Setelah meninggalkan rumah Bibi Elisa, Lucien tidak langsung pergi ke Distrik Pasar. Ia pulang untuk mengambil tongkat kayu dan melanjutkan latihan bela diri dasar di tanah kosong. Sebelum kekuatan spiritualnya cukup untuk menggunakan puluhan mantra secara berturut-turut, kemampuan bertarung jarak dekat dan menghindar tetap sangat penting.
Dan, semakin baik latihan fisik, semakin mudah untuk mengaktifkan kekuatan darah di kemudian hari ketika ada kesempatan membuat ramuan sihir "Tangisan Jiwa".
Setelah satu jam berlatih, Lucien pulang membersihkan keringat, baru kemudian berjalan menuju Distrik Pasar.
Sudah lima hari tidak mengunjungi Distrik Pasar, Lucien merasakan suasana yang masih sangat ramai dengan berbagai aksen, penampilan bermacam-macam, dan berbagai jenis makhluk humanoid bercampur dalam denyut kehidupan yang hiruk-pikuk.
Karena khawatir akan balas dendam dari Geng Aaron, Lucien sangat berhati-hati saat bergerak. Dengan indra keenam dari kekuatan spiritualnya, dia memastikan tidak mudah dilacak. Bahkan jika anak buah geng mendekat dalam radius lima meter, mereka akan langsung terdeteksi.
Namun kenyataannya, saat Lucien selesai membeli bahan mantra dan meninggalkan Distrik Pasar, Geng Aaron sama sekali tidak membuat masalah. Sebaliknya, Lucien memperhatikan bahwa jumlah personel Geng Aaron yang beroperasi memungut biaya telah berkurang drastis. Jika sebelumnya mereka beraksi dalam kelompok 2-3 orang, kini hanya sendirian. Hal ini membuat Lucien bertanya-tanya: "Apakah insiden sebelumnya membuat Geng Aaron memutuskan untuk lebih rendah profil?"
Dugaan ini bahkan tidak dipercaya oleh Lucien sendiri. Bagaimanapun juga, perilaku tidak biasa Geng Aaron membuat Lucien memutuskan untuk tetap waspada. Ia berencana segera menguasai sebagian besar mantra tingkat magang non-formal. Meski daya penghancur dan pertahanannya tidak terlalu kuat, keanehan dan kecerdikannya—jika digunakan tepat—menurut perhitungan Lucien, bahkan sepuluh preman geng pun bisa dihadapinya dengan tenang selama mereka tidak membawa senjata jarak jauh seperti panah atau busur silang.
Di Distrik Pasar, Lucien berjalan selama tiga jam penuh hanya untuk membeli tiga jenis bahan mantra. Ini karena pengalaman sebelumnya ketahuan oleh Geng Aaron, Lucien menjadi lebih berhati-hati. Bahkan beberapa bahan yang umum, selama tidak diperlukan untuk kehidupannya saat ini, sengaja tidak dibeli. Banyak di antaranya bisa didapat di alam liar seperti buah pohon baiquteng dan bubuk batuan bergaris merah, sehingga Lucien memutuskan akan mengumpulkannya di luar kota suatu saat nanti.
Tiga bahan mantra yang dibeli Lucien adalah: belerang yang sering digunakan di "Bulan Api" untuk mengusir serangga dan nyamuk, rumput bintang malam yang menenangkan pikiran dan membantu tidur – sangat wajar dibeli oleh siswa musik seperti dirinya, serta es batu yang dihancurkan untuk pengawetan dan penyegar pikiran.
Ketiga bahan mantra ini, Lucien membeli masing-masing dalam jumlah yang cukup untuk seratus kali penggunaan. Yang termahal adalah rumput malam, diikuti batu es, dan belerang yang paling murah. Total biayanya mencapai satu keping perak dan dua puluh keping tembaga, hampir setengah dari total kekayaan Lucien.
Hal ini membuat Lucien tak bisa tidak berkomentar: "Sihir benar-benar mahal!"
※※※
Karena "Cipratan Asam" dan "Sinar Beku" tidak seperti "Cincin Tak Terkendali" yang lebih tersamar, keduanya akan meninggalkan jejak yang sulit dihilangkan. Ditambah Distrik Adejiang yang ramai di siang hari dengan lingkungan yang kompleks, Lucien tidak berani berlatih mantra di pondoknya. Dia berencana mencari pintu masuk selokan di malam hari seperti penyihir, lalu berlatih di kedalaman selokan.
Pukul dua siang, Lucien tepat waktu datang ke rumah Viktor untuk melanjutkan pelajaran yang tertunda kemarin.
"Lucien, apakah kau sekarang punya pekerjaan?" tanya Viktor dengan suara lembut setelah satu jam pelajaran usai, saat Renee, Colin, Anne dan yang lain telah pergi.
Saat ini, di aula hanya tersisa empat murid: Loth, Felice, Herodotus, dan Lucien.
Lucien menggelengkan kepala: "Mr. Viktor, pekerjaan saya sebelumnya sudah hilang, sementara belum menemukan yang baru."
Setelah merasakan betapa cepatnya belajar sihir menghabiskan uang, Lucien telah memutuskan untuk pergi ke Kedai Tembaga Mahkota sebelum senja. Jika tidak ada, besok akan pergi ke distrik administratif. Kini, pertanyaan tak terduga Viktor membuatnya mulai menaruh harapan tersembunyi.
“Dengan kondisi keluargamu, meskipun saya membebaskan biaya sekolahmu, pembelajaran dari jam dua sampai enam sore setiap hari mungkin tetap akan mempengaruhi kehidupanmu.” Viktor memilih kata-kata dengan hati-hati. Sebelumnya dia telah bertanya pada Colin dan Rainey, mengetahui bahwa rakyat miskin seperti Lucien harus bekerja setidaknya sepuluh jam sehari untuk bertahan hidup. Meski tidak tahu dari mana Lucien mendapatkan biaya sekolah sebelumnya, melihat pakaiannya yang lusuh, jelas kehidupan mereka tidak banyak membaik, “Kebetulan saya tahu ada pekerjaan yang relatif ringan, hanya membutuhkan kerja empat jam setiap pagi, dengan penghasilan sepuluh keping perak per bulan. Lucien, apakah kamu bersedia menerimanya?”
"Benarkah beliau benar-benar membantuku menemukan pekerjaan yang ringan?" Viktor tidak hanya menjadikanku murid resminya dan membebaskan biaya sekolah, tetapi juga memperhatikan kehidupan sehari-hariku. Menghadapi kebaikan hati ini, Lucien kembali merasa terharu. Sejak kedatangannya, meski bertemu dengan bajingan seperti Jacksen, tapi juga bertemu orang-orang baik seperti Paman Joel, Bibi Elisa, John, dan Tuan Viktor: "Saya bersedia, Tuan Viktor."
"Kamu tidak mau mendengar dulu jenis pekerjaannya langsung menyetujui?" Viktor bercanda dengan humor, "Perpustakaan musik Asosiasi awalnya hanya memiliki satu penjaga setiap pagi dan sore. Menurutku satu orang saja mudah membuat kesalahan, jadi saya usulkan tambah dua orang lagi. Tak disangka Asosiasi setuju. Saat mengelola perpustakaan, kamu bisa membaca buku-buku pengantar musik agar lebih cepat memahami pelajaranku. Setelah seminggu belajar dasar, kamu bisa mulai belajar alat musik."
Dalam pemikiran Viktor, karena tidak mengetahui bagaimana bakat Lucien, dia berencana membuat Lucien segera mempelajari alat musik dan secepatnya menjadi musisi. Setelah menjadi musisi dengan sumber keuangan yang stabil, jika ternyata memiliki bakat, baru mempelajari konten yang lebih mendalam juga tidak terlambat.
Lucien terdiam sejenak, tak menyangka dirinya memiliki hubungan erat dengan perpustakaan - melintasi waktu di perpustakaan, menyimpan perpustakaan dalam jiwa, dan kini akan menjadi pengelola perpustakaan. Namun segera dia berterima kasih dengan tulus: "Terima kasih, Mr. Viktor."
Pekerjaan ini jelas merupakan tambahan yang dibuat Asosiasi Musik demi menghormati Viktor. Bekerja 4 jam sehari dengan penghasilan sepuluh keping perak per bulan benar-benar sesuatu yang luar biasa. Ingat, Lucien sebelumnya bekerja dari pagi hingga malam sampai kelelahan hanya mendapat maksimal tiga keping perak per bulan. Kini statusnya langsung melonjak dari warga miskin kelas bawah menjadi warga biasa berpenghasilan stabil, menunjukkan betapa pentingnya koneksi.
Viktor menepuk tangan: "Kebetulan sore ini saya berencana mengajak Loth, Felice, Herodotus ke aula pertunjukan Asosiasi untuk latihan bersama orkestra. Lucien, ikutlah saya ke lobi untuk menandatangani kontrak. Besok pagi kamu bisa mulai bekerja."
Saat Mr. Viktor merapikan kertas-kertas berantakan yang berisi berbagai melodi inspirasinya, Loth tersenyum pada Lucien: "Perkenalkan, saya Loth, Loth Griffiths. Mr. Viktor adalah guru yang sangat baik dan orang yang penuh welas asih. Semoga kamu tidak mengecewakan harapannya."
Awalnya kemarahan dan ketidakpuasan menyelimuti Loth atas penerimaan tiba-tiba Lucien sebagai murid Viktor. Sebagai anggota keluarga Griffiths, harus belajar musik bersama seorang rakyat jelata - orang tak berpendidikan yang sama sekali tak mengerti apapun - ini merupakan penghinaan bagi martabat bangsawan yang mencoba menapaki jalan suci para musisi bergengsi.
Namun, dari ucapan Mr. Viktor, Loth memahami bahwa ia ingin menjadikan Lucien sebagai musisi. Kemarahan dan ketidaksenangannya pun mereda, berubah menjadi keangkuhan bangsawan yang menunjukkan sikap baik dengan cara merendahkan.
"Pasti Mr. Viktor akan senang melihat hubungan yang harmonis antar muridnya." Pikir Loth yang berharap bisa menjadi murid sejati Viktor.
Lucien tidak tertarik pada pikiran Loth. Dirinya telah memilih jalan sihir, dan interaksi mereka di masa depan mungkin tidak akan banyak. Dengan sopan ia menjawab: "Aku akan berusaha, terima kasih atas peringatanmu, Loth. Oh ya, namaku Lucien Evans."
“Saya Felice Hain.” Gadis berambut merah Felice mengangguk pada Lucien dengan sikap angkuh dan dingin. Dia tidak merasa Lucien bisa mencapai prestasi besar dalam musik, mengingat ia mulai terlalu terlambat. Jadi mengenai masalah Lucien menjadi murid musik Viktor, Felice hanya menganggapnya sebagai balas budi baik Mr. Viktor dan tidak terlalu mempedulikannya.
Selain itu, tindakan menunjukkan terlalu banyak kebaikan bisa dilakukan Loth, tapi tidak oleh Felice. Jika rumor berteman dengan orang miskin tersebar, itu akan memberi pukulan besar pada reputasinya, bahkan bisa mempengaruhi pilihan pernikahannya.
Herodotus, pemuda yang selalu memandang Lucien dengan tidak suka, juga meniru Felice dengan memberikan salam yang sopan namun dingin.
※※※
Ruang lobi Asosiasi Musik.
Menginjak karpet tebal dan lembut, Lucien mengikuti Viktor menuju meja resepsionis. Sementara itu Loth, Felice, dan Herodotus sudah lebih dulu disuruh Viktor untuk berlatih di aula pertunjukan lantai lima.
Gadis cantik berambut cokelat bermata hijau, Alena, membungkuk dengan suara manis: "Selamat siang, Tuan Viktor."
"Selamat siang, Alena. Ini Lucien, murid musik yang belajar di bawah bimbinganku. Mulai besok pagi, dia akan mengelola perpustakaan. Tolong berikan kontrak untuk ditandatangani dan serahkan nanti ke Tuan Hank." Viktor memperkenalkan Lucien.
Alena mengangguk, mengeluarkan selembar kertas yang sudah dipersiapkan sebelumnya hanya berisi literasi sederhana, lalu menyodorkannya ke Lucien: "Selamat siang, Tuan Lucien. Lucien?! Itu kamu?!"
Sejak tadi dia merasa wajah Lucien tidak asing. Saat menyebut namanya, tiba-tiba dia teringat. Mata zamrudnya membelalak lebar, tidak percaya bahwa Lucien si kaum miskin yang seminggu lalu masih mengangkut sampah di Asosiasi Musik, kini menjadi murid musik Tuan Viktor sang komponis. "Dunia ini pasti sudah gila!"
"Halo, Alena, senang bertemu denganmu." Lucien mengambil kontrak. Karena belum mahir dalam literasi, dia harus mengeja dan membuka kamus. Beberapa baris sederhana dibacanya selama beberapa menit, membuat Alena perlahan tenang dan mulai mengamati Lucien dengan penasaran dan antusias. "Periksa lagi jika tidak ada masalah, lalu tanda tangani atau cap jempol di bagian belakang. Berikan padaku. Tak kusangka perubahanmu begitu besar saat kita bertemu lagi."
Viktor di samping bertanya sambil tersenyum: "Alena, kau mengenal Lucien?"
"Waktu itu Mr. Viktor juga ada di sana..." Alena segera menceritakan kejadian itu. Sementara Lucien yang telah selesai memeriksa kontrak, merasa tak ada masalah, mengambil pena bulu dan berpura-pura tidak mahir saat menandatanganinya.
Setelah mendengar penjelasan, Viktor memandang Lucien: "Pantasan saja aku merasa wajahmu familiar. Hmm, kau memiliki tekad dan tindakan untuk berjuang ke atas. Tuhan pasti akan memberkati kesuksesanmu."
“Hmm, keberhasilan apa? Viktor, apakah kamu sudah menyiapkan semua partitur?” Tiba-tiba, suara bernada sarkastik ringan terdengar.
Lucien menoleh ke belakang dan melihat Wolf, musisi berambut cokelat dengan dagu melengkung ke depan yang pernah ia temui sebelumnya.
