Di perbatasan terjauh dunia tak terbatas, di tengah badai ruang-waktu yang tak berujung, seorang pria berkulit hitam legam berjalan maju sambil tersenyum.
Tiba-tiba, ia menekan topi ritual di kepalanya, mengeluarkan suara kesakitan seperti menarik napas tajam.
“Ah, ah, rasanya mengerikan dibunuh.” Sang penguasa mutlak menggeleng pasrah, namun di sudut mulutnya terselip senyum puas.
“Sungguh disayangkan, masih banyak tubuh cadangan.”
Memandang kobaran api yang menyebarkan cahaya layaknya mercusuar di balik jutaan dimensi, seolah ia melihat tatapan seseorang, senyum kegembiraan pun mengembang.
“Tapi, aku benar-benar makhluk malang yang bahkan takhta pun direbut oleh muridku sendiri.”
Tanpa secercah penyesalan, ia berdesah laksana duka perpisahan usai pertunjukan megah berakhir.
“Ha, biarkan saja.”
Berbalik, ia kembali menunjukkan ekspresi gembira abadi, berbisik pada murid yang takkan mendengar: “Duduklah di kursi itu, mainkan peranmu dengan baik, Liang Gongzheng.”
Adapun dirinya, saatnya memulai perjalanan baru.
Setelah menyaksikan serangan balik megah yang menggemetarkan jiwanya dari tribun penonton tertinggi, tak ada lagi yang membuatnya ragu untuk pergi.
Lagi pula, duduk di satu tempat terus-menerus membosankan. Kursi itu juga keras dan tidak bagus, sama sekali tak sesuai selera terdistorsinya.
Tapi, pertunjukan yang sungguh memukau.
Tertawa lebar, ia memberi penghormatan pada tua misterius yang menyalakan api pemberontakan dengan jiwanya, lalu melanjutkan langkah.
Mulai sekarang, mari kita memulai perjalanan baru!
Ke mana kita pergi dulu ya?
Dia juga belum memutuskan, tapi pastinya harus ke tempat yang sangat menarik dan menyenangkan.
Dengan tersenyum seperti itu, bersenandung lagu kekacauan, pria gembira bernama Nyarlathotep menghilang di kedalaman ruang-waktu.
……
Di dunia tak terbatas masa lalu, Bumi baja dan cahaya pucat yang abadi telah tergantikan.
Setelah perubahan drastis yang tak terdeteksi itu, ribuan orang terbangun di pagi hari pertama era baru, membuka pintu, lalu tertegun melihat keramaian kota di depan mata.
Hei? Di mana ini?
Mereka terdiam memandang hutan kota yang tiba-tiba muncul ini, saling bertatapan bingung.
Seluruh ruang tim dan dunia Transaksi telah menyatu, berubah menjadi kota yang baru dibangun ini, sementara markas Batalyon berubah menjadi kota satelit di pinggiran.
Prajurit Samsara yang bingung mulai dengan waspasa membentuk tim dan menjelajah setelah memastikan dunia baru ini tidak berbahaya.
Tak lama, prasasti di monumen pusat kota mengungkap alasan semua kebingungan ini sekaligus menandai datangnya era baru.
‘Kehendak akhir sudah kuhancurkan, jadi sekarang siapa Bos-nya, mengerti? — Bai Shuo’
Hmm, secara garis besar... begitulah sapaan pertama Tuan baru dunia ini kepada rakyatnya?
Di bawah instruksi Bai Shuo, kota besar menggantikan dunia kosong yang dahulu sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Kekacauan akibat keruntuhan sistem dewa utama segera tertutupi oleh sistem baru yang dibangun dari kobaran api Prometheus.
Saat semua orang memandang gelang retak di pergelangan tangan kanan mereka dalam kebingungan, cap salib hitam pekat muncul kembali di pergelangan tangan mereka.
Dan menyampaikan pesan yang membuat mereka hampir mengira semua ini hanyalah mimpi.
Bagi yang ingin pergi, cukup membayar 1000 poin hadiah dan menandatangani 'perjanjian kerahasiaan' untuk kembali ke dunia asal mereka.
Mereka yang ingin pergi tak perlu ditahan, segera gedung 1 di pusat kota dipenuhi antrian panjang permohonan kepulangan.
Sedangkan bagi yang bertahan, lebih banyak kesempatan menanti.
Untuk Prajurit Samsara yang bersedia bekerja untuk majikan baru, serangkaian kebijakan terkait segera diterbitkan dalam hitungan hari.
Semua Prajurit Samsara diberitahu bahwa segala tugas wajib telah dihapus, digantikan oleh sistem kontrak baru 'dunia tak terbatas'.
"Untuk menyelaraskan kontradiksi antar dimensi, menjaga keseimbangan keseluruhan... Mulai hari ini membuka rekrutmen staf. Peminat bisa berkonsultasi di gedung perkantoran 3L pusat kota."
——Komite Manajemen Ruang-Waktu (mantan Batalyon 'Salib', 'Evolusi Ilahi', 'Paradoks')
Dalam keinginan yang diturunkan dari Takhta Tertinggi, seperangkat aturan baru segera menggantikan tatanan dunia lama.
Atas instruksi Bai Shuo, Index dan Feng Suxi melakukan reorganisasi batalyon dengan penggabungan, serta membentuk komite manajemen baru yang terbuka untuk merekrut anggota dari semua Prajurit Samsara.
Kemunculan sejumlah besar posisi pekerjaan telah sepenuhnya menyelesaikan situasi menganggur yang terjadi - lagipula di dunia tak terbatas ini, tugas menyelamatkan dunia tidak akan pernah berkurang.
Namun dibandingkan sebelumnya, proporsi misi kekerasan secara alami berkurang, sebagian besar tugas merupakan pemberitahuan resmi terkait perawatan dan operasi dunia.
Tidak hanya harus menangani tubrukan dan gesekan antar dimensi, tetapi juga tidak boleh mempengaruhi perkembangan sejarah masing-masing dunia.
Selanjutnya, perlu mengirimkan pengamat dan koordinator ke berbagai dunia.
Masalahnya, sebagian besar Prajurit Samsara bukanlah saksi yang kompeten, dan peran yang paling cocok hanyalah 'dalang di balik layar' atau semacamnya.
Karena itu, diperlukan pelatihan sebelum bertugas.
Maka berdirilah 'Sekolah Teknologi Xin Dongfang' dengan dukungan finansial Xia Chu yang kaya raya dan tenaga pengajar Evolusi Ilahi. Sekadar informasi, nama ini diberikan oleh Liang Gongzheng dengan gaya khasnya yang kacau-balau.
Mengenai kualitas pengajaran... meskipun Evolusi Ilahi telah berusaha keras memberikan pelatihan, tapi efeknya... hmmm.
Tampaknya jalan transformasi Prajurit Samsara dari penghancur menjadi Penjaga masih panjang dan berliku.
Sebagai Raja dunia yang cukup tidak bertanggung jawab dan tidak bisa diandalkan, Bai Shuo langsung melemparkan semua urusan kepada Index dan Feng Suxi untuk diselesaikan, sementara dirinya menghilang tanpa jejak.
Atau mungkin, ini bisa dihias sebagai 'mempercayai bawahan sepenuhnya dan pemberian wewenang yang berani'?
Bagaimanapun, dunia ini akhirnya beroperasi juga berkat upaya tak terhitung orang.
Dunia baru tanpa pembunuhan dan perang tak berarti, yang mampu memberikan kedamaian relatif dan mencegah yang tak bersalah tenggelam dalam keputusasaan selamanya.
Meski tidak bisa sepenuhnya menghapus pembunuhan, setidaknya bisa mencegah pengorbanan tak bermakna.
Cukup dengan bisa membuat orang tersenyum dan terus hidup, itu sudah memadai.
Inilah mimpi terakhir yang digenggam erat oleh mereka yang telah mati, kini akhirnya menjadi kenyataan berkat usaha para pembaharu.
Dalam hitungan bulan, anggota baru dari berbagai dimensi dan Prajurit Samsara telah menghidupkan kota ini.
Berada di inti tak tergantikan dunia tak terbatas, menyambungkan berbagai dunia, dengan arus orang yang datang dan pergi setiap hari untuk melintasi dimensi dan berkomunikasi.
Adakah tempat lebih ajaib daripada kota mukjizat ini di antara dunia tak terbatas?
Di bawah dorongan 'Komite Manajemen Ruang-Waktu', kota terus berkembang; berbagai toko dan bangunan baru bermunculan di tengah perubahan yang cepat.
Seperti yang diharapkan Youxi, dibangun bioskop raksasa, taman bermain, bahkan kafe untuk kencan (curang) dan penginapan kecil...
Namun, setelah menyelesaikan segalanya, gadis kecil yang ingin mempersiapkan sesuatu lebih lanjut justru bisu tercekat saat dimasukkan ke sekolah oleh ayahnya.
Soalnya terlalu banyak pelajaran yang dia bolos selama ini.
Untung ada phoenix kecil yang menemani, membentuk duo pengemplang kelas, membuat hidupnya tak terlalu membosankan.
Sayangnya, Wanita Bangsawan Merlin yang baru beralih profesi jadi guru mulai sakit kepala, hmm, sakit kepala berat...
Sementara Sun Wukong, setelah menyekap putrinya kembali ke sekolah, langsung menjabat di kantor pengelola kota yang baru dibangun.
Setiap hari mengejar pedagang kaki lima dengan tongkat polisi hingga berantakan, sambil merusak sedikit bangunan publik... sepertinya dia sangat menikmatinya.
Adapun monyet itu, sejak lama sudah membawa buntelan di punggung, menggenggam 'Panduan Perjalanan Dunia Tak Terbatas' di tangan, entah kabur ke mana.
Otolia, setelah mendapat persetujuan Bai Shuo, mewarisi gelar Ksatria Abu-abu yang ditinggalkan Xiao, mulai membentuk generasi baru 'Ordo Ksatria Apokaliptik'.
Setiap hari menyeleksi pemula di antara para Prajurit Samsara yang mengajukan tes kelayakan, kewalahan menangani berbagai urusan, sekaligus memimpin Ordo berburu 'Buronan' yang berkeliaran di berbagai dimensi.
“Lagipula selalu ada segelintir orang yang tak bisa melihat situasi dengan jelas, ingin melawan arus sejarah yang bergerak maju, merasa 'Bai Shuo bisa melakukannya, jadi aku juga bisa', berpegang pada fantasi idiot seperti ini, ingin mewujudkan restorasi dewa utama atau apa pun, dihancurkan menjadi sampah hanyalah masalah beberapa tahun ke depan.
Tapi, sepertinya ada beberapa penguasa mutlak yang diam-diam mendanai dan mendorong, Bai Shuo juga malas menyelidiki, langsung menyerahkan pada Otolia untuk penanganan, sekaligus sebagai latihan tempur.
Bagaimanapun, menggilas orang-orang yang tak paham skala prioritas hanyalah urusan beberapa menit, tak perlu lelah memikirkan hal seperti ini, anggap saja sebagai permainan yang menarik.
Singkatnya, 'kejahatan' telah dilempar mundur, 'keadilan' dan 'cahaya' di bawah pimpinan Bai Shuo kembali ke dunia tak terbatas.
Semua orang hidup dalam kebahagiaan, benar-benar patut diucapkan selamat, selamat.
“Lalu?”
Di bawah sinar matahari lembut sore hari, gadis itu duduk di taman, menoleh ke pria yang tersenyum di sebelahnya.
“Lalu apa?” Bai Shuo menyipitkan mata dengan nyaman di bawah terpaan sinar matahari.
Chen Jingmo menarik-narik pipinya penuh rasa ingin tahu: “Lalu, begitu saja menjadi 'nomor satu di dunia'?”
Dalam tarikan Chen Jingmo, Bai Shuo hanya bisa menyerah tanpa perlawanan: “Iya, bagaimana rasanya menarik harga diri nomor satu di dunia?”
Melihat ekspresinya, Chen Jingmo melepaskan jari telunjuknya, memalingkan muka dengan kepuasan: “Hm, biasa saja.”
“Melihat ekspresi puas gadis itu, Bai Shuo tiba-tiba memukul telapak tangannya dan berkata dengan serius: "Kalau begitu... bagaimana jika kau yang melakukannya?"
Menghadapi usulan berani ini, gadis itu tertegun sejenak lalu tenggelam dalam perenungan.
Sepertinya... terdengar cukup menarik?
"Hmm, lebih baik tidak. Aku tidak tertarik dengan hal semacam itu."
Bersandar di bahu Bai Shuo, Chen Jingmo menunjukkan ekspresi lesu tanpa semangat.
Usulan yang mungkin sangat menggoda bagi orang lain itu pun ditolak begitu saja.
Mengingat teman-teman yang sibuk sampai muntah darah belakangan ini, Chen Jingmo bertanya dengan suara rendah: "Tapi, tidak apa-apa kau melempar semua urusan ke orang lain?"
Senyum keanehan muncul di wajah Bai Shuo. Pandangannya menembus air mancur depan dan tertuju pada 'gedung perkantoran' di pusat kota. Dengan serius ia berkata: "Tenang saja, semua orang di sini pekerja keras yang baik hati."
"Ah, percaya setipis kulit bawang."
Tentu saja, ini membuat Chen Jingmo memandangnya dengan hina.
Bersandar santai di kursi, Bai Shuo menguap dan berkomentar: "Reorganisasi Batalyon-Batalyon besar sepertinya akan selesai dalam beberapa hari ini. Meyakinkan orang-orang keras kepala itu cukup merepotkan."
Teringat masalah baru, Chen Jingmo mengangkat kepala dari bahunya: "Kabarnya kau mengembalikan Kekuasaan Misteri ke Index? Bukankah sebagai penguasa tertinggi seharusnya semua kekuasaan Raja ditarik kembali? Bagaimana jika orang lain meniru pemberontakan kalian dan membunuhmu?"
“Kalau ada yang bisa melakukannya, takhta atau apa pun bisa diberikan padanya.”
Bai Shuo mengangkat bahu dengan santai, berkata penuh makna di telinganya: "Asalkan tidak takut memulai siklus reinkarnasi abadi lagi."
“Cih.” Chen Jingmo kembali melemparkan pandangan menghina padanya, mulai menarik-narik pipinya. Dia benar-benar penasaran kapan Bai Shuo berubah dari pemuda pemalu menjadi pria hitam di dalam hati yang ketebalan kulit wajahnya setara dengan penghalang dimensi.
Memikirkan nasib menyedihkan para penentang, Chen Jingmo tak bisa menahan desahan simpati: "Kalau kalah langsung baca arsip, benar-benar curang."
“Haha, aku juga merasa begitu.” Bai Shuo mengangguk setuju, berdesah serius: "Perasaan tak terkalahkan benar-benar menyepikan."
Diam sejenak, alis Chen Jingmo berkerut hampir tak terlihat.
Ini membuat Bai Shuo merasakan peringatan aneh di hatinya.
Perlahan mengangkat kepala dari bahunya, mata Chen Jingmo menyiratkan sesuatu yang kembali membuat Bai Shuo merasa tidak nyaman.
“Tapi ngomong-ngomong... sejak kamu kembali, bermain game denganku tak pernah kalah sekalipun.”
Dia menatap ekspresi Bai Shuo dengan serius: "Jangan-jangan..."
“Ahaha... Bagaimana mungkin.” Bai Shuo cengar-cengir gelisah memalingkan pandangan ke kejauhan, menggunakan nada 'tulus' yang bahkan dirinya sendiri tak percaya: "Kamu terlalu banyak berpikir, sungguh, harusnya kamu percaya padaku, percaya padaku!"
“Benarkah?”
Chen Jingmo tertawa dengan nada ambigu, pipi polosnya dipenuhi ekspresi penuh pencerahan dan niat membunuh yang memalukan: "Tak heran setiap kali bermain bersama, kamu selalu mengajukan banyak permintaan aneh..."
Begitu teringat hal ini, Chen Jingmo langsung teringat ekspresi aneh Bai Shuo saat bertaruh dengannya, serta taruhan gila yang membuatnya hampir gila.
Seragam stoking, perawat maid OL, mencoba PLAY baru...
Begitu menyentuh konten-konten ini, sehebat apapun Chen Jingmo dalam permainan, pasti kalah telak di bawah 'keberuntungan tak terbayangkan' Bai Shuo.
Kini jelas, alasan kekalahannya sama sekali tidak sesederhana yang dia kira.
"Oh begitu, aku mengerti, ternyata seperti ini..."
Gadis yang tersadar itu menunduk, memancarkan aura hitam yang terlihat oleh mata manusia, berbisik pelan.
"Ehh..." Bai Shuo cengar-cengir gelisah, ekspresi wajahnya berkedut: "Dengar penjelasanku."
"Tak perlu." Gadis itu mengangkat kepala, menunjukkan senyum kegelapan pasca malu dan marah mencapai puncak, tangan rampingnya menarik golok merah darah dari wilayah dewa.
"Bajingan! Aku akan membunuhmu!!"
Dalam teriakan keras sang gadis, bangku panjang hancur berkeping-keping oleh tebasan tajam.
"Takkan kumaafkan lagi! Takkan pernah kumaafkan!"
Dalam teriakan berair mata polos dan kejar-kejaran gadis itu, Bai Shuo tertawa lebar, lihai meloloskan diri lewat jalur yang sudah dikenalnya.
“Dengan keakraban dan senyum keanehan yang tak berubah, ‘keseharian’ milik Bai Shuo, yang dicintai dan dijaganya, sekali lagi dimulai.”
“Dan di lantai tertinggi kota, remaja berambut perak mengangkat kepalanya seolah merasakan sesuatu, lalu tersenyum kecut.”
“Menyadari ekspresi kebingungan Chu Xiang di sampingnya, Index menatap sinar matahari yang ramah di luar jendela, lalu berkata serius: ‘Dunia tak terbatas hari ini juga dalam kedamaian.’”
“Anak kecil jangan berpura-pura jadi dewasa bicara seperti ini.”
“Sebuah telapak tangan tiba-tiba mengusap rambutnya dengan penuh keakraban.”
“Eh!” Remaja berambut perak yang kaget itu menoleh, memandang sosok yang tiba-tiba muncul: “Bukankah kau...”
“Bukankah aku seharusnya di bawah?”
“Pria tak terduga itu berjalan ke jendela sambil tersenyum, membuka tirai dan memandang seseorang yang sedang dikejar-kejar di pasar: “Benar-benar pemandangan yang menyenangkan.”
“Kau... kau... kau!”
“Index yang akhirnya bereaksi menelan ludah, bertanya pelan: “Bukan yang sekarang ini?”
“Dari sudut pandang tertentu, memang begitu.”
“Pria di depan jendela berbalik sambil tersenyum: ‘Jangan khawatir, aku hanya kembali dari tempat yang sangat jauh untuk melihat sekilas.’”
“Remaja berambut perak itu menggaruk kepala bingung: ‘Kau dari waktu kapan...’”
“Sebelum kalimatnya selesai, pria yang tersenyum itu membuat gerakan ‘suara Sst’: ‘Jangan sebut nama itu.’”
“Katanya, pandangannya mengarah ke keributan pasar di bawah, lalu tersenyum: "Kalau tidak, orang itu akan tahu."”
“Baiklah.” Index bertanya dengan pasrah: “Kamu ini siapa yang waktu kapan sih?”
“Sedikit instansi presisi pun tak bisa ditemukan,” pria itu mengangkat bahu, “pada waktu yang sangat sangat lama... Singkatnya, durasi yang cukup panjang.”
“Ngawur! Berapa lama sebenarnya, bajingan!”
Menghadapi kemarahan Index, pria yang tersenyum itu memegang dagu sambil merenung, setelah cukup lama berbisik di telinganya: “Sampai bisa mendeteksi bahwa 'Index' sebenarnya adalah 'Inteks'.”
“Eh? Ehhhhh!!!!!”
Pipi 'Remaja tersebut' seketika memerah membara, membeku dalam keadaan terdiam.
“Karena itu, meskipun anak laki-laki yang imut, harus tetap berusaha ya!”
‘Pelaku yang Menentang Arus’ tersenyum sambil membungkukkan badan, memandangi gadis yang malu-malu, lalu mencium dahinya dengan lembut: “Ke depannya, mari kita saling membantu.”
Dengan senyuman seperti itu, ia memandangi pipi Inteks yang merah membara, sebelum sirna dalam guncangan Waktu.
“Hah?!”
Bai Shuo yang sedang berlari kucing-kucingan di gang mengangkat kepala dengan bingung, menatap ke kejauhan sambil bergumam: “Apa yang dilakukan orang itu?”
“Hehe...”
Tepat di keit ini, tawa gadis terdengar dari mulut gang.
Memegang golok merah darah, Chen Jingmo dengan senyum lembutnya memandang Bai Shuo di ujung jalan buntu, berbisik pelan: “Teman sekelas Ito... akhirnya kudapatkan.”
"Meninggalkan, Kotoha! Tetap kewaspadaan! Aaaaaa!!!"
……
(Buku Tamat)
Ucapan Penutup——‘50 Tahun Edgy’
Saat menulis baris ini, saya baru menyelesaikan draf pertama akhir cerita, belum sempat memodifikasi.
Tapi ketika pembaca sampai di bagian ini, mungkin buku ini sudah tamat ya?
Hmm, "Takhta Besi" yang niche, edgy, dan minim integritas diri ini akhirnya selesai di bawah jaminan integritas sang penulis.
Waktu upload: 4 Juli 2011 pukul 15:42.
Waktu penyelesaian: 14 September 2012 pukul 16:00.
Durasi penulisan lebih dari setahun dua bulan, total sekitar 2,64 juta karakter.
Dan hari ini, resmi selesai.
Ini saat yang menggembirakan sekaligus menyedihkan.
Ini buku terpanjang yang pernah kutulis, "Kiamat" sebelumnya hanya 1,4 juta karakter.
Sebagai novel 'aliran tak terbatas' yang tidak dipahami banyak orang, apalagi genre ACG yang niche dengan 80% novel terbengkalai, menyelesaikannya benar-benar perjuangan.
Aku sendiri tak percaya hari penyelesaian yang sejati ini akhirnya tiba.
Saat mulai menulis buku ini, "Es Tak Terbatas" karya Doktor baru selesai arc Saint Seiya.
Saat menyelesaikan buku ini... sayangnya Doktor sudah berbulan-bulan tidak update.
Di bagian tengah sepertinya karena parodi berlebihan, Doktor tampak marah, jadi saya mohon maaf di sini.
Dokter, sungguh sangat menyesal, harap sudi memaafkan kelancangan hamba!
Jadi, Niang Canghai, cepat kembalilah, aku benar-benar peduli padamu~ Cepat perbarui~ Perbarui~
Hmm, sepertinya tadi mengatakan sesuatu yang aneh, tolong jangan dihiraukan.
Ucapan di atas agak melenceng, jadi perlu membuat pembukaan baru, menarik kembali, dan mengulang penjelasan.
Mari mulai dari nama 《Takhta Besi》 ini.
Apa makna simbolis dan alegoris yang unik dari judul ini? Sejujurnya, awalnya Fengyue sendiri tidak tahu, bahkan sempat ingin menamakannya 'Jalan Pembunuhan Tak Terbatas'.
Sayangnya Master Ta Xue sudah menulis 《Jalan Pembunuhan Tak Terbatas》, dan dia berasal dari era Gongyuan, aku tidak bisa merebut sahabat dari Gongyuan.
Karena itu, judul ini terpaksa kutinggalkan dengan berat hati.
Hmm, ucapan di atas hanya bualan, tolong jangan dipercaya.
Sebenarnya, asal-usul judul ini begini:
Saat naskah baru bergenre infinite flowku sudah terkumpul 30.000 hingga 40.000 karakter dan siap diunggah, tiba-tiba kusadari belum membuat judul.
Kira-kira nama apa yang cocok? Inilah masalahnya.
Harus mudah diingat, sederhana dipahami, namun mengandung makna mendalam.
Setelah lama berpikir tanpa hasil, Fengyue membuka buku acak di liburan, memilih halaman sembarang, menutup mata dan menunjuk sebuah kata. Saat membuka mata: Wah bagus, 'baja'!
Bagian depan sudah ada, bagian belakang mengikuti pola yang sama, mencari buku lain, membuka sembarang halaman, menutup mata dan meraba kata.
Benar, kali ini yang terpilih adalah 'takhta'...
Inilah asal mula Takhta Besi, Sungguh benar.
Jadi, tentu saja kau tak boleh berpikir judul ini benar-benar mengandung makna tertentu. Jika dipaksakan harus ada, maka kita harus memberinya makna sendiri.
Karena itu, aku terus berusaha 'menyentuh tema utama', sayangnya meski sering menyentuh, sepertinya selalu 'melenceng dari tema'.
Mengingat semua setting dalam buku ini diciptakan Fengyue sambil menulis, Nona Outline sejak awal tidak ada, setelah ada malah dijungkirbalikkan dan direkonstruksi berkali-kali.
Hingga kini, versi pertama sepenuhnya berubah menjadi buku yang sama sekali berbeda...
Jadi, betapa sulitnya perjalananku, kalian mengerti kan! Mengerti kan!
Rasanya integritas diri semakin terkikis, jadi penjelasan tentang judul buku cukup sampai di sini.
Selanjutnya, kita perlu membahas plot dan karakter.
Si tunanetra tanpa integritas itudisisihkan dulu, gadis Jingmo yang suka golok dan kegelapan juga tak usah disebut...
Jika diadakan pemilihan karakter populer... yang tertinggi mungkin Liang Gongzheng ya?
Soalnya cukup banyak penggemar onee-san yang tak tertarik dengan Youxi, jualan imut tak laku, tentu tak ada efek.
Mari bahas Liang Gongzheng dulu.
Tentang Liang Gongzheng, sebenarnya parodi dari ID netizen 'Liang Gongchunri Super Adil'...
Di grup Bento punya 18 selir (termasuk laki-laki imut~ Liu Xue), dijuluki: 'Kapten'.
Awalnya hanyamenjadikannya dan Sun Wukong sebagai figuran, memberi bento lalu selesai, tapi popularitasnya di luar perkiraan tinggi.
Ditambah penulis sendiri juga perlu membuatnya menjalankan 'Kekuatan Penahan Alam Semesta' di saat tertentu, jadi semua hal yang tidak ilmiah langsung dilemparkan ke dirinya.
Belakangan baru kusadari... Bisa bertahan, menyerang, menyelamatkan situasi, bahkan bisa bertingkah manja di momen kritis. Karakter ini benar-benar serbaguna!
Setengah tahun lalu dengar kabar Liang Gongzheng asli menikah, pengantin perempuannya bukan 'Liu Xue'. (Hei, sudah cukup!)
Jadi, sekali lagi memberkati mereka.
Karakter ini sengaja kubuat untuk mengkritik konsep 'orang bijak' dalam setting cerita.
Pernah membayangkan adegan: Setelah misi dimulai, sekelompok Prajurit Samsara keren dan sombong muncul, pemimpinnya berkata: XXX, susun strategi!
Lalu, munculah rencana racun yang mengguncang langit-bumi, kejamnya belum pernah ada sebelumnya, keji sampai tak ada tandingannya, satu batu mengenai N burung, mengalkulasi seluruh langit dan bumi~
Paruh kedua cerita adalah kisah bagaimana kelompok ini dengan mudah dikalahkan oleh ulah kacau Liang Gongzheng.
Inilah prinsip yang ingin kusampaikan: 'Kalian punya orang bijak, aku punya Keadilan!'
Gila bertahun-tahun, spesialis mengobati berbagai jenis orang bijak...
Orang paling bahagia yang hidup dalam dunianya sendiri.
Inilah Liang Gongzheng.
Selanjutnya tokoh perempuan Chen Jingmo~
Karakter ini terinspirasi dari 'Leng Se', ratu dan onee-san di grup pembaca setiaku. Awalnya rencana di dunia 'hellsing' harusnya dia menerima bento, tapi aku tak tega...
Namun seiring waktu, karakternya berkembang lepas dari pengaruh Leng Se, bisa dibilang telah menjadi karakter yang utuh.
Ada keimutan, cinta, dan potensi kegelapan dalam karakter onee-san yang kuat dan berwibawa. Gadis seperti inilah yang paling kusukai~
Benar, begitulah adanya. Aku memang penggemar berat onee-san, sungguh benar adanya.
Paman macho Sun Wukong, karakter ini terinspirasi dari moderator LBT yang setia mengoreksi draft dan menemukan kesalahan ketik untukku.
Karena Fengyue (penulis) tidak bisa menemukan salah ketik sendiri setelah menulis, padahal banyak kesalahan, di sini aku ucapkan terima kasih atas keringat dan waktu yang telah ia curahkan untuk mengoreksi kesalahan ketik selama ini.
Figuran pertamanya Guo Jing telah kumatikan di arc HELLSING. Sejujurnya, awalnya aku tidak berencana memusnahkan semua anggota lama Tim Harapan, hanya saja proses penulisan terlalu lancar sampai tak sengaja memberikan terlalu banyak "bento kematian".
Maka, melalui protes kerasnya, Sun Wukong berhasil selamat dari kobaran api.
Dia tak boleh mati! Kalau mati, siapa yang akan mengoreksi salah ketikku?!
Di sini juga kusampaikan terima kasih pada pendahulu LBT, 'Shen Feng' yang mengoreksi salah ketik di volume Dynasty Warriors (figuran berupa Prajurit Samsara sisi sains 'Shen Feng' dari tim 'Api Purba' di volume FATE, yang juga kumatikan XD).
Mengenai Ksatria Putri Ottolia, awalnya aku ingin menuliskan karakter gadis seperti SABER, sayangnya kemudian kusadari karakter seperti itu tidak benar-benar kugemari.
Akhirnya, karakter tersebut berubah menjadi gadis yang tersesat dalam jalan hidupnya~
Ada yang mengkritik dalam hati bahwa cinta Ottolia pada tunanetra yang begitu teguh terasa tidak ilmiah.
Tentang jawaban masalah ini, Chen Yixun dan Faye Wong sudah memberitahukan pada kita semua.
Bukankah lagu itu dinyanyikan seperti ini?
Karena cinta~ takkan mudah bersedih~ maka segalanya tampak bahagia~
Karena cinta~ tumbuh dengan sederhana~ Yiran tetap bisa menggila untukmu kapan saja~
……
Aku mencintai gadis berketeguhan seperti ini, juga keteguhan dan kegilaannya.
Selanjutnya adalah maskot kedua Tim Harapan 'Youxi cucu tertua'~ (yang pertama adalah Liang Gongzheng).
Gadis ini, bagaimana ya, dia adalah perwujudan 'harapan' dan 'keajaiban' yang ingin kusampaikan.
Dibandingkan onee-san gunung es, gadis cilik penyembuh jelas lebih cocok untuk tugas seperti ini.
Maka, gadis cantik super semesta~ Muncul dengan gemilang~
Aku menyukai gadis kecil yang penurut ini. Jika punya putri, pasti kubuat mirip Youxi. Meski kurasa dengan metode didik burukku, akhirnya mungkin jadi Feng Suxi yang sedang dalam masa pemberontakan. Tapi gadis 'mulut bilang tidak tapi tubuh patuh' juga kusuka!
Hmm, sepertinya menyingkap hobi buruk... Kalian anggap tak melihat saja.
Sampai di sini, harus disebutkan tentang monyet yang lewat begitu saja...
Masuk Tim Harapan karena impulsifku, hasilnya kemampuan deskripsi kekurangan, jadi 'Akkarin' yang lewat begitu saja.
Benar-benar sepuluh ribu permintaan maaf.
Terakhir, harus bicara tentang protagonis.
Bai Shuo, dari awal, orang ini kecuali tunanetra, tak ada ciri khusus.
Kepribadian tidak semangat berapi-api juga tidak kejam, gaya bertindak tidak baik juga tidak buruk.
Penampilannya tidak tampan, juga tidak jelek, memiliki wajah yang proporsional.
Bisa dibilang biasa-biasa saja.
Pada akhirnya, bahkan ciri khas terbesar dalam karakterisasi 'tunanetra' pun tidak dipertahankan, dengan bangga kembali ke barisan manusia biasa.
Hingga akhir, meski telah mewarisi 'Kalpa Samsara' tetap tidak memiliki medan BOSS atau wibawa kakak.
Termasuk tipe yang jika tidak sengaja menonjolkan diri, akan hilang di tengah kerumunan orang.
Tidak hanya tidak memiliki cinta, tapi juga ahli sihir seni bela diri dengan poin yang salah ditambahkan.
Tapi, aku rasa ini sudah cukup baik, aku mencintai orang biasa seperti ini.
……
Nah, sampai di sini, karakter Tim Harapan sudah hampir selesai diceritakan.
Aku tahu masih banyak yang bisa diceritakan, tapi sudah tidak ada kesabaran untuk menulis satu per satu.
Jadi, mari melompat ke tahap selanjutnya.
Menulis sampai di sini, perlu berterima kasih kepada semua pembaca dan anggota grup, aku mencintai kalian, baik kalian laki-laki yang imut maupun perempuan, aku mencintai kalian semua~
Untuk buku ini, masih banyak orang yang perlu kuminum terima kasih.
Misalnya Kakak Editor Ding Dong yang telah membimbing banyak hal yang perlu diperhatikan.
Terima kasih untuk Editor Wu Dao yang memberikan banyak ide untuk buku ini, tanpanya aku takkan terpikir 'Kalpa Samsara'.
Beliau telah membimbingku begitu banyak, tapi buku ini tetap kubuat terlalu sastra dan chuunibyou, sepertinya membuatnya sangat kecewa, sungguh permohonan maaf yang dalam, aku akan mengambil pelajaran. (mengepal tinju)
Terima kasih untuk Gongyuan, Beihe, Chu Bai, Ye Yongxing, Guan Canghai, hingga semua anggota 'Kelompok Penulis Rajin'.
Setting dan bimbingan kalian sangat mempengaruhi saya~
Terima kasih kepada Type-Moon Dewa Perang Can Ye yang telah membimbing di volume FATE dan DIES. Sejak mendapat dukungannya, tak ada lagi pejuang setting yang berdebat soal setting dengan saya~XD
Terima kasih untuk sekutu Hei Baizi.
Terima kasih untuk bimbingan Ultraman tentang robot tipe super.
Terima kasih untuk para otaku senior yang dermawan memberikan konsultasi. Semoga kalian cepat dapat pacar (Hei! Benarkah ini ucapan terima kasih?)
Baiklah, berikutnya yang perlu dimintai maaf lagi adalah Legenda Hulu.
Sungguh tidak disengaja, benar-benar.
Saya hanya menulis dan tiba-tiba merasa Kakek cocok sebagai Hantu Tangan Hitam... Seandainya tahu lebih awal, saya akan jadikan trenggiling sebagai antagonis (air mata berlinang)
Saya tidak akan membuat perkembangan tidak terduga lagi, ORZ.
Yang paling perlu dimintai maaf adalah menulis DIES - permainan yang hampir tak populer di dalam negeri, malah menjadikannya tema utama.
Memang settingnya sangat trendy, dan plotnya benar-benar membara... Tapi niche tetap niche, chuunibyou tetap chuunibyou.
Tapi bagi maniak setting, apa yang lebih menarik daripada setting baru yang sama sekali segar?
Lagipula ini sudah mau tamat kan? Biar chuunibyou terakhir kali saja.
Lebih baik tidak dilakukan sama sekali atau dilakukan maksimal, setengah-setengah hanya akan tidak disukai kedua belah pihak.
Jadi saya putuskan untuk menyelesaikan bagian ini dengan serius.
Untuk pembaca yang tidak paham atau bingung, maafkanlah, anggap saja saya sedang chuunibyou lagi.
Berbicara sampai sini, kata penutup ini sepertinya juga sampai pada akhirnya.
“Tapi jangan buru-buru, hal terpenting belum kusampaikan.”
“Ada beberapa kata yang sudah lama ingin kusampaikan kepada kalian semua, akhirnya mendapatkan kesempatan ini, jadi ingin kusampaikan sekaligus.”
“Nah, inilah sistem terakhir.”
“Mengingat berikut adalah curahan hati panjang penulis yang membosankan tentang nostalgia dan visi masa depan... Tapi tolong teruskan membacanya, toh hanya beberapa ribu kata gratis ini.”
“Judul epilog ini 'Chuni 50 Tahun', terinspirasi dari 'Dun Sheng' favorit Raja Iblis Nobunaga, tentu ingin membahas hal-hal chūnibyō.”
“Jika ditanya apa arti menulis bagiku Fengyue? Mungkin ini adalah 'mimpi'?”
“Pernah baca 'Bakuman'? Benar, cerita dua anak yang bercita-cita jadi mangaka.”
“Meski detail alurnya sudah kulupakan, tetap saja kusukai, seperti menyukai mimpi absurd masa remaja.”
“Apa yang terjadi ketika dua pemuda dekaden bertemu?”
“'Aku ingin menggambar komik, nanti kau tulis skenarionya! Kita selamatkan animasi Tiongkok!'”
“Ketika Fengyue masih shota, benar-benar ada yang berkata begitu, sungguh.”
“Walau itu sudah sangat-sangat lama, kalimat itu tetap menjadi ingatan paling jelas di SMA.”
“Kuyakin, usiaku belum sampai tak bisa bedakan kisah dan realitas.”
Dan, daya penghancur kalimat ini sungguh besar.
Cukup membuat Fengyue yang sehari-hari hidup dalam kebingungan tersadar, timbul pemikiran bahwa tidak bisa terus begini bermalas-malasan.
Meski tanpa dukungan Yadou, dan juga bukan 'Yang Tertinggi' atau 'Qiuren', tapi kami juga ingin serius memikirkan untuk melakukan sesuatu.
Walau di kemudian hari, dia meninggalkan ide ini karena takdir yang rumit, tapi aku masih tak bisa melupakan kalimat ini.
Saat itu kuhabiskan waktu belajar mandiri yang tak terhitung untuk menulis puluhan buku catatan pendek yang penuh coretan, ketinggian tumpukannya bisa melebihi lututku. Meski kini sebagian besar telah hilang, tokoh-tokoh yang pernah ada masih bisa hidup di dalam pikiranku.
Sebagian besar cerita saat itu ditulis dengan meniru gaya Sembilan Provinsi atau Jiangnan, sebagian lagi meniru *Novel Terbaik* (menutup wajah).
Di masa kecil, Fengyue yang keluarganya tidak kaya rela berkeliling kota Hongtong sambil mengetuk pintu rumah satu per satu untuk menjual koran demi mengumpulkan uang beli buku.
Saat itu target favoritku adalah orang Xinjiang yang menunggu kereta di depan stasiun. Tiga lembar koran iklan yang dibagikan ditumpuk dengan satu *Shanxi Evening News*, dengan kemampuan persuasi yang baik bisa dijual dua yuan. Harga beli cuma lima mao. Setelah koran iklan habis, penerbit juga memberiku upah.
Jadi, aku selalu yakin anak-anak yang kehilangan uang karena tertipu kue qie benar-benar lemah total.
Sehari setelah dikurangi modal, bisa mendapat untung lebih dari dua puluh atau tiga puluh yuan, pas setara harga satu buku.
Feng Yue dulu pernah menjadi Yang Mulia yang memonopoli bisang koran anak di Kabupaten Hongtong (tertawa)
Meskipun hal seperti ini tidak pernah dilakukan lagi sejak masuk kelas 3 SMP, cukup untuk membeli rak buku penuh novel dengan uang hasil jerih payah sendiri.
Seri lengkap Piao Miao Lu, Yu Chuan Shuo, Kaisar Cahaya, Pemuda di Tempat Ini, Langit Ruo Xing Han, seri Mendengar Menara Salju karya Cang Yue, set lengkap "Kun Lun"... sekalian berlangganan majalah "Fantasy" selama setahun penuh.
Sayangnya kemampuanku dalam menulis adegan dramatis masih jauh tertinggal dibanding Duke Dou dan Monyet, benar-benar hal yang membuat menyesal dan sedih.
Di sini saya memberi penghormatan kepada Dewa-Dewa Sembilan Provinsi masa lalu, meskipun zirah baja sudah tiada, tapi aku masih mencintai kalian.
Tapi, diriku saat itu, sebenarnya bagaimana harus mendeskripsikannya?
Ingin menulis sebuah buku, apapun jenisnya, asal ada yang mau membaca.
Karena itu lahirlah cerita-cerita yang sampai sekarang belum pernah diperlihatkan kepada siapa pun.
Aku tidak tahu mengapa bisa begitu teguh pada novel semacam ini, tapi aku keras kepala percaya bahwa aku bisa menulis dengan baik, aku memiliki kemampuan seperti itu.
Karena itu, muncul begitu banyak 'lubang' di hard disk-ku, dan karya panjang pertama yang berhasil kuselesaikan seumur hidup "Penjaga Hari Kiamat".
Lalu muncul lagi Takhta Baja yang sekarang.
Aku bersandar pada mimpiku dan waktu luang untuk bertahan sampai sekarang, belum juga berhenti.
Ini adalah hal paling membahagiakan dan menyenangkan bagiku, bisa mendapatkan dukungan dari kalian, sungguh luar biasa.
Aku ingin melalui cerita kacau namun tulus ini menyampaikan satu hal: selagi masih muda dan dalam masa remaja penuh khayalan, lakukanlah sesuatu dengan sepenuh hati.
Entah mengejar gadis cantik atau mengejar mimpi yang sama indahnya.
Jika terlalu banyak penyesalan tertinggal di masa muda, di usia tua akan menyesal.
Menulis sampai sini, tiba-tiba sadar: periode khayalan remajaku benar-benar sangat panjang.
Berlangsung dari usia 13-14 tahun hingga sekarang, dan sepertinya belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Belakangan ketika gelombang anti-Jepang sedang berkobar di luar, aku malah belajar bahasa Jepang. Juga berencana melanjutkan keterampilan menggambar sketsa yang sudah lama terbengkalai, belajar desain grafis komputer, mungkin bisa membuat ilustrasi atau sampul buku sendiri.
Meski terlihat seperti menambah skill secara acak, tapi kan semuanya hal-hal menarik?
Dalam 50 tahun hidup manusia, berapa lama kita bisa mempertahankan semangat remaja penuh khayalan?
Aku penasaran.
※※※
Selain itu, yang perlu disebutkan: Zili, terima kasih.
Aku sangat merindukan keseharian kita dulu - berdiskusi tentang sastra, filosofi, atau sekadar mengobrol di asramamu setelah kelas.
Terima kasih telah memperkenalkanku pada dunia otaku, terima kasih telah berbagi mimpi-mimpimu.
Hari-hari bermain World of Warcraft bersama kalian adalah masa paling bahagia dalam hidupku dulu.
Semoga hari-hari perantauanmu di Beijing berjalan lancar.
