Setelah menentukan alat musik yang akan dipelajari Lucien, Viktor berdiri dari sofa dan bertepuk tangan: "Kebetulan, dua hari lalu, Tuan Rhine dan Tuan Xavier telah menyelesaikan modifikasi harpsichord. Hari ini Lucien akan mencoba efeknya bersamaku. Hehe, karena warna suara, volume, dan lebar jangkauan nadanya jauh melampaui ekspektasiku, bahkan mengalahkan semua alat musik lain, hanya kualitas suaranya yang sedikit kurang. Jadi menurutku ini bukan lagi harpsichord, melainkan sudah menjadi alat musik baru yang revolusioner. Lucien, mulailah perjalanan musikmu dari alat musik baru ini."
Jelas terlihat bahwa Viktor sangat puas dengan hasil modifikasi harpsichord. Biasanya hanya tersenyum dan menjaga sikap, kini wajahnya dipenuhi senyuman cerah.
"Mengingat ini adalah alat musik baru yang revolusioner, seharusnya Tuan Viktor sebagai pencetus ide perbaikannya yang memberi nama resmi." Di perjalanan menuju ruang piano lantai dua, Loth tersenyum sambil memberikan pujian.
Viktor menatap Lucien sejenak, lalu bertanya dengan ramah: "Lucien, menurutmu apa nama yang tepat untuknya? Alat musik baru ini juga memiliki kontribusimu yang besar. Bagaimana jika kau memberikan saran untuk kami pertimbangkan? Tuan Rhine berpikir struktur mekanis alat musik ini adalah yang paling rumit di antara semua alat musik, benar-benar mencerminkan keindahan seni mekanis, jadi seharusnya dinamakan harpsichord mekanis. Hehe, permainan biolanya hampir seperti seni murni, tapi kemampuan memberi nama dia..." Suaranya terhenti dalam tawa.
Meski Viktor tidak menyelesaikan kalimatnya, baik Lucien, Loth, Felice, maupun Herodotus sama-sama memahami maksudnya: Ia menganggap Rhine tidak kompeten dalam hal pemberian nama.
"Lalu bagaimana dengan pendapat Anda dan Tuan Xavier?" Lucien tidak langsung menyebut nama piano, malah balik bertanya dengan penasaran.
“Tuan Xavier merasa sebaiknya disebut piano gesek harpsichord, karena merupakan gabungan modifikasi dari piano gesek dan harpsichord.” Viktor menggelengkan kepala sambil tersenyum, jelas tidak setuju dengan nama tersebut, “Menurutku sebaiknya disebut piano lengkap, karena piano gesek disebut juga piano kecil, sedangkan harpsichord adalah piano besar. Instrumen baru ini memiliki jangkauan nada yang sangat luas, hampir mencakup semuanya.”
“Sebenarnya, kalian semua sama-sama tidak mahir dalam memberi nama...”
Inilah fakta yang hampir secara serentak terlintas dalam hati Lucien, Loth, dan Felice.
Lucien berpikir sejenak, benar-benar tidak bisa menerima tiga nama itu, lalu berkata tanpa basa-basi: "Sebenarnya, harpsichord juga disebut piano petik, yang kebetulan memiliki kata 'piano' yang sama dengan piano gesek. Sering disingkat sebagai piano saja. Kata ini penuh dengan nuansa mekanis, sangat sesuai dengan ide Herr Rhine, sekaligus mengandung makna perubahan dinamika - ciri utama warna suara dan volume instrumen baru ini. Jadi, Herr Viktor, menurutku lebih baik langsung saja disebut piano."
Karena perbedaan kosakata dengan Bumi, Lucien terpaksa mencampurkan pemikiran aslinya untuk memaksakan beberapa alasan.
“Bukan…” Felice akhirnya mendengar nama yang cukup bagus, hendak menyetujui. Tapi teringat Mr. Viktor belum berbicara, sikapnya bisa dianggap tidak sopan santun bangsawan. Terlebih mungkin bertentangan dengan selera Mr. Viktor. Dengan panik ia menutup mulut. Felice yang suka menyindir orang itu, wajah cantiknya memerah merona, sangat serasi dengan rambut merah menyala seperti api, tampak begitu menawan.
Loth dan Herodotus masih baik-baik saja, hanya mengangguk sebentar. Lalu tersadar, melirik Felice dengan geli.
Viktor mengerutkan bibir: “Piano, ya, bagus. Sangat bagus. Memuat ide dari saya dan Mr. Rhine. Jadi kita tak perlu lagi berdebat.”
Lucien tersipu, hampir tertawa. Rupanya Mr. Viktor memintaku memberi nama karena berselisih paham dengan Mr. Rhine dalam pemilihan nama, saling tak mau mengalah.
Segera, di lantai dua ruang piano, Rhine berambut perak yang tampan hampir seperti makhluk gaib, mengenakan pakaian favoritnya yang merah-hitam, duduk di depan "piano". Kedua tangan ramainya terentang, bahu dan lengan hampir tak bergerak, memainkan sebuah komposisi lembut nan merdu dengan gaya ringan namun padat. Alunan suara pianonya halus bagikan bisikan malam, seolah desahan kekasih, membuat hati para pendengarnya langsung tenang, terbenam dalam atmosfer musik.
Pesona komposisi piano yang dimainkan Rhine membuat Lucien, Viktor, dan yang lain diam seribu bahasa. Mereka menyimak dengan khidmat hingga permainannya usai, baru kemudian bertepuk tangan pelan-pelan. Seolah tepuk tangan yang sedikit lebih keras akan merusak kedamaian indah yang tercipta dari alunan musik tersebut.
"Tuan Rhine, tak disangka selain biola, permainan pianika Anda juga begitu luar biasa, tidak kalah dengan Nyonya Silvia!" Wajah Felice kembali memerah, matanya berbinar-binar, memuji dengan penuh antusias.
Rhine baru saja menggunakan lagu piano gesek (pianika) untuk menguji efek "piano" pada rentang nada dan volume ini, terdengar sempurna tanpa cacat, sementara Silvia adalah musisi terhebat dalam memainkan pianika di Alto.
Karena pianika cocok untuk pertunjukan dalam ruangan seperti ruang musik, ruang tamu, kamar tidur, serta warna nada dan repertoar yang sesuai sangat disukai oleh para nyonya bangsawan dan gadis-gadis muda, Silvia sering menjadi tamu di rumah-rumah bangsawan, diundang ke pesta yang diadakan Pangeran, Viscount, bahkan kabarnya ia berteman dekat dengan Putri Natasha. Dengan latar belakang seperti ini, Silvia adalah musisi dengan posisi paling istimewa di Asosiasi Musik.
Rhine berdiri, tangan kanan menempel di dada, sedikit membungkuk seperti seorang musisi yang sedang melakukan penghormatan terakhir, lalu ia menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Saya hanya cukup matang dalam teknik, masih jauh tertinggal dari Nyonya Sylvia dalam hal musik. Setidaknya saya tidak bisa menciptakan komposisi seindah tadi."
Di samping, Lucien mengamati buku-buku di perpustakaan jiwa seperti "Metode Latihan Jari Piano Hanon", "Revolusi Chopin terhadap Teknik Jari Piano", dan "Diskusi tentang Teknik Jari Chopin", sambil membandingkannya dengan gerakan permainan Rhine tadi. Dalam hati ia mengangguk-angguk: "Ternyata teknik jari, melodi, dan komposisi memang terbatas oleh instrumen. Setiap kali ada peningkatan baru pada instrumen, teknik jari perlahan berubah hingga membentuk gaya berbeda. Piano ini dengan timbre, volume, dan jangkauan nada yang sudah mendekati piano modern - 88 tuts, pedal forte dan sostenuto - paling cocok menggunakan berbagai teknik jari piano modern bergaya kontemporer."
Di Bumi, karena keterbatasan instrumen seperti harpsichord, awalnya bermain piano hanya menggunakan tiga jari. Baru setelah Bach "membebaskan" jempol dan kelingking, mereka mulai terlibat dalam permainan. Selanjutnya, karena perubahan warna nada dan volume harpsichord sulit diekspresikan melalui kekuatan jari, musisi menggunakan ornamen teknis seperti trill dan mordent untuk menggantikan kelanjutan nada dan variasi dinamika. Oleh karena itu, komposisi piano periode ini - termasuk Bach's "The Well-Tempered Clavier" - dipenuhi ornamen mewah yang menyulitkan penonjolan melodi murni, serta minim nada keras dan tempo cepat.
Baru setelah piano modern benar-benar lahir, komposisi dan teknik fingering piano mulai mengalami perubahan drastis. Seperti "pembebasan kedua" jempol dan kelingking oleh Chopin yang memungkinkan mereka menjangkau tuts hitam, serta teknik fingering khas Chopin seperti glissando dan finger pedaling.
Lucien berdiri diam di samping, sambil melihat buku-buku seperti "Hanons’ Piano Finger Exercises" tentang teknik dasar jari piano modern. Viktor sudah berdiskusi dengan Rhine, memutuskan untuk menyebut instrumen baru ini sebagai "piano".
"Lucien, kemarilah. Duduklah di depan piano, aku akan mengajarkanmu teknik dasar jari." Viktor tiba-tiba memanggil Lucien.
Dengan perasaan campur aduk antara gugup dan bersemangat, Lucien bergegas mendekat dan duduk di bangku piano. Namun baru saja duduk, ia merasa ada yang tidak pas. Berdasarkan deskripsi dalam buku panduan teknik jari, posisinya terhadap piano terlihat terlalu rendah. Ia segera bertanya kepada Viktor di sampingnya: "Mr. Viktor, bisakah bangku ini dinaikkan? Atau adakah bangku lain yang lebih tinggi sekitar 10 sentimeter?"
Viktor tampak heran: "Lucien, kau tidak jauh lebih pendek dari Mr. Rhine. Bangku ini seharusnya pas untukmu."
“Lucien mengulurkan tangannya, memperlihatkan pada Viktor: "Ketinggian ini hanya cocok untuk menggunakan tenaga jari dan pergelangan tangan. Saat aku perlu menggunakan ayunan lengan bawah, lengan belakang, dan bahu untuk memainkan piano, akan menjadi kaku. Jaraknya juga agak jauh, tangan terlalu lurus, kurang lincah."
“Bicara sembarangan! Lucien, segera lupakan cara bermain tidak resmi dan salah yang kau pelajari dari kedai minuman dan jalanan!” Viktor jarang-jarang memarahi Lucien, agar dia tidak tersesat ke jalan yang salah, “Tadi tidakkah kau lihat? Tuan Rhine hanya menggunakan pergelangan tangan dan jari untuk bermain, kapan perlu menggunakan lengan depan, lengan belakang, dan bahu?!”
Lucien sudah menduga Viktor akan bereaksi seperti ini, karena beberapa perubahan dalam teknik jari piano modern sulit diterima oleh pianis ternama pada zamannya. Ketika komponis seperti Liszt menggunakan gerakan lengan bawah, lengan atas, dan bahu, serta kekuatan jatuh bebas dari atas untuk menciptakan efek grandioso dan warna nada yang lebih kuat pada piano, mereka pernah dikritik bahwa ini bukan memainkan piano melainkan "menghantam piano".
"Lucien, jangan berkhayal bahwa gaya bebas ala taverna atau pedesaan bisa mengalahkan pendidikan musik formal yang sempurna. Jika kau tidak bisa memperbaiki kekurangan ini, kau hanya akan menjadi penyair pengembara, bukan musisi yang kompeten." Herodotus yang selalu membenci Lucien akhirnya mendapat kesempatan untuk mengejeknya.
Meskipun Loth dan Felice agak senang melihat Lucien dimarahi Mr. Viktor, mereka memahami bahwa kesalahan seperti itu wajar terjadi pada pemula.
“Lucien yang sudah siap tidak panik dan menjelaskan: "Mr. Viktor, menurut saya teknik dan gaya bermain harus disesuaikan dengan instrumennya. Piano ini adalah instrumen baru yang memiliki suara tak tertandingi, volume keras, dan kualitas nada stabil seperti yang Anda jelaskan. Mengapa tidak mengubah teknik jari? Mengapa tidak menggunakan kekuatan lengan?"
"Bukankah tadi Mr. Viktor menyuruh saya mencari masalah yang masih ada pada piano, termasuk ketidaksesuaian teknik jari dengan instrumen?"
Mendengar penjelasan Lucien yang logis dan terstruktur, Viktor merasa aneh namun tak bisa membantah. Rhine yang berdiri di samping maju selangkah sambil tersenyum: "Mr. Viktor, lupakan pembebasan 'jari telunjuk' dan 'jari kelingking' puluhan tahun lalu? Teknik jari sendiri terus berkembang, apalagi saat instrumen mengalami perubahan signifikan. Saya mendukung Lucien."
"Mengingat Tuan Rhine sudah mengatakan begitu, mari kita coba mengeksplorasi perubahan teknik jari. Tapi jika jalan ini ternyata salah, Lucien, kamu akan membuang banyak waktu untuk melupakan kebiasaan yang sudah terbentuk, lalu menjelajahi dan belajar kembali. Ini akan menjadi hal yang sangat sulit bagimu. Apakah kamu bersedia melakukan ini?" Viktor berbicara perlahan setelah merenung cukup lama.
Lucien mengangguk tegas: "Saya bersedia, Tuan Viktor."
"Badut yang tidak tahu kekuatan diri dan kesulitan masalah!" Kutukan dalam hati Herodotus, Loth, dan Felice hampir tak tertahan.
