pedang Kemenangan Berjanji' yang menjeratnya seumur hidup, kini melepaskan segelnya.
Atas nama 'keadilan', sumpah kemenangan!
Namanya adalah——"Excalibur!"
Cahaya menyala-nyala bagai matahari menyembur dari bilah pedang, menebas Roa yang hanya sejengkal di depannya!
Seketika, bisikan Bulan Merah Darah bergema: "Rasakanlah, inilah..."
Menghadapi serangan mengerikan yang sudah di depan mata, Roa tersenyum kecut mengulurkan telapak tangan. Gelombang atmosfer mekar di ujung jari rampingnya.
"...Ingatan planet!"
Ilusi gemerlap bintang yang berputar tak terhingga tiba-tiba muncul dari langit malam gelap gulita. Dengan Bulan Purnama sebagai poros, ribuan bintang berputar cepat pada ketikan, meninggalkan jejak-jejak yang perlahan sirna.
Pemandangan megah ini, melalui pembiasan energi sihir, terpantul di depan ujung jari Roa. Seketika, pusaran bintang-bintang tercipta!
Memori Bumi ini, dalam ingatan Gaia, wujud perputaran dunia ini...dan kekuatan yang meledak keluar!
Sorotan dingin perak putih berkumpul dari pusaran bintang-bintang, terpendam hingga mencapai ambang batas kritis pada ketikan itu, lalu akhirnya meledak keluar!
Pada seketika, Pedang Kemenangan Berjanji dan kekuatan yang termanifestasi dari ingatan planet bertabrakan, kembali memicu gelombang dahsyat kehancuran.
Jika sebelumnya Kota Misaki adalah reruntuhan 'dinding dan atap yang runtuh', maka sekarang ia benar-benar berubah menjadi debu dalam gelombang sisa yang mengerikan ini.
Namun di momen paling krusial ini, Emiya Kiritsugu justru... melepas pedang tanpa ragu-ragu!
Membiarkan 'Noble Phantasm' berharga terlepas dari genggamannya, terlempar oleh hantaman Boom, yang ia butuhkan hanyalah seketika itu!
Pada seketika itu, pengisian peluru di tangan Emiya Kiritsugu dimulai!
Ingatan ribuan kali pengisian ulang dalam tubuhnya dan peningkatan mengerikan dari percepatan ratusan kali lipat, membuat kecepatannya mencapai tingkat yang tak terbayangkan.
Hanya dalam satu ketikan, peluru putih murni telah terisi dalam magasin, meledak dengan resonansi.
Dalam angin kencang yang menyatu dengan jiwanya, Emiya Kiritsugu mengangkat telapak tangan dan menarik pelatuk.
Seketika, persenjataan yang telah berubah menjadi Noble Phantasm aktif, Hukum Putih terkembang!
Dengan 30% energi sihir untuk pengisian, menggunakan tulang-belulangnya sendiri sebagai medium untuk membangkitkan konsep, peluru yang terbentuk dari partikel rohani dan energi sihir melesat keluar dalam dentuman keras.
Target: Musuh Primata - Roa!
Peluru menembus vakum, menerobos aliran deras energi sihir di hadapan Roa, terus maju melakukan breakthrough.
"Seketika, sudut mulut Roa mengangkat senyum gembira."
Dari awal hingga akhir, dia menyaksikan seluruh proses lawannya mencapai status Hero, dan terkesima karenanya.
Perolehan panca indera, pertukaran kesadaran. Meski perspektif kehidupan begitu rendah, mampu mencapai tingkat ini.
Sekalipun musuh, cukup layak mendapat pujian darinya.
Meski suara begitu riuh, sungguh membuat hati berbunga-bunga, membuat langkah kaki terasa ringan.
Kalau begitu... bakarlah habis-habisan!
Biarkan Aku menikmati sukacita dunia fana!
Tertawa lebar penuh kegembiraan, Roa membentangkan lengannya, rambut panjang keemasannya berkibar seperti air terjun.
Dalam sikap seolah hendak memeluk seluruh dunia, kekosongan kekacauan terbuka dari pelukan kedua telapak tangan ini, menerjang garang energi sihir dari sumber alam, memantulkan cahaya mempesona.
"Angin topan, gelombang, cahaya, penghabisan... meledaklah di tangan Aku!"
Kilatan listrik dan keanehan yang lahir dari gesekan partikel rohani dan energi sihir dibatasi menjadi lingkaran 30 cm, menampakkan lubang hitam yang gelap gulita.
Ini adalah pusaran konflik yang tercipta dari kolapsnya gravitasi dan aturan, konsep dimainkan Roa dengan mudah, berevolusi kembali menjadi pusaran yang mampu menyedot seluruh dunia.
Seketika, kekosongan yang memancarkan kilatan listrik biru dalam didorong keluar oleh telapak tangan itu, bertabrakan langsung dengan sihir putih dan mengeluarkan dentuman keras yang bergemuruh.
Energi sihir yang terkonsentrasi saling menghancurkan, sihir putih dan kekosongan besar mengangkat pelangi energi magis, gelombang sisanya membuat ley line yang terhubung dengan seluruh kota Misaki mulai terdistorsi dan hancur menjadi bentuk-bentuk aneh.
Gelombang sisa yang menerjang membuat Bumi retak menjadi bentuk-bentuk ganjil, kehilangan gaya gravitasi di ruang angkasa dengan aturan kacau ini, dan berbalik terbang ke udara.
Kehancuran yang tak terbendung sedang meluas ke segala arah, namun tepat ketika keanehan hendak menyebar lebih jauh, ia dipakukan mati di kejauhan oleh kegagahan sunyi.
Di tempat yang jauh, Bai Shuo mengulurkan satu telapak tangan, tanpa ampun meremukkan gelombang sisa dari 'ledakan planet' ini.
Menurut Bai Shuo, cukuplah konflik ini terbatas pada kota malam ini, tak perlu memperluas pengaruhnya hingga selevel ledakan hulu ledak nuklir.
Sejentikan jari, kegagahan menyebar dan membekukan ombak dahsyat yang meledak serta ruang angkasa yang retak, bersama waktu yang dipercepat ini pun turut membeku.
Kegagahan yang bernama 'ketikan' dalam sekejap menyelimuti Bumi, membuat segalanya membeku kecuali area beberapa meter di sekitar tubuh Bai Shuo.
Waktu terhenti! Inilah kegagahan ilahi yang melampaui ikatan duniawi!
"Dalam pemandangan ajaib yang tak terbayangkan ini, Bai Shuo meletakkan mangkuk kosong dan sumpit yang sudah digunakan kembali ke atas meja: \"Aku sudah selesai makan.\""
"Sambil mengambil paksa tisu dari tangan Sion yang terdiam, ia menyeka mulutnya. Setelah meneguk setengah teko teh dingin sekaligus, dia menatap Sion dengan serius: \"Lain kali ingat kurangi garam.\""
"Sayangnya, Sion masih tenggelam dalam guncangan akibat pemandangan mengerikan di depannya, sepertinya sama sekali tidak mendengar."
"Kalau tidak, mungkin rasa hormat yang baru saja timbul terhadap 'Yang Mulia Dewa'-nya ini akan sirna tanpa sisa."
"Dalam kesunyian, komunikasi antara Bai Shuo dengan suatu keinginan kembali dimulai."
"Hanya bertahan seketika, hasilnya langsung ditetapkan."
"\"Ini kan permintaanmu, masa cuma kasih waktu lima menit?\""
"Bai Shuo berdiri dari kursi, bergumam pasrah pada sumber keinginan: \"Meski efeknya 'sedikit' berlebihan, tapi sikap pelitmu ini benar-benar luar biasa.\""
"\"Sudahlah, lima menit ya lima menit.\""
"Bai Shuo segera menetapkan permintaan ini sebelum ketahanan sumber keinginan mencapai batas maksimal."
"Lagian tempat mereka bertempur ada di depan rumah Liang Gongzheng. Bagaimanapun juga dia tidak mungkin hanya menjadi penonton. Lebih baik menggunakan topi besar 'sumber' ini untuk bertindak, setidaknya 'Kekuatan Penahan' yang dihadapi akan berkurang sedikit."
"Sekarang, mie sudah habis, saatnya bertindak."
"Berdiri di pintu masuk, Bai Shuo mengulurkan telapak tangannya, menyentuh blokir waktu beku."
Seketika, waktu yang membeku kembali mengalir, hanya gelombang sisa yang mengerikan itu telah dihabisi oleh Bai Shuo menggunakan kekuatan dari 'Jalan Neraka'.
Dalam kehampaan yang tiba-tiba ini, dentingan halus yang berderit-derit terdengar dari kejauhan.
Di bawah bulan merah darah dan tatapan terkejut para Hero, rumah yang menyamar di dimensi paralel dunia kembali ke posisi semula.
"Dunia manusia, penuh kotoran lagi..."
Suara berat bergema dari kedalaman keheningan, pria dengan ketidakpedulian muncul dari kegelapan, menatap mereka lalu tiba-tiba menunjukkan senyum keanehan: "Hanya bercanda."
"Tapi, sudah bertarung selama ini, kalian pasti lelah. Sebagai tontonan sambil makan, cukup menghibur." Ia menguap dan berkata: "Waktu makan mie rebus sudah lewat. Kalian juga seharusnya... sudah waktunya berakhir?"
Sama sekali tak peduli dengan permusuhan yang terkonsentrasi padanya seketika itu, Bai Shuo mulai melangkah maju dengan tenang:
"Meski ingin menjeda dan melanjutkan besok, tapi sudahlah. Tingkat pembekuan waktu seperti itu, mungkin akan membuat Sumber marah lagi."
Dengan ekspresi pasrah, ia bergumam sendiri sambil berjalan di medan perang yang dipenuhi reruntuhan dan puing, langkahnya stabil dan terampil seolah kembali ke tempat yang familiar, wajahnya menunjukkan senyuman penuh kenangan.
"Sungguh nostalgia, rasa medan perang."
Ia mencium bau udara yang beraroma pertempuran, berbisik pelan: "Selanjutnya, harus bagaimana ya?"
Seketika, ia mengatasi penghalang ruang angkasa, melangkah ke antara Roa dan Hero. Barrier yang tak tertembus berubah menjadi tameng, mengisolasi keduanya secara total.
Berdiri di pusat, Bai Shuo menatap langit malam gelap gulita: "Pertama... harus ada cahaya."
Seketika, langit malam gelap gulita tercincang oleh kegagahan ilahi yang tiba-tiba menyala. Cahaya dan energi dewa terkonsentrasi di udara, merajut pola mandala rumit nan megah, menentukan landasan wilayah dewa.
Kemudian, cahaya panas menyala yang tak tertahankan menyiram dari langit seiring perluasan wilayah dewa.
Diikuti rasa terbakar seperti akan ditelan matahari karena terlalu dekat, dipenuhi rasa takut.
Dari pria yang tersenyum itu, kegagahan merah menyala menyebar sunyi, kekuatan ilahi bagai gunung raksasa!
Seketika, keajaiban terhampar!
