Ujian Kekuasaan Raja.
Di inti tak tergantikan dunia tak terbatas, Ruang Dewa Utama akan mengadakan seleksi - atau 'tugas' - setiap 60 kali misi.
Tugas dengan tingkat kesulitan tertinggi yang diakui semua Prajurit Samsara, tidak hanya memiliki persyaratan misi yang kejam, tapi juga tingkat kematian dan kemungkinan penghancuran total tertinggi.
Karena para peserta perang selalu mencakup Prajurit Samsara Bintang Sembilan, Sang Pelampau, bahkan 'dewa'.
Seperti ujian akhir setelah belajar dan berjuang panjang. Yang gagal harus membayar 'uang sekolah' mahal berupa harga mengerikan, lalu memulai kultivasi ulang.
Dan selama lulus, seseorang bisa terbebas dari tugas tak terbatas, menjadi 'Marquis' yang mengubah seluruh dimensi menjadi wilayah kekuasaannya.
Dengan kata lain, melewati ujian ini berarti Anda layak menjadi dewa yang mengendalikan seluruh dunia.
Berbeda dengan penyusup gelap yang menghindari kehendak akhir melalui berbagai metode curang dan bereinkarnasi ke dunia lain, sang pemenang akan menjadi cabang kehendak akhir yang menembus seluruh dimensi, dengan mudah mengatur dan memodifikasi aturan dunia sesuai keinginannya.
Singkatnya, mereka adalah 'Raja Dunia' yang sejati.
Selama misi tak terhitung, Ruang Dewa Utama telah mencetak generasi demi generasi Sang Pelampau, mengirim mereka ke berbagai dunia, dan menggabungkan dunia-dunia baru ke dalam ruang tak terbatas.
Ini hanyalah bagian awal dari seluruh ujian, hasil dari siklus periodik yang berulang.
Namun, setiap beberapa siklus ini, akan muncul 'Ujian Kekuasaan Raja' yang spesial.
Lulus dari ujian ini bukan hanya mendapatkan 'satu dunia', melainkan 'Kekuasaan Raja' atas seluruh alam semesta tak terbatas!
Dari manakah asal Kekuasaan Raja ini?
Kekuatan yang menguasai aturan dan melampaui dimensi tak terbatas ini, bagaimana terbentuknya?
Sejak lama, orang telah merenung dan meneliti, akhirnya menemukan jawaban yang mengejutkan.
'Tugas' yang diadakan setiap sepuluh hari adalah ujian wajib bagi semua Prajurit Samsara.
Bagi Prajurit Samsara, setiap misi mungkin menjadi ujian hidup atau mati, sekaligus jalan untuk terus menjadi lebih kuat.
Lalu apa arti semua ini bagi 'Kehendak Akhir'?
Apakah misi bagi 'Kehendak Akhir' benar-benar hanya untuk mencetak kelompok demi kelompok petarung pemberani?
Hingga lama kemudian, barulah mereka menyadari bahwa jika Prajurit Samsara mendapatkan kekuatan yang lebih besar, poin hadiah, rune, dan berbagai item dari setiap misi,
Maka yang diperoleh Dewa Utama dari misi-misi tersebut adalah aturan baru dan 'konsep'!
Persis seperti pohon yang terus-menerus mengeluarkan cabang, menumbuhkan daun baru, semakin subur dalam evolusi yang berulang.
Di sisi lain, kekuatan Prajurit Samsara meningkatkan kualitas kelompok, sekaligus memperkuat Kehendak Akhir.
Semakin kuat, semakin banyak aturan yang bisa ditampung. Semakin banyak aturan yang ditampung, semakin sempurna diri mereka. Kesempurnaan ini membawa lompatan kualitas lebih lanjut bagi 'Prajurit Samsara'.
Dalam sirkulasi ajaib ini, semua peserta mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Hingga akhirnya, hasil yang dibawa adalah perluasan dan turunan lebih lanjut dari dunia tak terbatas.
'Kehendak Akhir' yang awalnya hanya berada di 'satu dimensi' ini, melalui penyerapan aturan baru, terus tumbuh dan berevolusi. Dengan mengandalkan siklus ini, ia berkembang menjadi raksasa seperti sekarang ini.
Seperti benih yang mulai bertunas, bertangkai, tumbuh, menjadi pohon kecil, secara berkala melalui 'Ujian Kekuasaan Raja' akan mengeluarkan cabang-cabang baru.
Dengan cara ini, pohon besar bernama 'Kehendak Akhir' terus menyerap nutrisi, mengeluarkan cabang-cabang baru. Setiap kali mencapai tahap baru, ia bisa menghasilkan buah bernama 'Kekuasaan Raja'.
Lahir dari ribuan aturan, namun mengatasi semua aturan - Kekuasaan Raja.
Inilah tujuan yang diperebutkan oleh petarung pemberani yang tak puas dengan 'menguasai satu dunia'.
Memiliki Kekuasaan Raja berarti bisa membangun Takhta, menjadi 'Penguasa Mutlak' kesepuluh di dunia tak terbatas!
Kali ini, ini adalah 'kesempatan emas' yang tak diketahui berapa kali 'Ujian Kekuasaan Raja' harus ditunggu! Semua yang percaya pada kekuatan mereka takkan melewatkannya!
Justru karena inilah Chen Jingmo merasa sangat pusing.
Menurut statistik 【Cross】, jumlah Prajurit Samsara berstatus setengah dewa di dunia tak terbatas mencapai 860+ orang, termasuk 200+ bintang sembilan, 40+ Pelampau, 10 dewa...
Semua ini berpotensi menjadi musuh Tim Harapan.
Data intelijen, informasi profil, pencapaian tempur, dan analisis mereka saja sudah bisa memenuhi seluruh perpustakaan!
Jika bukan karena syarat mengikuti 'Ujian Kekuasaan Raja' tidak hanya perlu tingkat enam bintang, tapi juga 'Kredensial Kekuasaan Raja' yang sudah melampaui item kelas langka...
Pasti akan lebih banyak lagi data yang harus diolah Chen Jingmo!
Dari sini terlihat betapa 【Cross】 memiliki sumber daya yang melimpah ruah.
Tim yang dikirim untuk mengikuti ‘Ujian Kekuasaan Raja’ kali ini dari pihak 【Cross】 berjumlah lima tim. Setiap tim dipimpin oleh Sang Pelampau dan dilengkapi dengan ‘kredensial kekuasaan Raja’ yang dihargai sampai tiga juta poin hadiah plus dua kartu alur cerita tingkat S di pasar transaksi.
Berbagai item, intelijen, ramuan, dan data membanjiri seperti air bah, benar-benar mempersenjatai setiap peserta sampai ke tingkat gunting kuku dengan enchantment +9.
Di momen krusial ini, sementara peserta lain sibuk mempersiapkan diri dan berlatih dengan semangat membara, Tim Harapan...
Bai Shuo selaku kapten tim malah keluyuran di luar dan tidak pulang ke rumah.
Sebagai maskot ‘Tim Harapan’, Youxi ikut kabur dari rumah untuk bermain di tempat yang tidak bisa dijangkau ayahnya.
Sun Wukong yang remuk hati terus memeluk item ‘Televisi Ajaib’ yang bisa mengintip Dunia Misi selama tiga jam, tidak mau melepasnya bahkan saat makan/minum atau BAB, sesekali menggigit saputangan sambil ‘hik hik’...
Monyet liar itu juga tak ketinggalan menggunakan ‘Undangan Jurang’, masuk ke dunia ‘Diablo’ yang kesulitannya dinaikkan ke batas maksimal untuk membunuh ‘Dewa Jahat’ sekadar untuk bersenang-senang.
Autolia setiap hari tenggelam di ‘Medan Latihan’, mengenakan beban latihan tingkat mengerikan dan ‘Gelang Kendali Kekuatan’, berlatih seni pedang dalam pertarungan mematikan tanpa henti.
"Setiap pulang ke rumah, tubuhku selalu berlumuran darah. Padahal aku gadis serius dan berpenampilan baik, tapi sekarang begitu memegang pedang, auranya langsung berubah jadi 'wanita iblis' yang terlihat sangat menyeramkan."
……
"Alhasil tak ada satu pun yang mau membantuku mengurus dokumen! Ah!!!!!!!!!!"
Chen Jingmo berguling-guling di meja dengan putus asa layaknya anak kecil: "Aku mogok kerja, aku berhenti!!! Wu wu..."
Setelah menunggu lama tanpa jawaban dari Liya, dia mengangkat kepala dan melihat gadis itu sedang berusaha pergi diam-diam.
Bisikan muram terdengar dari belakang Otolia:
"Liya... Kau mau ke mana?"
Tubuh gadis rambut emas itu sekonyong-konyong kaku. Perlahan ia menoleh sambil memaksakan senyum: "Ha-hanya latihan rutin, Wakil Kapten. Jangan overthinking, sama sekali tidak berniat pergi ke... Hmm."
"Oh?" Chen Jingmo menempelkan wajah di meja, menyipitkan mata dengan ekspresi pura-pura mengerti: "Sama sekali tidak berniat melakukan apa?"
"Haha, tidak ada apa-apa kok." Otolia cengar-cengir gelisah sambil mengangkat 'Pedang Raksasa Tumpul' latihan, perlahan mundur: "Aku latihan dulu! Masih ada 2000 ayunan pedang hari ini, jadi..."
"JA-ANG-AN PERGI!" Chen Jingmo masih menempel di meja, memancarkan aura hitam pekat dengan suara gemetar aneh: "Tetaplah di sini menemaniku."
"Namun berlatih seperti mendayung melawan arus, tidak maju berarti mundur. Lagipula aku benar-benar tidak ahli dalam hal pengaturan dokumen."
"Tidak apa-apa, duduklah di sini memberiku semangat. Dengan doronganmu, efisiensi kerjaku pasti akan meningkat lebih banyak." Chen Jingmo menampilkan senyuman gelap:
"Sekali-kali! Sekali-kali jangan coba-coba mencari orang yang sedang berkeliaran di luar sana ya..."
Otolia gemetar di bawah senyuman Chen Jingmo yang memancarkan aura hitam, ragu-ragu berkata: "Ta-tapi... membiarkan kapten sendirian di luar... apa tidak apa-apa?"
"Hmph... biarkan dia mati saja."
Chen Jingmo sepertinya teringat kenangan buruk, ekspresinya menjadi gelap sampai ke titik nadir. Di tangannya tanpa sadar muncul pisau tulang berat yang menghujam meja, membuat gulungan tak bersalah itu terpotong putus.
"Hmph, dasar pecinta permainan memalukan dan tukang selingkuh! Mati saja! Mati saja!"
"Ehh..."
Otolia yang melihat Chen Jingmo tenggelam dalam kenangan memalukan, teringat sensasi fisik yang pernah dialaminya. Pipinya memerah sambil menunduk memandangi ujung kaki.
Hal-hal yang pernah dilakukan di pemandian air panas itu, sudah lama tidak diulangi lagi.
……
Singkatnya, urusan menarik Bai Shuo kembali dari dunia tak terbatas ini, terlupakan begitu saja oleh dua orang yang asyik dalam kenangan mesra mereka.
※※※
Di dunia luas yang seakan tak berbatas, segala sesuatu dipenuhi oleh rupa putih murni. Seluruh ruang kehilangan konsep jarak dekat dan jauh dalam pandangan manusia biasa.
Cahaya yang tak diketahui asalnya menyinari segalanya. Di mana pun mata memandang, hanya terhampar warna putih yang tandus dan menyedihkan.
Tepat di pusat gravitasi dunia, terdapat pintu batu raksasa yang dipenuhi berbagai pola mempesona, melayang di atas Bumi.
Di atas pintu batu kolosal yang sarat dengan kesan sejarah dan kedewasaan ini, terukir berbagai wujud tak tergambarkan dan pola-pola abstrak.
Sebagian menyerupai kota mengerikan yang tenggelam di dasar laut, sebagian seperti bintang-bintang mengerikan yang melayang di kedalaman alam semesta, dan lebih banyak lagi simbol-simbol aneh yang membuat orang ingin mengamuk.
Ia diam melayang di belakang garis punggung pria berkulit hitam legam itu, tepat tiga kaki di atas tanah Bumi yang pucat.
Di depannya, pria kurus tinggi berkulit hitam legam dengan ekspresi wajah gembira duduk di tanah, diam dan penuh kesabaran menunggu kedatangan sesuatu.
Hingga lama kemudian, di hadapannya perlahan muncul pintu samar-samar yang bersinar keperakan, lalu terbuka.
Saat anak muda berambut acak-acakan keluar darinya, pintu perak itu segera menutup dan melayang di belakang pendatang baru seperti 'Pintu Batu'.
Memandang 'Guru' yang tersenyum bahagia, ekspresi Liang Gongzheng tetap datar:
"Ada perlu?"
