Baru setelah bayangan Wolf tertutup pintu yang perlahan menutup, Viktor menarik napas panjang. Ia menoleh ke Rhine dan anggota orkestra di panggung: “Lanjutkan latihan. Ada melodi bagus yang tiba-tiba muncul di kepalaku, akan kutulis di ruang istirahat.”
Setiap musisi memiliki ruang istirahat sendiri di Asosiasi.
"Mr. Viktor, menurut saya kondisi emosional dan fisik Anda saat ini sangat tidak stabil. Lebih baik tidak memaksakan diri menciptakan komposisi musik, itu tidak akan membuahkan hasil." Rhine meletakkan biola, mendekati tepi panggung. Ekspresi wajahnya yang biasanya penuh senyum menawan kini tampak serius dan khidmat.
Viktor bagaikan kantong air yang tertusuk jarum, ketenangan yang dipaksakannya seketika pecah. Wajahnya memancarkan kelelahan, kekecewaan, dan kemarahan yang bercampur: "Aku tahu, Rhine. Aku butuh ketenangan."
Rhine mengangguk lembut, lalu memberi perintah: "Lucien, Loth, temani Mr. Viktor ke ruang istirahatnya. Felice, Herodotus, kalian berlatih alat musik di ruang musik."
Meskipun Rhine bukan bangsawan maupun musisi, keterampilannya yang menonjol dalam memainkan alat musik seperti biola dan harpsichord, serta sikapnya yang selalu tenang, membuat Lucien dan Loth tidak keberatan mengikuti perintahnya - seolah itu perintah langsung dari Mr. Viktor sendiri.
Sepanjang perjalanan ke ruang istirahat di lantai tiga, Viktor sama sekali tidak berbicara, tenggelam dalam dunia emosi penuh kekecewaan dan kemarahan terhadap dirinya sendiri. Lucien dan Loth yang tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa mengikutinya dalam diam.
Baru setelah masuk ke ruang istirahat, Viktor berkata kepada Lucien dan Loth: "Kalian berdua, latihlah alat musik dengan baik. Tutup pintu saat keluar."
Kemudian ia duduk di sofa, menatap dinding di seberangnya dengan pandangan kosong.
Lucien berjalan keluar sambil mengikuti pandangan Viktor, dan di dinding itu tergantung sebuah lukisan minyak yang menggambarkan wanita cantik berambut hitam bermata hitam dengan wajah ramping, senyumnya memancarkan ketenangan.
Seluruh lukisan itu sangat menonjol, wanita dalam gambar terlihat seperti manusia hidup yang nyata.
Saat sampai di luar pintu, saat pintu kayu perlahan menutup, Lucien melihat Viktor hanya memandangi lukisan itu tanpa gerakan, bagaikan patung.
※※※
Kembali ke ruang musik di lantai empat bersama Loth dalam keheningan, Lucien menyadari Felice dan Herodotus juga tidak berlatih alat musik, hanya duduk termenung dengan lesu, tak jelas apa yang mereka pikirkan.
"Bagaimanapun juga, dengan permintaan anggota dewan Othello, setidaknya konser Mr. Viktor tidak akan berantakan." Loth mengira dirinya akan sangat senang, tapi saat kata-kata itu meluncur, baru sadar nada bicaranya sarat kepahitan. Setelah belajar bertahun-tahun dengan Mr. Viktor yang selalu lembut, baik hati, dan perhatian pada orang lain, meski di lubuk hati Loth masih menyimpan prasangka merendahkan latar belakang rakyat jelatanya, namun akumulasi perasaan hangat tetap tertanam dalam.
Selain itu, jika Viktor bisa meraih kesuksesan besar lewat konser ini dan menapaki jajaran musisi terkenal, maka ujian musisi Loth akan terbebas dari rintangan dan prasangka buruk Mackenzy.
Felice tersenyum getir tanpa suara: "Bahkan jika masalah partitur sudah diselesaikan sesuai permintaan anggota dewan Othello, siapa yang bisa menjamin kondisi Mr. Viktor? Jika seorang komposer terus melakukan kesalahan saat mengarahkan orkestra, mampukah konser itu memberikan hasil yang baik?"
“Ya.” Herodotus yang masih terlihat kekanak-kanakan dibanding usia Loth, menempelkan dahinya ke biola seolah sedang berbicara dalam mimpi, suaranya bergelombang.
Maka, ruang musik pun kembali sunyi senyap, bahkan suara jarum jatuh ke lantai pun bisa terdengar.
Dalam kondisi seperti ini, Lucien yang termenung di samping mereka jadi kurang mencolok.
Saat itu, Lucien sedang menganalisis partitur yang tersimpan di perpustakaan jiwanya, membandingkannya dengan partitur dari Bumi untuk menghindari skenario menyalin simfoni yang ternyata memiliki melodi mirip dengan karya musik dunia ini, hingga akhirnya dicap sebagai penjiplak idiot yang mengakhiri karier musiknya sendiri.
Ini adalah persiapan tambahan yang dilakukan Lucien untuk membalas perhatian dan kasih sayang Viktor padanya. Mencari satu simfoni klasik dari Bumi, jika di saat-saat terakhir Viktor masih tidak bisa menciptakan musik dengan inspirasinya sendiri, Lucien akan "memberikan" karya itu dengan cara yang tepat tanpa menimbulkan kecurigaan bahwa dirinya adalah monster.
【Untungnya beberapa waktu lalu untuk latihan membaca notasi, semua partitur dari Bumi sudah kuberi simbol musik dunia ini. Kalau tidak, hal ini saja bisa memakan waktu lebih dari sebulan.】 Lucien merasa cukup beruntung sambil membandingkan partitur-partitur.
Membandingkan melodi yang sama di perpustakaan jiwa ternyata lebih mudah dari yang dibayangkan Lucien. Karena tersimpan dalam jiwanya sendiri, cukup dengan melihat sekali saja bisa mengindeks partitur dengan melodi serupa.
Setelah mempelajari selama periode ini, Lucien semakin memahami tren musik dunia ini. Dalam situasi tanpa tekanan dari Gereja, musik Alto sedang berada pada tahap transisi dan perkembangan perlahan dari musik klasik dengan struktur ketat dan ciri khas musik religius, menuju musik romantis yang mengekspresikan emosi internal. Oleh karena itu, Lucien yang konservatif pertama-tama memilih komposisi Bach yang memiliki ciri religius khas.
【Semua komposisi Bach ternyata memiliki kemiripan sangat tinggi dengan musik yang sudah ada,《The Well-Tempered Clavier》dan《Kumpulan Komposisi Piano dengan Temperamen Dua Belas Nada》bahkan hampir identik. Untungnya aku tidak terburu-buru menunjukkannya.】Lucien merasa puas dengan kehati-hatiannya, meskipun kehati-hatian ini menghadapi situasi yang bukan hal membanggakan.
Setelah menolak musik Bach, Lucien yang paling familiar tentu saja adalah sembilan simfoni Beethoven. Oleh karena itu, dia menemukan "Symphony No. 5" (Simfoni Kelima dalam C minor) yang paling terkenal: 【Tidak ada melodi yang mirip?】
Sebagai ikon musik klasik, "Symphony No. 5" sangat cocok dengan tren musik Alto dan memiliki makna yang menggemparkan. Lucien tidak ingin membuang waktu, setelah mempertimbangkan, dia memutuskan memilih komposisi ini. Sementara itu, Lucien yang penasaran membandingkan delapan simfoni lainnya dan 32 sonata piano Beethoven satu per satu, dan menemukan hampir tidak ada kemiripan melodi.
Adapun musik dari komposer lain yang berbasis piano modern, baik klasik maupun romantis, karena piano baru saja muncul dan terbatas oleh kekurangan instrumen sebelumnya, Lucien memilih beberapa lagu untuk dibandingkan dan memastikan tidak ada komposisi serupa.
Setelah memilih "Simfoni Takdir", Lucien baru mulai pusing memikirkan cara "memberikan" karya ini kepada Viktor. Tidak mungkin dia langsung menyalinnya atau bersenandung melodi lalu memberitahu bahwa ini ditemukan di sela-sela buku tua, seperti pahlawan legenda yang mendapat pedang sakti atau metode latihan kekuatan darah melalui pertemuan kebetulan. Juga tidak bisa mengarang cerita tentang menyelamatkan pengemis atau orang tua sekarat yang kemudian memberinya partitur ini.
Alasan-alasan seperti ini semakin sulit dipercaya!
Selain itu, Lucien curiga bahwa standar moral Viktor yang lebih tinggi darinya mungkin akan menolak menggunakan karya ini tanpa izin penulis asli. Solusi terbaik adalah berpura-pura menulis sendiri dengan menyisipkan kelemahan mencolok, sehingga Viktor punya alasan untuk merevisi dan menyempurnakannya.
Adapun hipnosis, dengan energi spiritual Lucien saat ini, masih tidak bisa menanamkan terlalu banyak informasi kepada Viktor. Sebagian besar akan terlupakan setelah sadar.
Namun seorang murid yang baru belajar musik sekitar dua bulan, yang bahkan hanya bisa memainkan lagu sederhana di piano dengan terbata-bata, mustahil bisa menulis simfoni yang begitu menggemparkan, menusuk jiwa, dan indah seperti ini - kecuali sebelumnya sudah ada melodi serupa di benaknya. Sementara apakah Lucien pernah mendapat pendidikan musik yang baik sebelumnya, atau menunjukkan bakat musik, sangat mudah untuk diverifikasi.
【Baiklah, mari coba seperti ini.】 Setelah kepalanya hampir meledak memikirkan, Lucien akhirnya menemukan sebuah cara. Ia tiba-tiba berdiri, berjalan ke depan piano, meletakkan beberapa kertas putih di penyangga partitur, mengambil bulu angsa, dan mulai menulis notasi musik. Setelah menulis segmen melodi pendek, ia meletakkan kedua tangan di tuts piano dan menekannya dengan keras.
"Dang dang dang dang!"
Loth, Felice, Herodotus terkejut oleh suara yang penuh semangat dan bergema itu. Ada yang mengangkat kepala dari tangan mereka, ada yang secara refleks menoleh ke arah Lucien dengan wajah bingung, ada yang hampir terjatuh dari bangku piano.
Setelah "Dang!" yang berirama dan penuh aura itu, melodi berikutnya benar-benar mengerikan, bisa disebut sebagai noise belaka.
Alis Loth berkerut: "Lucien, apa yang kau lakukan?"
"Kejadian yang dialami Mr. Viktor hari ini membuatku sangat sedih. Mengingat kehidupan rakyat jelata sebelumnya, usaha dan perjuangan belajar musik, muncul perasaan marah dan pantang menyerah. Karena itu ada beberapa inspirasi muncul di kepalaku, aku ingin menuangkannya menjadi komposisi musik," jawab Lucien sambil menoleh.
Loth setengah kesal setengah geli: "Kau menulis komposisi musik?!"
“Kau baru belajar musik berapa lama? Seberapa mahir teknik permainan pianomu? Kau sudah ingin menciptakan komposisi?!” Felice seperti mendengar hal paling tak masuk akal dan menggelikan sepanjang hidupnya, mulutnya terbuka-tutup dengan ekspresi ingin tertawa sekaligus merasa sangat konyol, suaranya terdengar sedikit melengking.
Loth mengangkat kedua tangannya dan menggoyangkannya: "Aku tahu, Lucien, aku mengerti kau ingin membantu Mr. Viktor. Tapi jangan sia-siakan tenaga dan waktumu. Bagaimana mungkin pemula sepertimu bisa menciptakan melodi yang bagus?" Bahkan dia sudah menurunkan standar dari "komposisi" menjadi sekadar "melodi", tetap saja tak meragukan bahwa Lucien pasti tak akan mampu.
Herodotus menyeringai dingin: "Apa kau anggap musik itu seperti roti hitam yang kau makan sehari-hari dan bisa dibeli di mana saja? Dengarlah apa yang baru saja kau mainkan - sangat buruk, bahkan tidak layak disebut melodi, hanya kebisingan yang tidak indah dan mengganggu! Baru belajar musik kurang dari dua bulan sudah ingin menulis komposisi sendiri? Sungguh Badut!"
"Kumohon Lucien, jangan tambahkan masalah lagi. Di saat seperti ini..." Felice awalnya ingin menyindir atau memarahi Lucien, tapi mengingat situasi saat ini, suaranya menjadi lemah tak bertenaga.
Lucien menggeleng dengan tegas: "Aku punya banyak inspirasi. Aku yakin bisa menulis komposisi yang bagus."
"Kau..." Loth, Felice, dan Herodotus sudah kehabisan kata. Pandangan mereka pada Lucien seperti melihat orang gila yang selama ini tersembunyi.
