"Mr. Viktor!" Mendengar penolakan Viktor terhadap Lucien, Loth dan Herodotus serentak berteriak.
Meskipun melodi komposisi piano Lucien masih banyak ketidaksempurnaan dan masalah dalam permainan, mereka yang tersentuh emosinya oleh musik ini sama sekali tidak meragukan kehebatan dan kebesaran karya ini. Jika Mr. Viktor menyempurnakan dan mengaransemennya menjadi simfoni, sudah pasti akan menjadi simfoni paling menggemparkan dalam seratus tahun terakhir, permata terindah dan paling berkilau di mahkota simfoni. Namun, Mr. Viktor menolaknya?! Menolak kesempatan menjadi musisi terkenal dan besar!
Hal ini membuat mereka secara spontan berteriak, ingin menghentikan dan meyakinkan Viktor. Bahkan Felice di samping menunjukkan ekspresi tak terpahami. Seandainya dirinya sendiri yang menghadapi godaan dan musik seperti ini, pasti tidak akan bisa menolak.
Setelah mengambil keputusan, Viktor terlihat seperti mengalami penyucian dan pembebasan. Wajahnya bersemangat, tangan kanannya menekan ke bawah memberikan isyarat untuk tenang, lalu menatap Lucien kembali.
"Mr. Viktor..." Lucien menyadari mustahil meyakinkan Viktor yang bertekad baja ini kecuali menggunakan Sihir. Mungkin dia akan ragu, putus asa, bahkan runtuh, namun takkan pernah mengkhianati keyakinannya. Dengan suara lirih dia hanya memanggil nama itu, sambil menghibur diri: "Syukurlah Mr. Viktor telah bangkit kembali semangatnya berkat kekuatan musik. Meski menggunakan simfoni lama, dengan dua komposisi baru sebagai pendamping, konser pasti akan sukses walau tak sempurna."
Melihat ekspresi Lucien seperti itu, Viktor tersenyum, tangan kanannya menekan dada lalu sedikit membungkuk ke arah Lucien: "Terima kasih, Lucien, telah memperdengarkan musik yang begitu indah, kuat, dan menggugah ini. Ini adalah komposisi paling menyentuh yang pernah kudengar, anugerah Tuhan yang memberiku perspektif baru tentang musik."
"Lucien, bisakah aku mendapat kehormatan untuk mempersembahkan karya agung ini sebagai dirigen dalam konserku? Aku sudah tak sabar ingin berbagi semangat ini dengan semua orang, keteguhan hati yang diajarkan Tuhan untuk pantang menyerah menghadapi kesulitan dan kegagalan."
"Apa?" Lucien terkejut dengan perubahan sikap tiba-tiba ini, membeku di tempat.
Menyaksikan Lucien terdiam, Viktor melanjutkan dengan nada jenaka: "Apakah kau tidak bersedia, Lucien?"
Lucien tersadar, buru-buru menjawab: "Tidak masalah, Mr. Viktor. Silakan gunakan. Hanya saja... bukankah ini konser Anda sendiri?"
“Sesekali saya juga bisa menjadi dirigen, lagipula kamu adalah murid saya.” Viktor kembali menunjukkan senyum lembutnya yang khas.
“Dasar bodoh…” Sepatu boots Felice menggesek karpet dengan pelan, suaranya hampir tak terdengar oleh semua orang, penuh dengan rasa iri yang dalam sekaligus lega. Karena ini menunjukkan Viktor benar-benar menganggap Lucien sebagai murid sejatinya. Dan dengan mengadaptasi komposisi ini menjadi simfoni untuk pertunjukan, pasti akan membuat konser Mr. Viktor sukses besar, sementara mereka juga akan mendapat banyak "keuntungan".
Memainkan karya seorang pendatang baru di konser pribadinya, memperkenalkannya kepada publik, membuat karyanya diakui dan reputasinya melesat – hanya murid sejati yang bisa membuat seorang musisi melakukan hal seperti ini.
"Aku tidak marah seperti yang kubayangkan dengan keputusan Mr. Viktor, karena komposisi itu benar-benar mengguncangku. Aku sama sekali tidak bisa mengkritik bakat musik Lucien. Di hadapan karya yang dia mainkan, yang tersisa hanyalah kekaguman tak terbantahkan dan iri yang samar."
Perubahan emosi serupa juga terjadi dalam hati Loth dan Herodotus.
Lucien baru memahami maksud Mr. Viktor setelah mendengar bisikan "Bodoh". Akhir yang tak terduga ini membuatnya hanya bisa mengangguk, "Ini kehormatan bagi saya, Mr. Viktor."
"Lucien, apakah ini benar-benar karya Anda? Jika ada masalah, reputasi Mr. Viktor akan hancur!" Tiba-tiba suara Herodotus yang telah lama diam berkecamuk. Dengan tangan mengepal dan wajah yang sedikit terdistorsi, dia bertanya dengan getir, seolah tak tahu apakah berharap jawaban "ya" atau "tidak".
Saat ini, orang-orang mulai sadar dari gelombang guncangan musik yang baru saja mereka alami. Mereka teringat bahwa Lucien hanyalah pemula yang baru belajar musik kurang dari dua bulan. Tiga minggu lalu dia mengaku punya inspirasi dan mencoba menggubah musik, tapi benarkah dia berhasil menciptakan komposisi? Bahkan karya yang begitu agung dan menggugah?!
Apakah dia benar-benar jenius musik yang berbakat luar biasa? Apakah dia permata berkilau yang selama ini tertutup tanah?
Pandangan tak percaya dan sulit menerima kenyataan tertumpu pada wajah Lucien, menanti jawabannya. Hanya Rhine dan Viktor yang tersenyum dengan rasa penasaran, kekaguman, dan keheranan. Mereka tak percaya ada orang yang menciptakan komposisi semacam ini namun tetap tak dikenal, apalagi bagi mereka yang telah bertahun-tahun menyelami dunia musik. Satu-satunya kejutan adalah bakat musik Lucien jauh melampaui imajinasi mereka.
Lucien dalam hati tersenyum getir, mencela diri sendiri bahwa meski memiliki batasan moral, standar moralnya memang jauh lebih rendah daripada Mr. Viktor.
Namun emosi seperti itu segera diredam oleh Lucien dengan tenang dan rasional. Situasi sudah mencapai tahap ini, tidak ada penjelasan lain lagi. Karena itu dia menyunggingkan senyum tipis: "Ya, ini berasal dari inspirasi yang selama ini kumiliki. Hanya saja sebelumnya tidak mendapat pendidikan musik formal, inspirasi ini tidak bisa kuwujudkan menjadi melodi yang kuinginkan."
"Inspirasi-inspirasi ini berasal dari kehidupanku, dari kehidupan rakyat jelata yang tertindas, menderita, dipenuhi keputusasaan, tanpa masa depan. Setiap kali kulihat pakaian indah yang dikenakan orang lain, makanan lezat yang mereka santap, kehidupan mewah yang mungkin tak akan pernah bisa kuraih selangkah pun, aku ingin melepaskan diri dari takdir hidup yang seolah sudah ditentukan, ingin berjuang untuk masa depanku sendiri."
“Dalam proses usahaku belajar literasi dan musik, aku menghadapi banyak kesulitan dan hambatan, bahkan sampai dipukuli oleh geng hitam. Tapi aku tidak menyerah, terus berjuang, akhirnya bisa sampai di depan pintu rumah Bapak Viktor. Maka inspirasi ini perlahan berubah menjadi melodi yang penuh semangat dan pantang menyerah. Ini memotivasiku, selama masih hidup, jangan pernah putus asa.”
Campuran kebohongan dan kebenaran, Lucien juga menceritakan secara singkat konfliknya saat mengumpulkan sampah dengan geng Aaron untuk memperkuat kredibilitas: “Kesulitan dan ejekan yang Bapak Viktor alami saat itu membuatku teringat pada diriku sendiri, akhirnya inspirasi meledak, melodi-melodi bermunculan. Selama tiga minggu ini, aku terus mencoba menyempurnakan melodi. Loth, Felice, dan Herodotus semua sudah mendengarnya. Oh ya, aku juga punya partitur yang kucatat selama ini.”
Karena hujan, takut partitur rusak terkena air, Lucien meninggalkannya di pondoknya dan tidak membawanya.
Rhine dan Viktor sama-sama tersenyum memandang Loth dan yang lain. Bagaimana mungkin mereka tidak menyadari nilai musik Lucien? Ini benar-benar tak terduga.
"Loth, Felice, Herodotus, apakah kalian mendengar?" Viktor tidak meragukan perkataan Lucien, hanya merasa sangat lucu dan penasaran.
Tertarik oleh ucapan Lucien, Loth, Felice dan Herodotus mulai mengingat-ingat dengan seksama. Baru mereka sadari banyak bagian melodi yang baru saja didengar sebenarnya sudah familiar, dan secara bertahap terbentuk seiring waktu.
"Mungkin prasangka yang membuat kita tuli. Sebenarnya kemarin sore aku sudah mendengar kemegahan dan keagungan bagian akhir, tapi tidak memperhatikannya," Felice berkata dengan tatapan kompleks pada Lucien, mengingat kejadian kemarin senja, sambil menyindir diri sendiri. "Selama tiga minggu sebelumnya, aku memang sering mendengar melodi-melodi dari komposisi ini, tapi saat itu sebagian besar melodi Lucien belum selesai dan teknik permainannya masih kaku, sehingga menutupi keindahannya."
Di akhir ucapan, dia tak bisa menahan sindiran halus pada Lucien. Namun sindiran ini terasa seperti sekadar aksi keras kepala khas gadis remaja.
"Baiklah, seperti kata Felice, prasangka telah membutakan telingaku. Aku akui pernah mendengar beberapa melodi dari komposisi Lucien," Loth mengakui dengan jujur setelah berpikir sejenak. "Harus diakui, bakat musikmu benar-benar luar biasa, Lucien. Biasanya komposisi semacam ini membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun untuk lahir."
Jika bakat musik Lucien tidak sefantastis ini, mungkin Loth masih akan punya pikiran licik, kemarahan, iri, dan ketidakpuasan. Namun jurang perbedaannya terlalu besar, semua itu kehilangan motivasi. Lagipula, memiliki teman sekelas yang menjadi musisi besar sepertinya menguntungkan bagi karir musiknya sendiri, seperti kesuksesan besar Mr. Viktor dalam konser.
Mampu bertahan hidup dengan baik di keluarga bangsawan yang hubungannya rumit, Loth jelas bukan pria bodoh yang hanya tahu bermain cinta.
Setelah lama terdiam, Herodotus akhirnya juga mengangguk. Meski mengakui Lucien sebagai jenius musik membuatnya tak senang, kenyataan tak terbantahkan itu tetap ada. Melodi itu seakan masih menginspirasi dirinya.
Mendengar pujian Loth, Lucien secara reflek menjelaskan: "Bisa menggubah secepat ini karena inspirasi semacam ini telah terakumulasi selama bertahun-tahun..."
“Lucien, tidak perlu menjelaskan, genius tidak memerlukan alasan.” Viktor tersenyum menghentikan ucapan Lucien, “Saya tidak berani berbohong bahwa sudah mendengar semua karya musik, tetapi karya sehebat ini yang mampu membangkitkan semangat pasti tidak akan tanpa ketenaran. Fakta bahwa saya belum pernah mendengar melodi seperti ini sebelumnya membuktikan bahwa ini benar-benar ciptaanmu.”
Rhine juga mengangguk: “Saya telah melakukan perjalanan ke banyak negara, tapi belum pernah mendengar melodi sepenuh semangat dan pantang menyerah seperti ini. Lucien, kehidupanmu memberimu harta berharga. Mungkin kemiskinan dan penderitaanlah yang memacu semangat manusia. Dari kalangan rakyat jelata selalu lahir genius-genius yang tak terduga. Hehe, terima kasih Lucien. Dengan mendengar karya ini, perjalananku ke Alto sama sekali tidak sia-sia. Kau tak diragukan lagi adalah seorang genius sejati, genius yang luar biasa.”
Anehnya, dia tidak menambahkan kata sifat "musik" di depan kata "genius".
Lucien dipuji hingga wajahnya memerah, terlihat sangat polos, namun dalam hatinya ia merasa sangat canggung.
Viktor menyambung perkataan Rhine, melanjutkan, "Mungkin hanya pemula sepertimu yang belum terbelenggu oleh struktur ketat bagian resmi dan cara ekspresi musik, serta jenius musik, yang dapat melepaskan perasaan dan inspirasinya, terbang bebas di dunia musik tanpa batasan apa pun."
"Sebenarnya, simfoni keempat saya telah ditulis selama sembilan tahun penuh. Sejak Winnie dipanggil oleh Tuhan, saya ingin menulis sebuah simfoni untuknya, bukan serenada. Namun pendidikan musik dan pengalaman menulis saya terus-menerus mengatakan bahwa simfoni selain tema agama yang serius, hanya bisa mengekspresikan keindahan musik semata. Proses penciptaan ini selalu tidak lancar, meskipun beberapa tahun terakhir di Alto mulai muncul tren penggunaan simfoni untuk mengekspresikan emosi dan tema lain, namun karya mereka masih belum matang dan memberi sedikit inspirasi. Jadi meskipun saya telah mengumpulkan banyak melodi dan ide, sampai akhirnya tidak bisa menyelesaikan simfoni ini."
"Hari ini, setelah mendengar komposisimu yang mempertahankan struktur ketat sekaligus menampilkan tema secara utuh, barulah saya mengerti cara menciptakannya. Karena itu saya ingin berterima kasih padamu, Lucien."
Setelah selesai berbicara, Viktor bertepuk tangan: "Baiklah, Lucien, tuliskan komposisimu. Aku akan membantumu melengkapi melodi, menyempurnakan detail, lalu mendaftarkannya ke Asosiasi. Untuk karya seperti ini, kita tidak boleh ceroboh sedikit pun. Setelah anggota dewan Othello kembali, aku akan meminta izinnya untuk mengganti repertoar musik. Sebelum konser, aku akan segera mengaransemennya menjadi simfoni dan berlatih intensif."
