"Setelah diam cukup lama, Feng Suxi mengangkat kepala, memandang Bai Shuo dengan tatapan serius dan penuh kesedihan, berbisik:"
"'Jika... aku menghalangimu, maukah kamu pulang?'"
"Bai Shuo terengah-engah, tiba-tiba tersenyum dan perlahan menggeleng."
"Pulang? Bagaimana mungkin?"
"Sampai saat ini, dia sama sekali tak boleh mundur selangkah pun. Jika tidak, akan mengecewakan banyak orang dan membuat darah yang telah tertumpah sia-sia."
“Jika dia sudah menggendong harapan semua orang sampai di sini, maka dia sama sekali tidak akan mundur.”
“Sekalipun itu kematian.”
Maka, Bai Shuo bertanya datar dengan suara parau: “Bagaimana jika aku tidak kembali?”
Feng Suxi diam. Apa yang akan terjadi sudah jelas, membuat Bai Shuo tertawa tanpa suara.
“Masih ingat kapan terakhir kali aku memukulmu?”
Tiba-tiba dia berbisik: “Aku selalu menyesalinya.”
Feng Suxi mengangguk keras, tapi tak tahu harus berkata apa.
“Lalu apa kau masih ingat apa yang kukatakan padamu?”
Bai Shuo perlahan bangkit, tatapannya memancarkan kekhidmatan yang tak tergoyahkan, suaranya menjadi dingin: “Hal seperti ini tak akan ada lain kali!”
Saat kata terakhirnya terucap, bahu Feng Suxi gemetar hebat.
Sunyi, bekas air mengalir dari pipi gadis yang tertunduk itu, jatuh tanpa suara di ujung jari rampingnya.
Memandangi gadis yang menangis sunyi di hadapannya, Bai Shuo menunjukkan ekspresi tegas: “Maka, akhiri semuanya kali ini.”
Dalam pandangan berkabut air matanya, sebuah telapak tangan yang dipenuhi celah menggeser rune lambang kekuasaan Raja ke hadapannya.
Demikianlah Bai Shuo menyerahkan rune yang bisa menyelamatkan nyawanya itu padanya.
Feng Suxi terkejut mengangkat kepala, terkagum-kagum memandangi Bai Shuo.
“Akankah kau menghunus pedang padaku?”
Bai Shuo melepaskan rune, dengan susah payah mengangkat tangannya, menggosok rambut gadis itu: "Rune yang satu ini, kuberikan padamu. Jika tak tega bertarung, ambillah ini dan lihatlah aku mati saja."
Melihat ekspresi beku di wajah gadis itu, dia mengulurkan jari yang gemetar dan mati rasa, menyentuh lembut pipinya: "Suxi, kau mirip sekali dengan ibumu."
Sejak pertama kali melangkah ke dunia ini, baik musuh yang begitu kuat sampai membuat sesak napas, konspirator aneh yang mencekik, maupun yang tak bersalah tanpa senjata - ketika mereka menghadang di jalan Bai Shuo, tak pernah sekalipun dia ragu-ragu.
Tapi apapun jenis musuhnya, hanya ketika berhadapan dengan putrinya sendiri, Bai Shuo tak sanggup mengangkat tangan.
Mungkin inilah alasan Gandhi memilihnya?
Telapak tangan yang kehilangan kekuatan jatuh tanpa suara. Bai Shuo menggunakan sisa tenaganya untuk memandang wajah putrinya, berbisik penuh kerinduan: "Mirip sekali... Mirip..."
"Maafkan aku."
Feng Suxi terisak dengan suara parau, ucapannya terputus-putus oleh tangisan: "Aku... Aku minta maaf..."
Telapak tangan putih nan anggun itu gemetar mengambil rune dari tanah. Sambil terisak, dia bangkit dan menancapkan rune itu ke pedang penakluk iblis di tangannya.
Menunduk, bibir dinginnya mencium pipi ayahnya. Memandang senyum lega di sudut mulut Bai Shuo, dia menutup mata.
"Zhen... Xing... Li terkumpul..."
Telapak tangannya menggenggam erat gagang pedang merah menyala, kepala binatang di atas gagang pedang itu menutup taringnya dalam kesunyian, mengeluarkan suara aneh: "Segel, lepaskan!"
Seketika, cahaya api penakluk iblis yang terbentuk dari kekuasaan Raja meledak, bilah pedang yang berubah menjadi aliran cahaya menyembur keluar dari sarung pedang.
Dengan kegagahan ilahi yang mampu menghancurkan semua hantu, siluman jahat, dan monster mengerikan, pedang itu menghujam ke Bai Shuo yang sedang tersenyum!
……
Di markas 【Batalyon Salib】, perang yang sengit telah mencapai momen paling kritis.
Warna darah segar dan kobaran perang menerangi seluruh dunia, teriakan jeritan dan auman semua orang bergema membentuk suara Boom yang menggema di medan perang.
Di permukaan Bumi, formasi lapisan tak terbatas terus muncul dari ujung cakrawala, berubah menjadi ombak lautan yang menerjang menara pucat yang menjulang.
Dari 116 Prajurit Samsara 【Batalyon Salib】 yang tersisa, setiap orang telah berlumuran darah kental, dengan ekspresi mengerikan bagai karang yang menghancurkan segala upaya breakthrough ombak.
Di inti tak tergantikan menara tinggi, Index menggantikan para Penguasa dan Dewa yang telah memasuki medan perang, mengendalikan seluruh Menara Langit, mengarahkan jaringan energi dewa yang menyebar di seluruh dimensi dan lapisan sihir berlapis, terus melepaskan aliran cahaya mengerikan yang mampu menguapkan segala sesuatu.
Remaja yang bertanggung jawab atas logistik, koordinasi, dan mobilisasi seluruh formasi salib melakukan operasi dengan teratur, terus mempertahankan stabilitas lingkaran pertahanan, sekaligus melancarkan gelombang balasan yang menekan segala serangan musuh dengan kekuatan balasan yang tak terbayangkan.
Tepat pada keit ini, alarm deteksi sihir berbunyi tiba-tiba!
Di luar angkasa, mekanisme baja besar yang menyamar di ruang sub muncul tanpa suara dari celah, terlihat seperti gelang besi raksasa yang mengumpulkan cahaya dari segala arah di langit berbintang.
Medan gravitasi dan elektromagnetik yang mengerikan mulai terbentuk dalam gelang besi tersebut. Di pusat geometris senjata berbentuk cincin yang diameternya menyamai Bulan itu, celah besar perlahan muncul. Sebuah pancang baja berdiameter ratusan meter muncul di pusat lingkaran dengan dorongan mesin propulsi yang sunyi.
Pancang baja sepanjang 3.000 meter dan berdiameter 500 meter ini, setelah disesuaikan oleh medan gravitasi dan elektromagnetik, diarahkan ke Menara Babel dan mulai mengumpulkan energi kinetik.
Meskipun dalam skala kosmik yang megah, pancang kecil ini tampak tak berarti seperti debu, namun pemindaian ilmu deteksi mengungkapkan seluruh struktur ini adalah senjata massa yang terbuat sepenuhnya dari paduan logam berkepadatan tinggi!
Total massanya setara dengan Pegunungan Alpen yang megah. Jika dibiarkan menghantam ke bawah dengan dorongan medan elektromagnetik dan gravitasi, fondasi Menara Babel mungkin akan retak oleh serangan massa yang mengerikan ini!
"Pada momen kritis ini, sedikit saja kesalahan dalam pengaturan Menara Babel akan berarti pengorbanan mengerikan yang di luar imajinasi!"
Alis remaja tersebut berkerut tiba-tiba. Telapak tangannya melukis cepat di udara, seketika menyedot kekuatan dari jaringan energi dewa, membuka ribuan lapisan barrier.
Segera ia membuka saluran komunikasi: "Nona Jingmo, persiapkan tembakan meriam! Ulangi, persiapkan tembakan meriam. Lakukan koneksi koordinat, ilmu bantuan sudah sepenuhnya diaktifkan!"
Di puncak Menara Babel, rambut panjang Chen Jingmo berkibar dalam angin dingin. Di bawah panduan ilmu, matanya menatap langit. Pandangannya menembus lapisan barrier dan atmosfer, mengunci satelit serangan massa tingkat bintang di orbit. Perlahan ia mengangguk: "Diterima!"
Mundur selangkah, aliran deras berwarna darah berkumpul dari segala penjuru, menyatu membentuk pedang-meriam berat di tangannya.
Memutar pedang-meriam, mengarahkan ujungnya ke langit. Laras meriam partikel rohani sepanjang ratusan meter perlahan memanjang seiring konsentrasi gelombang.
"'Ratapan Kemalasan', pemuatan selesai!"
Saat gadis itu berbisik, berbagai angka bermakna di matanya mulai berubah cepat. Bidikan yang mengambang itu tiba-tiba mengunci satelit di alam semesta.
Di wilayah dewanya, Kotak Pandora yang gelap gulita tiba-tiba muncul. Dengan Resonansi Jiwa yang intens yang terhubung sempurna dengan Chen Jingmo, emosi negatif tak terbatas berubah menjadi ombak lautan yang menerjang keluar, membangunkan impuls destruktif Chen Jingmo yang tertidur dan memicunya hingga puncak.
Mengangkat mata yang telah berubah merah darah, Chen Jingmo berbisik: "Penggerak Jiwa mulai berkembang."
Aliran deras keemasan tiba-tiba menerjang keluar dari celah dimensi di belakangnya, menuangkan diri ke dalam cangkang Chen Jingmo.
Di dalam menara, Index menggerakkan jarinya, membuka hak akses Chen Jingmo di jaringan energi dewa hingga maksimal, berbisik: "Akses jaringan energi dewa selesai!"
Di angkasa, medan gravitasi yang mengerikan hingga mampu membuat waktu membengkak tiba-tiba meledak. Kilatan listrik yang menyilaukan melesat keluar dari medan elektromagnetik yang hancur, menyinari alam semesta yang gelap gulita.
'Pancang baja' yang mampu menembus bintang-bintang itu melesat dengan aura dahsyat penghancur segala fenomena! Permukaannya langsung terbakar merah menyala, bagai malapetaka api dari luar angkasa yang menerjang ke arah planet!
Dengan sunyi, senyuman penuh antisipasi mengembang di sudut mulut Chen Jingmo. Suara seraknya berbisik pelan: "Tembakkan, bersiap."
Dunia seakan diam sejenak, diikuti oleh suara Boom yang memekakkan telinga dan aliran cahaya menyala yang membuat segalanya meredup, melesat keluar dari Senjata Wilayah Dewa.
Bagai pedang murka dewa, aliran cahaya menyala yang membakar itu seketika menembus celah di ratusan lapis barrier yang terbuka, menembus atmosfer, dan tertancap di alam semesta!
Dalam sekejap, senjata bermassa yang terbakar tertembus inti oleh tembakan yang membawa keinginan penghancuran tak terbatas, pecah dengan suara Brak, berubah menjadi lava yang mengalir, menghujani udara.
Sementara tembakan itu terus melaju tanpa kehilangan momentum, hingga akhirnya menyalakan kembang api pertempuran spektakuler di jalur orbit planet.
Dengan dukungan penuh energi dewa Menara Babel, senjata perang bintang sembilan berubah menjadi reruntuhan yang membakar hanya dengan satu pukulan dari Chen Jingmo yang mengaktifkan Penggerak Jiwa!
"Selesai!" Chen Jingmo bersorak gembira, senjata di tangannya kembali berubah menjadi busur panjang bertenaga 'amarah', menghujani medan perang dengan panah tak terhingga!
Memandangi gadis di puncak menara, mata Index berkedip penuh penyesalan, berbisik: "Nona Jingmo, sebenarnya kalian tidak perlu kembali."
"Tapi sekalipun kami lari ke ujung Tianya, kami tetap anggota 【Cross】, kan?"
Chen Jingmo menoleh ke arah saluran komunikasi dan tersenyum pada Index: "Lagipula, kalau Bai Shuo kembali dan menemukan markas Salib sudah dihancurkan sementara kita tidak melakukan apa-apa, dia pasti akan sangat marah."
"Benarkah?" Index tertawa, menatap ke arah Dunia Monarki di inti terdimensi tak terbatas: "Kamu tidak khawatir dengannya?"
"Khawatir tentang apa?"
Chen Jingmo melepaskan tali busur, kembali melepaskan ratusan aliran cahaya: "Nyawa bocah itu sangat keras. Siluman, iblis, hantu apapun yang menghadangnya pasti akan dibantai habis."
Index tertegun sejenak, jarinya tergelincir saat menulis mantra barrier sehingga hampir membuat seluruh barrier besar hancur. Untungnya dia segera memperbaiki kesalahan dengan mengubah mantra yang salah menjadi dua mantra serangan.
Hanya Index yang mampu melakukan hal seperti ini. Jika orang lain yang melakukannya, mungkin semuanya akan berantakan.
Sama sekali tidak sombong meski memiliki pengetahuan misteri yang terakumulasi hingga tingkat mengerikan, Index hanya menggaruk dahinya lalu segera fokus pada penugasan sumber daya yang rumit.
Sepertinya teringat sesuatu, sudut mulutnya mengembang menjadi senyum dinanti yang anggun sambil bergumam sendiri: "Dihitung waktunya, sekarang dia mungkin sudah mencapai garis finish ya?"
……
Di antara bintang-bintang, pertempuran antar penguasa mutlak telah lama dimulai. Pertempuran tak seimbang satu lawan lima yang sama sekali tidak adil dan terhormat ini ternyata sudah berlangsung mendekati setengah jam!
Di dunia tak terbatas, belum pernah ada pertempuran dengan skala sebesar ini.
Dan tak seorang pun pernah berani menghadapi frontal serangan pengepungan dari enam Penguasa Takhta!
Namun...
"Jika ingin membunuhku, persiapan lapisan ini masih belum cukup!"
Di tengah langit berbintang, tua misterius mengaum rendah sementara aliran deras mantra dimiringkan keluar, dengan teknik tak terbayangkan dan kekuatan fisik mengatasi segala penghalang di hadapannya!
Di tangannya, cahaya gemilang berkilauan, menyinari alam semesta yang gelap gulita dengan cahaya bintang yang jarang.
Mengandalkan serangan setajam tusukan ledakan dimensi, ia berhasil mendorong mundur semua pengepung, sama sekali tak peduli konsekuensi menanggung kekuatan 'Dentuman Besar alam semesta' secara frontal.
Faktanya, bahkan menanggung dampak mengerikan seperti ini, baginya sama sekali tak menimbulkan masalah.
Malah ia memanfaatkan kesempatan untuk mengerahkan Legiun Iblis Pengintainya.
Dalam kontras alam semesta yang gelap gulita, cahaya dari segala arah berkumpul membentuk boneka-boneka aneh kekar bagai raksasa Tai Tan.
Seluruh tubuh mereka terbuat dari material tak dikenal, memantulkan cahaya bintang gemilang di angkasa layaknya karya seni kristal.
Tapi dari cangkang mereka, menyebar ancaman mengerikan yang tak bisa diabaikan siapa pun.
Ordo Ksatria Takhta, 999 malaikat buatan, semuanya berkumpul di sini!
"Tapi yang diperhatikan para penguasa di tempat ini, justru kekuatan Raja yang lemah namun mencolok seperti obor di malam panjang...!"
Dengan fungsi khusus [Alokasi Kemampuan Penuh] dari wilayah dewa yang dibawa Menara Babel, dia bahkan membuka kekuasaan Rajanya secara bersamaan kepada semua anggota Ordo Ksatria di bawahnya.
Sembilan ratus rasul buatan, sembilan puluh malaikat buatan, dan sembilan Dewa Buatan di bawah pengaruh kekuasaan Raja akhirnya mengembangkan sikap lengkap, berjaga di samping takhta, berubah sunyi menjadi pertahanan seketat Benteng Besi.
Pilihan Raja Sihir cukup mengejutkan, tapi di mata semua orang, justru terlihat sebagai Kerugian lebih besar daripada keuntungan yang sejati.
Jika ingin berbagi kekuasaan Raja, pasti akan menyebabkan kelemahan pada dirinya sendiri.
Dalam situasi ini, dia tidak hanya tidak menyimpan kekuatan sendiri, malah mulai meledak... Begitu kekuatan ledakan jatuh ke titik terendah, pasti akan mengakibatkan akhir cerita kekalahan total.
Langkah bodoh ini sulit dibayangkan sebagai tindakan penguasa yang telah melalui puluhan ribu medan perang dan tegak di lapisan tertinggi dunia tak terbatas.
Hanya Gandhi yang menembus formasi lapisan bertubi-tubi malaikat buatan dengan pandangannya, mengarah ke Tuhan Sihir yang berwajah dingin: "Ingin... mengulur Waktu ya?"
"Kalau ketahuan, juga tak apa." Tua misterius mengangkat telapak tangan merapikan rambut peraknya yang kacau balau, tetap dengan ekspresi dingin yang sangat mengesalkan, berkata perlahan:
"Lagipula bisa bertahan sebentar saja sudah cukup, bukan?"
"Bertahan sampai kapan?" Gandhi menyeringai dingin: "Sampai Perang Kekuasaan berakhir?"
“Tua misterius tertegun sejenak, lalu menunjukkan ekspresi pujian, mengepakkan telapak tangannya, dan berkata penuh pengakuan: "Pantas menjadi teman lamaku, ini pun bisa kau tebak."”
“Tidak hanya itu, tebakanku bahkan lebih banyak dari yang kau bayangkan.” Gandhi berkata dingin: “Yang kau tunggu bukanlah berakhirnya Perang Kekuasaan... melainkan kelahiran Raja baru!”
Menghadapi tebasan yang hampir seperti pernyataan dari Gandhi, tua misterius mengangguk tulus: “Masih ada lagi?”
“Jika demikian, untuk menghancurkan fantasimu, ada dua hal yang harus kuberitahukan.”
Gandhi berhenti sejenak, dengan ekspresi kedinginan: “Hal pertama adalah kabar baik, Bai Shuo hanya selangkah lagi dari jalan menuju Kekuasaan Raja...”
“Hmm, untuk yang kedua biar kutebak, pasti kabar buruk kan?”
Tua misterius sama sekali tidak khawatir, tetap tenang seperti angin sepoi-sepoi: “Jangan-jangan, kau ingin bilang dia terhenti di sini?”
“Kau tahu... apa itu faktor penghancur diri?”
Seketika itu, bersama bisikan Gandhi, kilatan keterkejutan dan kewaspadaan tiba-tiba muncul di mata tua misterius.
Memandang keheranan di mata tua itu, Gandhi berkata santai: “Benar, itu adalah konsekuensi dari mewarisi prinsip sihir Dewa Kuno, sesuatu yang menyatu seperti kanker, sebab pasti yang akan menghancurkan dirinya...”
“Sadarkah kau? Orang yang terikat sebab-akibat paling erat dengannya...”
Gandhi berhenti sejenak, lalu menggeleng perlahan: "Bahkan aku tak menyangka, faktor penentu kehancuran Bai Shuo ternyata bukan Nietzsche, melainkan... putrinya sendiri!"
Tua misterius itu terdiam, hingga cukup lama kemudian baru mengeluarkan tawa penuh pencerahan, dengan penuh kekaguman dan kekaguman berdesah, perlahan menepuk telapak tangan, berbisik: "Tampaknya untuk pertarungan hari ini... kau telah mempersiapkan diri bertahun-tahun lamanya, kungfu menahan diri ini, aku benar-benar tak bisa menyaingimu, sungguh."
"Hanya kebetulan belaka." Gandhi tetap tak berperasaan berkata: "Ini juga hal yang tak pernah kumengerti, seolah ada yang sudah tahu aku akan memilihnya, sengaja menempatkannya di hadapanku... Aku hanya melihat jejak masa depan dari dirinya."
Gandhi terdiam sejenak, lalu berbisik: "Mungkin pertemuanku dengannya juga bagian dari takdirnya?"
Dengan ekspresi keanehan memandang teman lama di kejauhan, Tuhan Sihir tiba-tiba tertawa: "Sejak kapan kau menjadi begitu sombong hingga mengira bisa menguasai takdir di tanganmu sendiri, Gandhi."
"Pada akhirnya, kau tetap ingin menggunakan kalpa kematian dalam nasib Bai Shuo untuk menghabisi dirinya, bukan?"
Tua misterius itu kembali menunjukkan senyum keanehan: "Tapi, kau pikir... kekuatan yang bergantung pada sebab-akibat seperti ini bisa membunuhnya?"
"Dengarkan baik-baik, Gandhi!"
“Tua misterius tiba-tiba tertawa lebar, dengan senyum keanehan yang menimbulkan kecemasan berbisik: 'Mungkin semua Dewa Kuno akan hancur oleh faktor kehancuran diri mereka sendiri, tapi hanya dia... yang mustahil menghentikan langkahnya di sini!'”
“‘Siklus reinkarnasi yang berulang tak terhitung kali dan Prinsip Cincin, apakah bisa dihancurkan hanya dengan sebab-akibat yang lemah seperti ini?!’”
“Dia tertawa sambil mengangkat kekuasaan Raja di tangannya: 'Mungkin kau belum melihat Ular Tak Terbatas dan ular raksasa duniawi yang mengelilingi patung dewanya, tapi sekarang setelah kukatakan ini, masihkah kau tak tahu dari mana asal muasalnya?!'”
“‘Dia selalu menyebut kekuatan ilahinya sebagai 'Putaran Waktu', tapi benda itu bertahun-tahun silam, sebelum beberapa kali pergantian takhta, memiliki nama lain!'”
“Seketika, ekspresi Gandhi yang tak pernah berubah selama ini tiba-tiba bergemuruh halus, seolah ingatannya terguncang oleh sesuatu yang mustahil.”
“Dalam tekanan Sang Penguasa Mutlak, tua misterius itu tertawa sambil berbisik: 'Benar! Yang menghancurkan dan menyetel ulang sumber asal dunia tak terbatas, menyatukan segala dunia paralel dan dimensi menjadi takhtanya sendiri, menetapkan fondasi eksistensi seluruh alam semesta tak terbatas... Tuhan dari Takhta Hari Keempat!'”
“‘Kegagahan ilahinya menyelubungi seluruh alam semesta tak terbatas dan semua dunia paralel. Prinsipnya disebut--'”
“Tua misterius itu berhenti sejenak, dalam gelombang dahsyat kekuatan Monarki yang meledak tiba-tiba, tertawa sambil melantunkan: '--Siklus Kalpa Abadi!'”
Tertawa lebar seperti itu, di bawah kepungan semua musuh kuat, dia menikmati kegembiraan gila yang tak bisa dimengerti siapa pun.
Di tengah pertempuran, pandangannya menembus gelombang pertarungan sengit, tertuju pada wajah Gandhi yang mengamuk.
Sekarang, apa kau sudah mengerti?
Apa sebenarnya yang harus kita lakukan? Bukankah hal ini sudah diberitahukan kepada semua orang sejak awal?
Kami akan menggunakan kobaran api - merevolusi dunia!
Gandhi, jika kau bilang bertemu Feng Suxi mungkin adalah takdirmu, maka bukankah pertemuanku dengannya juga bagian dari takdirku?!
Kita semua adalah tahanan dalam sangkar bernama dunia tak terbatas ini, meski sangkar ini begitu besar hingga menyandang nama "tak terbatas".
Jika caramu menghindar adalah dengan menyatu dengan penjara, maka misi yang kugendong adalah menghancurkan seluruh sangkar ini sampai berkeping-keping!
Sekarang, mulailah, Gandhi!
Di saat kehendak akhir akan Mengamuk dalam sangkar ini, mari bersama-sama memangsa, meneguk, dan menikmati kesenangan perang ini!
Kau yang ada sebagai faktor penghancur diriku sendiri, nikmatilah perang terakhir ini bersamaku sebelum dunia ini hangus dilalap apiku!
……
Waktu kembali ke seketika itu.
Di dalam dunia kubus terakhir, gadis bermata berlinang mengangkat pedang cahaya api yang termanifestasi setelah mewarisi kekuasaan Raja, menusuk ke depan dengan aura dahsyat kehancuran ruang-waktu.
Cahaya gemilang dalam seketika menerangi pupil mata redup Bai Shuo dan senyum penerimaan di sudut mulutnya, kemudian di saat berikutnya menembus cangkang tubuhnya yang telah terinfeksi kutukan dan rapuh hingga titik nadir, bagai aliran api yang menembus dari belakang, menerangi dunia.
Lalu, senyum getir di sudut mulutnya membeku, matanya perlahan terpejam.
Feng Suxi mengerahkan sisa kekuatan untuk melepaskan sepuluh jari yang kaku, mundur tertatih dua langkah, mengusap air mata di pipinya.
Kemudian... menendang tubuh Bai Shuo dengan keras, mengubah senyum getir di sudut mulutnya menjadi ekspresi pasrah!
"Sampai kapan kau mau pura-pura mati?!" Gadis itu menerjang menarik-narik pipi Bai Shuo: "Cuma menusukmu sekali pakai pedang, perlu segitunya pelit?!"
Pipinya tertarik hingga sakit, Bai Shuo pasrah membuka mata: "Kalau masih ditarik aku marah nanti."
"Aku tak peduli, tusukan dibalas tusukan!"
Feng Suxi duduk di dada Bai Shuo, tetap menarik-narik pipinya: "Kemarin kau berani tampar muka aku... tampar muka! Apa aku bukan putri kandungmu, brengsek?! Kau tega merusak wajah anak kandungmu sendiri?!"
"Bukannya sudah kusembuhkan..." Bai Shuo merespons dengan suara parau sambil tersenyum tertarik, tangan mengusap lembut pipi gadis itu:
"Lihat temperamen ini, pasti darah dagingku tak salah lagi."
“Hm, kamu tahu saja!” Feng Suxi mendengus dua kali, bangkit dari tubuhnya dan mundur dua langkah: “Sekarang? Bagaimana keadaannya?”
Bai Shuo menggosok pipinya yang agak sakit, bangkit dari tempat gadis itu menjatuhkannya: “Apa maksudmu ‘bagaimana’?”
“Jika yang kamu maksud adalah kutukan...” Ia tersenyum: “Bukankah sudah habis terbakar Pedang Kekuasaan Raja-mu? Terima kasih.”
“Jangan berlagak.” Feng Suxi mendengus dari tenggorokannya, memalingkan kepala dan bergumam pelan: “Aku cuma tidak sengaja.”
