Dalam kegelapan malam yang lembap dan pengap, beberapa magang sihir berbaju jubah hitam bertudung—yang pasti dianggap sebagai oknum misterius jahat jika terlihat—berjalan menyusuri bayangan rumah. Bahkan ketika berpapasan dengan pemabuk di jalan, mereka dengan sengaja mengabaikannya.
Namun Lucien dan kawan-kawannya tidak lengah. Di kegelapan, selain pemabuk dan orang-orang yang identitasnya tak boleh terungkap dari sisi gelap terang, terdapat juga Night Watchers dari Tribunal Gereja. Mereka kerap berkeliaran seperti burung nasar rakus di sudut-sudut gelap malam, memburu bau darah dan daging busuk. Sarung tangan hitam di tangan mereka menjadi sumber mimpi buruk bagi setiap Penyihir Gelap dan magang sihir di Alto.
"Profesor, rumahnya di sini." Setelah sekitar belasan menit, ketika mereka hampir keluar dari Distrik Adejiang yang penuh bangunan berantakan, topografi rumit, dan kotor di mana-mana menuju gerbang penghubung ke kawasan bangsawan, Sage berhenti. Dia menunjuk sebuah rumah biasa yang dikelilingi banyak rumah reyok tak berbentuk.
Untuk Sage, baik Bai Mitang maupun Smire, semuanya cukup mempercayainya. Mereka masing-masing menggunakan sihir pengintaian untuk memeriksa kondisi rumah tersebut dan sekitarnya secara sederhana. Setelah memastikan keamanan, mereka pun mengikuti Sage masuk ke dalam. Melihat sihir pengintaian yang mereka gunakan mencakup semua yang dikuasai Lucien kecuali "Teriakan Kelelawar", Lucien pun mengurungkan niat untuk memeriksa. Ia hanya merasakan dengan energi spiritual, karena kelemahan "Teriakan Kelelawar" terletak pada ketidakmampuannya mendeteksi situasi di dalam bangunan.
Di dalam rumah usang yang dipenuhi sarang laba-laba itu, terlihat jelas sudah lama tak berpenghuni. Sage berjalan menuju kamar tidur sambil berkata santai: "Dulu ada pengemis yang menginap di sini, tapi beberapa bulan terakhir, semua pengemis di Alto menghilang karena suatu alasan."
Lucien dan Bai Mitang tetap diam, namun Smire bertanya dengan penasaran: "Mengapa para pengemis bisa menghilang? Apa yang bisa mereka lakukan?"
“Katanya terkait dengan makhluk jahat.” Sage menjawab dengan nada datar, sepertinya pernah mendengar kabar dalam, sementara Lucien dan Bai Mitang tetap diam.
Masuk ke kamar tidur, Sage memindahkan peti yang rusak dan menggunakan mantra terkait untuk menonaktifkan perangkap sihir tersembunyi, lalu membuka pintu masuk.
Angin dingin yang menusuk berhembus dari dalam, namun tanpa sedikitpun bau busuk atau pengap, seolah terowongan rahasia ini sering digunakan.
【Jangan-jangan Sage berasal dari Distrik Bangsawan dan sering menggunakan terowongan ini untuk menghadiri pertemuan rahasia di Adejiang?】 Pikiran ini muncul di benak Lucien, Bai Mitang dan yang lain, tapi tak ada yang bodoh menanyakannya langsung.
Setelah pemeriksaan, di bawah pimpinan Sage, beberapa magang sihir satu per satu memasuki terowongan rahasia dan menutup pintu masuk di sisi ini.
Lorong rahasia ini sangat rata, ditanami lumur bercahaya seperti yang ada di saluran pembuangan. Cahaya fluor yang dingin dan menyeramkan membuat orang takut dan menggigil.
Lucien dan yang lain memperhatikan bahwa setiap sepuluh meter di atas saluran pembuangan, terdapat "Formasi Pelapukan Batu Mikro" yang terpasang.
Formasi sihir yang disederhanakan ini bisa diaktifkan oleh siapapun menggunakan energi spiritual.
Merasakan pandangan penuh tanya dari Profesor, Bai Mitang, dan Burung Hantu, Sage tersenyum menjelaskan: "Ini dipasang untuk menghancurkan lorong rahasia dalam keadaan darurat agar tidak terdeteksi."
"Aku sangat mengagumi kewaspadaan dan kehati-hatianmu." Puji Lucien dengan suara parau yang khas dan sikap layaknya seorang Professor yang berwibawa.
Bai Mitang juga tersenyum berkata: "Sekarang aku merasa lebih tenang."
※※※
Sepuluh menit kemudian, di sudut gelap area bangsawan yang tertutup banyak pohon peneduh tinggi, Lucien dan yang lain merayap keluar satu per satu. Dibimbing Sage yang familiar dengan tempat ini, mereka segera menemukan villa tiga lantai bergaya kuno milik Baron Laurent yang terlihat angker, dipenuhi tanaman rambat, bagaikan rumah hantu.
Di luar gerbang besi pagar villa, seorang prajurit berjaga. Ia hanya mengenakan zirah kulit biasa, tidak seperti prajurit penjaga villa bangsawan lain yang dilihat Lucien di sepanjang jalan tadi yang mengenakan baju zirah abu-abu. Ini menjadi bukti lain kemerosotan Baron Laurent.
Smire mengamati lingkungan sekitar dan mengajukan saran: "Tempat ini sepi dan hanya ada satu prajurit penjaga. Kita lebih baik langsung masuk saja, Profesor. Bagaimana pendapat Anda?"
"Asal tidak membuat keributan besar." Lucien memberi isyarat pada Smire untuk mencoba.
Sage yang wajahnya tertutup kerudung hitam, mendahului Smire dan maju ke depan. Suara tuanya terdengar penuh tawa, "Untuk urusan seperti ini, lebih baik diserahkan pada murid aliran Astral seperti saya. Bagaimana menurut Profesor?"
Lucien mengeluarkan tawa seram, "Bagus. Hal yang profesional harus diserahkan kepada ahlinya."
Meski agak asing dengan pilihan kata dan tata bahasa Profesor, Bai Mitang dan Sage mengangguk-angguk paham. Mereka setuju dengan pernyataan itu.
Karena keputusan Profesor sudah bulat, Smire hanya bisa mengangkat tangan pasrah, "Kalau begitu aku akan membantumu, Sage."
Luk lesu berdiri di depan gerbang vila Baron Laurent, sesekali menguap sambil mengeluh dalam hati: "Setiap beberapa hari mengadakan pesta dansa, benar-benar mempertahankan gengsi bangsawan. Hmph, sebulan hanya memberi kami prajurit setia keluarga Laurent sepuluh keping perak. Ayahku, kakekku dulu di bawah Baron tua mendapat dua puluh keping perak."
Di tengah keluhan dan perlawanan terhadap kantuk, Luk tiba-tiba mendengar suara Burung Hantu. Terdengar lolongan yang membuatnya merinding dan ketakutan. Tanpa sengaja ia menoleh sambil mengumpat: "Pergilah tangkap tikusmu, jangan lambat-lambat seperti nenek berusia enam puluh tahunku."
Dalam kegelapan malam pekat, Luk tak bisa melihat apapun. Namun ketika ia memutar kepala kembali, tiba-tiba melihat di jarak belasan langkah berdiri sosok misterius yang seluruh tubuhnya diselimuti jubah hitam, menyeramkan dan menakutkan.
"Ketakutan besar menghantam hati Luke. Ia hendak berteriak, tapi melihat pria misterius berjubah hitam itu perlahan mengangkat kepala dan menatap matanya.
Di bawah bayangan kerudung, wajah pria berjubah hitam yang mistis dan menyeramkan ini samar-samar - hidung, mulut, pipi semuanya kabur. Hanya sepasang mata itu yang terlihat jelas seolah berada tepat di depan.
Di dalam pupil hitam pekat itu, bermunculan titik-titik cahaya gemerlap yang tak terhitung. Begitu rumit, begitu magis, bagai bintang-bintang di langit malam.
"Bintang..." Melihat mata itu, ekspresi Luke pertama kali tampak bingung, lalu dengan cepat menjadi santai. Ia merasa orang ini adalah yang paling dipercaya dan dihormatinya.
Sage melihat Luke sudah terhipnosis oleh "Mata Bintang Bertaburan", lalu mendekatinya dan berkata dengan suara parau yang tenang: "Kami datang untuk menghadiri pesta Baron. Buka gerbangnya, biarkan kami masuk. Pelan-pelan, jangan bangunkan orang lain."
“Menghormati keinginan Anda, ini yang harus saya lakukan.” Lucien berbalik dan membuka pintu gerbang perlahan hingga tersisa celah tipis.
Kemudian Lucien, Sage, Bai Mitang, dan Smire dengan hati-hati melewati gerbang menuju vila yang gelap gulita.
Setelah mereka masuk, Lucien tidak menutup gerbang. Ia berbalik dan berdiri tegak dengan dada membusung menjaga pintu, menunjukkan keseriusan dan semangat yang belum pernah ada sebelumnya. Seolah api berkobar di hatinya, ingin melakukan lebih banyak untuk sang tuan.
※※※
Pintu kayu vila terkunci rapat, jendela-jendela tertutup tirai tebal yang tak membiarkan secercah cahaya pun keluar. Ruang utama dipenuhi aura mesum yang pekat - desahan pria, erangan wanita, wangi parfum, bau badan, dan aroma cairan tubuh yang memabukkan menyelimuti setiap sudut ruangan.
Di sofa, karpet, dan meja kopi, terdapat pasangan-pasangan pria-wanita, pria-pria, wanita-wanita yang berpelukan dan bergerak-gerak. Beberapa telanjang bulat dengan tubuh putih mulus, beberapa hanya mendorong rok ke pinggang dan membuka baju atas, bersenggama dengan penuh nafsu dalam keadaan pakaian tidak rapi.
Di tengah lingkungan mesum yang membuat orang terlena dan merosot ini, ada seseorang yang sama sekali berbeda - mengabaikan tubuh indah dan suasana liar di sekitarnya.
Di tengah aula, di atas altar sederhana, berdiri seorang pria paruh baya mengenakan jubah perak. Kedua tangannya terangkat tinggi, matanya tertutup rapat dengan ekspresi penuh gairah dan kegilaan, seolah mendengarkan erangan-erangan terengah maupun ajaran dari alam gaib.
Aroma aneh yang penuh hawa nafsu itu perlahan merambat ke altar. Di sekitar pola Tanduk Perak tempat pria paruh baya itu berdiri, garis-garis perak mulai berpendar, mengumpulkan aura mesum tersebut di belakangnya. Semakin pekat, dari tak berwarna mengembun menjadi gas merah muda bercampur hitam yang bergeliat dan perlahan membentuk bayangan tinggi bertanduk ganda.
"Sudah siapkah? Kuberikan kekuatanku padamu."
Bayangan itu tiba-tiba bersuara.
Pria paruh baya, yaitu Baron Laurent, menjawab dengan histeris: "Oh Tuhan Perak Putih yang Agung, Ketenangan Abadi yang Tak Berubah! Jiwa ini telah kupersembahkan untuk-Mu. Biarkan 'malaikat' utusan-Mu menyatu dengan darah dagingku, bangkitkan kekuatanku!"
Bayangan transparan yang tak jelas wujudnya itu perlahan mendekat, menempel di punggung Baron Laurent, sedikit demi sedikit menyatu ke dalam tubuhnya.
Ekspresi kesakitan muncul di wajah Baron Laurent, jelas bahwa menggabungkan kekuatan proyeksi bukanlah hal yang menyenangkan. Namun penderitaan ini segera ditindas oleh fanatisme, hanya sudut matanya yang tampak berkilauan seperti ada air mata.
【Banyak perangkap sihir yang dipasang di luar. Sekarang tidak ada yang bisa menghalangiku menerima kekuatan dari Tuhan Perak Putih yang agung, memulihkan kejayaan keluarga.】
※※※
Di luar vila, sebagai magang sihir, Lucien dan yang lain tentu tidak sembarangan menerobos masuk. Mereka melakukan penyelidikan terhadap perangkap sihir dan Formasi Sihir tersembunyi.
"Profesor, ada banyak perangkap sihir, bahkan Formasi Sihir. Kami butuh setengah jam untuk menetralkannya tanpa menimbulkan kegaduhan," kata Sage menyampaikan penilaiannya.
Bai Mitang sepertinya membawa barang sihir yang dapat merasakan aura makhluk jahat, saat ini berkata dengan panik: "Kita datang terlambat sedikit, aura Setan sudah muncul, paling lama sepuluh menit, proyeksinya akan sepenuhnya muncul. Kita harus langsung menerobos masuk, tidak bisa perlahan-lahan membongkar formasi sihir dan perangkap."
"Tapi kalau langsung masuk, setelah menghancurkan semua perangkap sihir, energi spiritual kita juga hampir habis." Smire menatap Lucien, "Profesor, kami harus meminta Tuan bertindak. Hanya Tuan yang kuat yang bisa menghancurkan perangkap sihir dan formasi ini dengan paling cepat dan sederhana."
Masalah ini tertunda karena kehati-hatian magang sihir selama perjalanan, terjadi perubahan besar. Sage dan Bai Mitang mengikuti pandangan Smire ke arah Lucien. Meski mereka tidak berbicara, berbagai pikiran bermunculan dalam benak mereka:
【Jimat siharku hanya bisa menghancurkan formasi sihir itu, sedangkan perangkap sihir begitu banyak. Apakah benar-benar harus meminta bantuan Profesor?】
【Apakah Profesor ini sebenarnya Penyihir Gelap Sejati?】
【Seberapa kuat sebenarnya kekuatan Profesor ini?】
【Jika Profesor bukan penyihir resmi, apakah dia akan berhenti menghadiri pertemuan karena takut pada guru Bai Mitang?】
Di bawah tatapan penuh kekhawatiran, keraguan, dan harapan, Lucien yang selama ini diam di sudut seolah sedang menghitung sesuatu, menyeringai dingin: "Tidak masalah. Akan kuselesaikan dengan cepat. Semua ini segera kehilangan fungsi. Bersiaplah."
【Profesor sangat percaya diri...】
Dalam atmosfer yang aneh ini, Lucien mendekati vila. Kedua tangannya menempel di dinding, lalu mulutnya terbuka mengucapkan mantra tanpa suara lagi.
Gelombang tak terlihat satu per satu menyebar dari tangan Lucien, menyentuh dinding dan memantul kembali, membuat gelombang berikutnya perlahan berubah.
Melihat Lucien berjubah hitam dengan wajah tertutup kerudung tetap menempelkan tangan di dinding vila tanpa terjadi apa-apa, Sage, Bai Mitang dan yang lain saling memandang dengan kebingungan di mata mereka:
【Apa sebenarnya yang dilakukan Profesor?】
Tiba-tiba Bai Mitang merasakan tanah sedikit bergoyang, bertanya heran: "Apakah kalian yang bergoyang?"
"Bukan kamu?" Sage balas bertanya dengan sama bingungnya.
Smire menunjuk vila dengan terkejut: "Lihat, vilanya bergoyang!"
Bai Mitang dan Sage segera memandang ke arah tersebut. Vila tua tiga lantai itu bergoyang semakin keras, kaca dan dindingnya mengeluarkan suara berdentang-dentang.
"Gempa bumi?"
“Tidak, guncangan tanah sangat lemah, villa itu sendiri yang bergoyang!”
“Mungkinkah ini Profesor?!”
Setelah bertukar pendapat singkat, Bai Mitang memandang penuh kekagetan dan ketakutan ke arah Profesor yang kedua tangannya menempel di dinding, bergoyang bersama villa: "Villa ini terlihat akan roboh! Ini sihir tingkat berapa lingkaran?!"
“Menurut yang kubaca di buku sihir, bahkan untuk tiga lingkaran Fireball, dibutuhkan lebih dari sepuluh untuk menghancurkan villa tanpa formasi sihir." Sage memandang tak percaya ke villa yang bergoyang-goyang seperti akan rubuh kapan saja, dan Profesor yang semakin terlihat misterius dan perkasa di depannya.
Smire benar-benar terpaku, jenis sihir yang bisa merubuhkan villa langsung seperti ini belum pernah ia lihat, bergumam pelan: "Begitu villa rubuh, perangkap sihir dan formasi sihir jadi tak berguna. Profesor benar-benar tidak berbohong."
“Apa yang dilihat Tuan Doro？！” Doro si Burung Hantu bertengger di bahu Smire, berseru dengan penuh emosi.
Di kejauhan, seekor gagak hitam yang tak diketahui kapan mulai mengikuti mereka terpeleset lagi di dahan pohon, suara terkejut terdengar dari paruhnya: "Sihir tingkat berapa ini?!"
Sihir tingkat pemula "Tangan Resonansi Professor", menghitung frekuensi, menciptakan resonansi untuk menghancurkan bangunan. Paling handal meruntuhkan jembatan!
