"Aku akan mengalahkan sepuluh orang!"
Bai Shuo menunjukkan senyum dingin penuh antisipasi pada musuh di depannya: "Kuharap kalian bisa bertahan lebih lama, sekaligus kuharap sisa hidup kalian tidak dihantui bayangan, jika memang masih punya sisa hidup..."
Seketika, aliran waktu menderu dari ujung jarinya, meledak ke segala arah dengan kekuatan kegagahan ilahi.
Dalam sekejap, segala fenomena layu dan hancur, penghalang berupa musuh di depan berubah menjadi debu tulang pucat tanpa suara, lalu sirna.
Menunduk, Bai Shuo dengan serius menambahkan satu garis horizontal di samping karakter '' kelima pada batu di sebelahnya.
"Gelombang kedua puluh enam, waktu bertahan mereka jauh lebih singkat dari perkiraan."
Padahal baru dua jam memasuki dunia ini, sudah mendapat sambutan 'hangat' yang tak terduga.
Kembali ke dua jam sebelumnya, saat Bai Shuo pertama kali melangkah ke dunia pertempuran tanpa henti ini.
Dalam pusaran cahaya, Bai Shuo menembus pusaran itu dan menginjakkan kaki di lantai baja.
Bai Shuo penasaran mengangkat kepala, memandang sekeliling. Seluruh pandangannya hanya diisi oleh dinding baja yang memantulkan sorot dingin.
Rasanya seperti kembali ke markas tim, hanya berbeda karena kini tak ada cahaya ilahi dewa utama, dan sekelilingnya bukan kegelapan tak terbatas melainkan kamar baja tertutup.
Di ruang logam dengan panjang-lebar-tinggi yang mutlak setara, setiap sisi memiliki pintu logam berbentuk lingkaran yang seolah bisa menuju tempat lain.
Tapi mungkin... bahkan di luar pintu pun akan ada kamar logam yang persis sama dengan ini?
Tak diragukan lagi, ini adalah labirin, dunia kubus Rubik seperti dalam film horor "Cube"!
Di setiap pintu terdapat simbol abstrak yang sulit dipahami, di sampingnya ada nomor kompleks terdiri dari huruf dan angka.
Hanya dengan berada di sini saja, orang sudah merasakan perasaan tertekan seperti terpenjara.
Bai Shuo memandang sekeliling, persepsinya mulai menyebar.
Tapi segera alisnya berkerut. Di sini, setiap kamar seperti 'dimensi' terpisah dari yang lain. Persepsinya yang sulit menembus penghalang baja itu segera tersesat dalam langit tak berujung bagai lubang hitam.
Tampaknya di sini, persepsi pun sudah diblokir?
"Lalu, di manakah petunjuk tugas itu?"
Bai Shuo memandang sekeliling kamar baja yang bersih tanpa setitik debu, namun selain simbol abstrak dan nomor di atas pintu, tidak ditemukan petunjuk apa pun yang bisa memicu tugas.
Pada ketik ini, di tangan Bai Shuo, tulisan mulai muncul dengan sunyi pada surat kosong itu: "Ujian Kekuasaan Raja, dimulai. Prajurit Samsara Bai Shuo, masuki urutan: 76."
"Tugas: Temukan petunjuk dalam dua jam, capai lokasi dewa utama, mulai ujian akhir. Waktu mulai berjalan..."
Sebelum Bai Shuo sempat menyelesaikan bacaan, tulisan merah darah segera muncul dari surat itu.
【Penyimpangan terdeteksi! Penanganan sedang dilakukan!】
Seketika, Bai Shuo merasakan eksistensinya terkunci oleh kemauan yang merasuki setiap sudut kubus Rubik baja tak terbatas ini, memulai analisis berulang.
Menghadapi anomali ini, Bai Shuo mengangkat alis dengan pemahaman, menunjukkan senyum dingin.
Tampaknya... sudah terdeteksi?
Dalam sekejap, keberadaan Bai Shuo langsung termonitor oleh dewa utama yang hadir di mana-mana. Informasi tak kasat mata bergerak cepat melalui alur cerita besar dunia tak terbatas, hingga akhirnya masuk ke pandangan Gandhi.
Di medan perang mengerikan langit runtuh dan bumi terbelah, Pelaksana Kehendak Akhir menunjukkan senyum dingin: "Hingga kini, 【Cross】 masih belum menyerah merebut 'Kekuasaan Raja'?"
"Kalau begitu, Penghancuran Total untuk persepsimu!"
Ia menatap Tuhan Sihir yang sedang menghujani kehancuran dalam kekuatan Raja tak terbatas, lalu menyatakan ke dunia 'Ujian Kekuasaan Raja' dengan suara dingin: "Dengarkan pengumuman, ini adalah Gandhi!"
Dan di dalam Dunia Kekuasaan Raja, suara khidmat tiba-tiba bergema dari setiap kubus baja: "Mulai saat ini, semua anggota 【Cross】 adalah musuh bersama 'Dunia Tak Terbatas'!
Peserta 'Ujian Kekuasaan Raja' Bai Shuo diduga melakukan 'pemberontakan', siapapun yang melihatnya harus membayar harga apapun untuk menghabisi dirinya. Yang melanggar perintah akan dihabisi setelah misi berakhir, Sang Pelampau ke atas akan dicabut pangkatnya dan diusir selamanya!"
"Diulangi, bayar harga apapun untuk memadamkan 'pemberontakan'!"
"Pembunuhnya bebas memilih lima dimensi sebagai wilayah kekuasaan, naik ke posisi dewa. Batalyon terkait dibebaskan dari semua blokir aturan selama enam puluh kali waktu misi, dibebaskan dari 'plot hukuman'..."
Saat ini, baik pendekar yang melintasi kubus baja, Prajurit Samsara sisi teknologi yang memasang simbol abstrak di pintu dimensi dengan analisis basis data, maupun ahli sihir yang memegang tongkat sihir dan maju dengan ramalan, semuanya mengangkat kepala mendengar suara Gandhi dengan ekspresi terkejut.
Kemudian, mengarahkan niat membunuh yang membara pada musuh yang tak diketahui lokasinya.
Hadiah yang hampir tak terbatas ini membuat mata semua orang memerah, bahkan Bai Shuo sendiri tertawa heran.
Tampaknya nyawa tambahan ini sangat berharga?
Tapi, jika benar dewa utama ingin membunuhku, mengapa tidak langsung menggunakan 'penghabisan'? Meski kini aku bisa menahan kekuatan 'akhir alam semesta' dari penghabisan, setidaknya itu akan memberiku beban tambahan.
Sedangkan Gandhi seolah sudah sibuk hingga tanpa sempat mengeluarkan serangan!
Bisa dibayangkan, di medan perang para penguasa mutlak, situasi pertempuran pasti cukup di luar perkiraan dan sangat sengit, bukan?
Bagus, perang yang masih berlanjut membuktikan 【Cross】tidak mengalami Penghancuran Total seperti yang diperkirakan semua orang.
Bagi Bai Shuo saat ini, ini benar-benar kabar baik.
Selain itu, perasaan ketika seluruh penduduk dunia berubah menjadi musuhmu sendiri... ternyata cukup menyenangkan!
Mengikuti perintah yang dikeluarkan Gandhi, musuh-musuh yang tersebar di seluruh penjuru dunia ini mulai mencari posisi Bai Shuo dengan berbagai metode.
Niat membunuh pekat yang terkumpul di udara memicu senyum dingin Bai Shuo. Bahkan ia bisa merasakan kubus besar tempatnya berdiri mulai berputar cepat, beroperasi dalam dunia kubus tak terbatas, mulai menyusun kembali dan mencapai keselarasan.
Tak lama lagi, mungkin ia akan dikepung musuh dari segala arah?
Tapi tidak masalah, bagaimanapun pada akhirnya semuanya harus diselesaikan.
Sama sekali tidak mempedulikan keselamatan diri dan perubahan drastis dunia, ia melanjutkan membaca surat dengan tulisan warna darah yang perlahan sirna.
Sepertinya, ada kabar baru lagi?
Di bawah pandangan Bai Shuo, surat berisi kosong dari energi itu tiba-tiba lolos menampilkan baris-baris peringkat.
Semua peserta tercantum dalam daftar ini, total 177 orang - berapa banyak di antaranya yang merupakan Prajurit Samsara Bintang Sembilan, Sang Pelampau, atau bahkan dewa sejati!
Tapi bagi Bai Shuo, itu semua tak berarti. Bagaimanapun, utang banyak tak perlu khawatir, jumlah musuhnya yang bertambah sedikit pun sama sekali tak masalah.
Di puncak daftar, terpampang nama yang sangat familiar bagi Bai Shuo: Bert William Nietzsche.
Di belakang nama itu, tercatat progres sebesar: 99,3%.
Peringkat kedua di bawahnya hanya memiliki progres 84%, artinya selisih satu peringkat ini telah melemparkan jarak 15%.
Entah mengapa, progresnya berhenti di 99,3% dan mandek di situ.
Seolah... sedang menunggu seseorang?
Sebelum Bai Shuo sempat menemukan jawaban, realitas segera memberitahunya apa yang terjadi.
Tanpa suara, nama peringkat kedua beserta progresnya berubah menjadi keabu-abuan, berkedip dua kali lalu menghilang?
Tak diragukan lagi, itu berarti mati.
Dan pelakunya, jika ditebak... mungkin adalah 'Nietzsche' yang bertahta di puncak?
Bisa dibayangkan, orang itu berdiri di persimpangan paling krusial, menunggu penerus maju dan muncul dalam pandangannya, lalu menantang pendatang baru dengan faktor eksternal dan kekuatan fisik yang benar-benar adil.
Lalu dalam seketika, menghancurkan kekuatan setara dengan kekuatan setara, mengalahkan timbangan 5 gram dengan timbangan 5 gram... mengubah musuh menjadi abu sepenuhnya.
Setelah menyelesaikan segalanya, mungkin dia akan menepuk tangan, membersihkan lengan baju yang tak ternoda sebutir debu pun, tetap berdiri di sana sambil tersenyum menunggu kedatangan berikutnya.
Di seberang seluruh daftar peringkat, nama Bai Shuo tergantung sepi di bagian paling bawah, progres——nol.
Betapa menyedihkannya realitas ini, namun penemuan tak terduga membuat hati Bai Shuo sedikit membaik.
Tak disangka di sini masih bisa bertemu dengan 'teman lama', sungguh menyenangkan.
Berakhir di sini! Amarah yang tak lagi bisa ditahan Bai Shuo, dan balas dendam yang telah lama dinanti!
Sambil berpikir demikian, senyum 'penuh antisipasi' mengembang di sudut mulutnya.
Mengulurkan tangan ke depan, mengetuk perlahan dinding baja di hadapannya. Ketukan sarat energi dewa yang mampu menghancurkan penghalang dimensi memicu Guncangan dari aturan, membuat telapak tangan Bai Shuo terpental seperti yang diperkirakan.
Merasakan sisa tenaga di ujung jari, Bai Shuo mengangguk paham.
Tampaknya seluruh dunia telah sepenuhnya menyatu dengan aturan. Artinya, untuk menghancurkan tembok ini harus menggunakan kekuatan yang mampu meluluhlantakkan seluruh dunia kubus sekaligus.
Sebagai tempat paling dekat dengan inti dunia tak terbatas, urutan aturan dunia kubus ini sendiri sudah melampaui semua dimensi.
Kekokohan dunia adalah satu hal, namun 'aturan permainan' adalah hal lain. Melanggar aturan mungkin akan merenggut semua status dan mengusir ke lautan dimensi tak terbatas atau dihabisi.
Bai Shuo tak ingin diusir lagi.
Karena itu, ia memutuskan untuk dengan patuh membuka pintu dan berjalan.
"Dan tepat saat dia bersiap memasuki kamar baru, tampaknya ada hal tak terduga yang terjadi lagi…"
Di sebelah kanannya, pintu baja tiba-tiba terbuka oleh sepasang telapak tangan!
"Woo~ Millia~ Lewat sini~ sini~"
Seorang pria berambut emas yang terlihat familiar dengan topi koboi menarik wanita berwajah bahagia masuk ke kamar tempat Bai Shuo berada.
"Ezzak~"
Di belakang pria itu, wanita bersenyum bahagia itu memanggil nama suaminya dengan manja: "Apa kita tidak akan tersesat kalau lewat jalan ini?"
"Tenang, tenang~ Pasti aman, Millia~"
Pria yang dipanggil 'Ezzak' memeluk pacarnya sambil mengeluarkan kunci beraura energi sihir dari kantong: "Dengan ini, kita tak perlu khawatir tersesat~"
Melihat ekspresi serius pacarnya, Millia kembali berbinar-binar: "Oh~ Ezzak, kau terlalu pintar!"
Menikmati kekaguman pacarnya, Ezzak menaruh tangan di pinggang sambil tertawa lebar: "Itu karena doronganmu, Millia~"
Setiap tanda '~' adalah nada manis yang bisa bikin orang mati kedinginan!
Hasilnya... Mereka pamer kemesraan selama lima menit di ruangan ini, sama sekali tak menyadari Bai Shuo di samping.
Harus dikatakan, inikah dunia cinta mereka berdua? Atau dua orang ini sepenuhnya adalah 'dasar bodoh'?
Tapi, sudah lama sekali tak bertemu, kalian berdua...
"Tanda tangani dokumen ini, maka semua utang kita akan terhapus~"
Ezzak, Millia...
Pasangan 'Dasar bodoh' yang pernah muncul saat pertama kali Bai Shuo memasuki markas 【Cross】, serta 'Duo Pencuri Aneh' dari Tim Inti 'Keabadian' 【Maha Tahu】, akhirnya muncul.
Meski waktu itu mereka baru muncul kurang dari tiga menit sebelum diusir oleh Xiao yang marah dengan Pedang Pengusiran dari markas Batalyon, kesan mereka terhadap Bai Shuo ternyata sangat mendalam.
Karena itu, dia memutuskan untuk 'berkomunikasi baik-baik' dengan keduanya.
Namun tak lama kemudian, dia menyadari betapa naifnya pemikirannya...
Faktanya, sepanjang proses ini kedua orang itu tenggelam dalam 'dunia cinta' saling memuji satu sama lain ke langit, sementara Bai Shuo... menggunakan stopwatch di samping mereka.
Dia ingin melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan kedua makhluk ini untuk menyadari keberadaan 'lampu listrik' di sebelah mereka.
Tapi setelah sepuluh menit, barulah dia memahami fakta kejam - mereka saling memperlakukan satu sama lain bagai bintang! Cahaya remang-remang lampu listrik mana bisa menyaingi?!
"Terserah kau geleng-geleng di samping, hmph, kami memang sengaja nggak mau liat ya Wocao!"
"Hmm... Hmm... Hmm, hmm, hmm, hmm!"
Bai Shuo yang batuk-batuk seolah penderita asma sambil merokok usai lomba Triatlon Besi, tetap tak mendapat perhatian dari pasangan bodoh ini, benar-benar menguap menjadi udara.
“Ini benar-benar fakta yang membuat putus asa, sampai-sampai membuatku meragukan apakah aku masih eksis di dunia ini.”
“Tapi, sudah menikah bertahun-tahun masih mesra seperti ini, bikin iri... Hei!! Bukannya ini saatnya bahas ini!”
Maka, Bai Shuo menerjang ombak cinta di antara mereka yang cukup untuk membanjiri seluruh dunia, mengulurkan tangannya dan melambaikan di depan dua orang bodoh yang saling mengunci pandangan.
Seketika, mereka baru menyadari telapak tangan yang melambai-lambai itu, tertegun sejenak, lalu memalingkan kepala dengan bingung ke arah Bai Shuo.
“Hmm.” Bai Shuo melambaikan tangan dengan senyum formal: “Yo!”
Secara refleks, Ezzak membalas dengan senyuman: “Yo! Mukamu kok familiar ya.”
“Iya, sangat familiar.” Bai Shuo mengangguk tersenyum: “Tapi kurasa wajahku sekarang ini cukup terkenal, kalian harusnya bisa mengingatnya.”
Di belakang suaminya, Millia menarik ujung bajunya dan berbisik: “Hei, hei, Ezzak.”
“Hmm? Ada apa~ Millia~” Ezzak menoleh dengan nada manis yang membuat merinding.
Millia memegang dagunya, mendekat untuk memandangi Bai Shuo, setelah cukup lama akhirnya mengangguk serius: “Orang ini... sepertinya... benar-benar pernah kulihat di mana ya.”
“Iya, tapi di mana ya?” Ezzak memeluk istrinya: “Aku tidak ingat~ Millia~”
"Dalam pelukan, Millia memandang dengan penuh manis, berkata penuh perasaan: \"Tapi selalu ada perasaan sangat berbahaya, Ezzak~\""
"\"Tidak apa-apa~ Selama aku ada, segalanya tak perlu dikhawatirkan!\""
……
Kemudian, mereka kembali tenggelam dalam dunia berdua Wocao! Haruskah ini disebut kekuatan cinta yang setara wilayah dewa?
"Prajurit Samsara seperti ini benar-benar tidak masalah? Sepenuhnya dua bodoh! Bagaimana mereka bertahan sampai bintang sembilan? Atau... sejak awal sudah saling mengenali?"
Bai Shuo menunjukkan senyum keanehan, menopang dagu, memandang penuh minat ke dua sosok di hadapannya.
"Jika sejak awal sudah saling mengenali, kata-kata manis di antara mereka bisa dianggap sebagai kode rahasia."
Tapi apa yang sebenarnya ada di hati mereka, Bai Shuo juga tidak berminat tahu.
Jadi setelah menarik kembali pasangan mesra yang tak peduli sekitar itu ke realitas, dia langsung mengeluarkan undangan kekuasaan Raja dari tangannya, menunjuk nama sendiri di bagian bawah: "Sekarang, kenal?"
Seketika, diam menyelimuti.
Dua pasang pandangan bergerak dari penasaran, bingung, terkagum-kagum, hingga akhirnya terdiam. Bai Shuo tak pernah menyangka ekspresi wajah manusia bisa serumit ini.
Pandangan mereka bolak-balik antara Bai Shuo dan undangan, setelah cukup lama terdiam, kedua orang itu serentak menelan ludah dan mengangguk dengan susah payah.
"\"Bagus, kupikir...\""
Bai Shuo mengangguk puas, lalu menyalakan Medali Batalyon 'Api Hitam Berbentuk Salib Terbalik' di atas kepalanya. Dengan senyum dingin, ia meremas kesepuluh jarinya hingga berbunyi berderak-derak.
"...Sekarang waktunya melakukan hal yang seharusnya, kan?"
Dengan senyuman penuh niat membunuh, Bai Shuo melangkah selangkah ke depan. Kegagahannya menyebar.
Waktunya duel! Ayo, Paman, tunjukkan senjatamu!
Menghadapi gelombang kegagahan merah menyala yang menyebar dari Bai Shuo, Ezzak melindungi pacarnya. Dengan ketegaran, ia melangkah ke depan sambil mengangkat telapak tangannya yang diarahkan seperti pisau.
Dalam semangat ketegaran yang tak terduga ini, ia mengucapkan nama jurus dengan keseriusan yang belum pernah terlihat sebelumnya:
"Tunggu sebentar!"
"Apa?" Bai Shuo terdiam. Dalam perkembangan tiba-tiba ini, bahkan kegagahan yang menyebar pun terhenti.
Jika jurus aneh ini dianggap sebagai serangan, maka Bai Shuo saat ini bisa dikatakan telah terkena.
"Bukankah pertempuran serius seperti ini seharusnya diawali rapat tempur untuk merencanakan strategi?"
Ezzak berkata serius: "Kita perlu berdiskusi dengan baik."
Ekspresi wajah Bai Shuo berkedut. Setelah lama menatap mata Ezzak, ia akhirnya mengangguk berat: "Baik, tiga menit."
Ezzak membuka jari-jarinya sambil bersikap tegas: "Lima menit!"
Kreek!
Suara gesekan segmen tulang kembali terdengar, Bai Shuo berteriak keras: "Hei! Paman, jangan berlebihan ya!"
"Baiklah, tiga menit saja." Ezzak tak mau memaksakan diri, segera mengangguk sambil menarik pacarnya ke sudut paling pinggir kamar dan mulai berbisik-bisik.
"Ezzak~ Benarkah bisa menang?"
"Kesulitannya besar, Millia~ Tapi dengan dukunganmu pasti bisa!"
"Oh, Ezzak!"
"Ah, Millia..."
……
Di belakang, ekspresi wajah Bai Shuo berkedut-kedut.
Sudahlah, diriku yang masih berharap pada mereka benar-benar lemah total.
Tapi alasan utama menyetujui permintaan mereka adalah karena ia teringat sesuatu yang hampir terlupakan.
Hampir saja terlupakan.
Bai Shuo menghela napas, menepuk kepalanya, "Benar, kebodohan itu menular."
Merenung, ia mengeluarkan kertas dari kantong kecil pemberian Liang Gongzheng. Liang Gongzheng bilang bisa dibuka saat bertemu kenalan pertama dan kedua, nyaris lupa hal ini.
Sekarang tepat memenuhi syarat, tapi sebenarnya apa yang ditulis Liang Gongzheng?
Dengan ekspresi penasaran, Bai Shuo membuka lipatan kertas itu lalu memerhatikan tulisan cakar ayam di atasnya sambil terbata-bata membacakan:
"Berani kabur... lari... akan kubicur... Bunuh... bunuh kalian?"
Kemudian seketika, dia merasakan dua detak jantung yang melonjak di belakang punggungnya, serta dua orang yang tanpa disadari dalam persepsinya telah berlari ke depan pintu dan bersiap membukanya.
Sudut matanya berkedut, ia memutar kepala dengan ekspresi frustrasi, memandang pasangan suami-istri bodoh yang membeku di depan pintu.
Kedua orang itu entah menggunakan item apa, bisa mengurangi eksistensi mereka ke batas maksimal dan bersiap melarikan diri.
Dan hanya selangkah lagi... mereka hampir berhasil, Wocao!
"Err, ini krisis, krisis saja!" Ezzak menepuk kepalanya sambil tertawa lebar: "Aku tiba-tiba ingin ke toilet karena beser!"
Bai Shuo bertanya datar: "Suami-istri ke toilet bersama?"
"Hmm..." Keduanya terdiam.
"Tapi, menurutku kalian harus melihat ini." Bai Shuo melempar catatan Liang Gongzheng ke tangan mereka.
Ezzak penasaran membuka kertas itu sambil bergumam: "Tulisan ini terasa familiar."
"Iya iya, ini surat hutang juga." Millia di sampingnya menyambung: "Tapi mirip tulisan kita ya."
"Biar kulihat." Ezzak mengeluarkan kaca pembesar: "Tertulis: Berhutang kepada Prajurit Samsara Liang Gongzheng 300.000 poin hadiah, 2 buah nanas, 3 rekaman Kilauan Biru. Melalui diskusi kedua pihak, jaminan 'Kunci Azada' digunakan, harus dilunasi sebelum satu periode tugas. Keterlambatan dikenakan denda 30% dari total yang dimasukkan ke pokok hutang..."
Membaca sampai di sini, Ezzak yang punya firasat tidak baik mengangkat kepala melihat pacarnya: "Ini benar-benar mirip surat utang, Millia."
"Iya, iya. Di bagian bawah malah tertulis nama kita, Ezz..."
Senyum manis Millia tiba-tiba kaku di wajah. Mereka saling memandang diam-diam, lalu dengan tidak percaya menyibakkan kertas ke bagian paling bawah, melihat dua nama yang sangat familiar.
Ezzak Diane (Issac Diane)、Millia Havent (Miria Havent)
Tidak diragukan lagi, ini adalah tanda tangan tulisan tangan mereka sendiri.
"Artinya, ini benar-benar surat utang kita." Ezzak menoleh ke pacarnya dengan senyum kaku: "Kapan ya kita menandatanganinya?"
Baru kemudian mereka ingat, ketika bermain kartu dengan Liang Gongzheng dua kali sebelumnya, karena kalah terlalu banyak, mereka meminjam sedikit... Entah bagaimana jumlahnya membengkak sampai segini, akhirnya membuat surat utang.
Tapi kemudian Liang Gongzheng keluar dari 【Batalyon Maha Tahu】, dan mereka pun melupakan masalah ini...
"Masih ada tulisan kecil di bagian paling bawah." Sebuah tangan menjulur dari belakang garis, dengan ramah menunjuk ke baris terakhir.
Bai Shuo yang tanpa disadari sudah berada di belakang mereka tersenyum lembut sambil membacakan: "Karena tidak punya waktu menagih, saya serahkan seluruh hak penagihan kepada Kapten Tim Harapan Bai Shuo - Liang Gongzheng."
Ezzak dan Millia saling bertukar tatapan, dalam seketika mengambil keputusan. Tepat saat jari-jari Ezzak hendak bergerak, suara Bai Shuo kembali terdengar.
"Jangan pikir merobek surat hutang akan menyelesaikan masalah."
Sambil berkata demikian, Bai Shuo menarik surat hutang dari jemarinya, mencabik-cabiknya menjadi pecahan, membakarnya dengan korek api menjadi abu. Di bawah tatapan terpaku kedua orang itu, ia membalikkan waktu kertas itu - menyusun kembali abu menjadi pecahan, lalu memulihkannya menjadi surat hutang utuh.
"Nah," Bai Shuo mengayun-ayunkan kertas di tangannya, "Menurut surat hutang ini, bisakah kalian melunasi sekarang?"
"Jika tidak bisa..."
Bai Shuo membuat jeda dramatis, tersenyum lembut sambil membuka telapak tangannya: "...tolong serahkan 'Kunci Azada' yang kalian jaminkan."
