Hari Minggu adalah hari ibadah bagi mayoritas penganut Gereja Kebenaran. Bangunan lima lantai bergaya Gotik milik Asosiasi Musik terlihat sangat sepi, sulit melihat orang yang keluar masuk.
Namun ketika Lucien mendekati tangga, kedua penjaga itu menyambutnya dengan senyum hangat dan memberi hormat: "Selamat pagi, Tuan Ivens."
"Selamat pagi." Lucien sedikit heran. Konser baru berakhir pukul sepuluh malam kemarin, hari ini juga hari Minggu. Seharusnya kabar tentang dirinya tak mungkin menyebar cepat di Asosiasi. Namun sikap dua penjaga itu sudah menjelaskan segalanya, "Apakah Alena yang memberitahu mereka?" Alena adalah satu-satunya peserta konser yang harus bekerja di Asosiasi pada hari Minggu. Tapi Lucien tidak merasa Alena tipe orang yang suka menyebarkan kabar, kecuali ada yang bertanya.
Setelah Lucien melewati mereka, dua penjaga itu berbisik-bisik dengan kepala saling mendekat: "Tak kusangka Tuan Ivens bisa menjadi musisi secepat ini. Aku ingat tiga bulan lalu, dia datang ke sini untuk mengangkut sampah. Aku pernah menjagakan gerobaknya."
"Aku juga tak menyangka," kata penjaga satunya sambil menoleh memandang punggung Lucien yang menjauh. "Dua bulan terakhir, Tuan Ivens datang bekerja ke perpustakaan setiap hari, sore hari juga sering latihan alat musik. Sama seperti murid musik lainnya. Siapa sangka dia ternyata jenius musik!"
Penjaga pertama menggelengkan kepala sambil berseru, "Sayangnya aku tidak punya bakat musik. Kalau tidak, aku tidak perlu berjaga di sini. Hehe, Tuan Ivens pasti datang untuk mengundurkan diri dari pekerjaan perpustakaan. Musisi berbakat seperti dia mana mungkin kekurangan sponsor bangsawan? Mana mungkin tidak ada kesempatan mengadakan konser?"
※※※
Masuk ke lobi Asosiasi, Alena dan Casey sedang merapikan barang-barang di lemari kayu. Melihat Lucien, mereka segera berdiri tegak serentak, "Selamat pagi, Tuan Ivens."
Alena tersenyum ceria seolah sedang bercanda baik-baik, sedangkan Casey menunjukkan sikap penuh hormat dan kaku.
"Selamat pagi, Alena. Selamat pagi, Casey. Sedang merapikan apa kalian?" tanya Lucien penasaran.
Alena mengedipkan mata, wajahnya berseri-seri, "Lucien, ini edisi terbaru 'Ulasan Musik' dan 《Symphony Herald》! Pertama kalinya aku melihat nama teman sendiri di kedua koran ini. Kamu benar-benar hebat!"
Meski belum melek huruf, tetapi karena telah lama bekerja di Asosiasi Musik, sering terpapar materi literasi, ditambah sifatnya yang tekun dan haus ilmu, serta mendapat bimbingan dari Lucien, kini ia sudah bisa mengenali semua huruf dan membaca nama sebagian besar anggota Asosiasi.
Lucien bertanya dengan sedikit terkejut, "Secepat ini? Bukankah kedua koran itu seharusnya terbit di akhir bulan? Lagipula konser baru selesai kemarin."
《Ulasan Musik》dan《Symphony Herald》adalah media paling otoritatif di dunia musik yang digemari di seluruh benua. Terbit di akhir setiap bulan, memuat lagu-lagu menonjol dan ulasan sepanjang bulan, serta kisah musisi ternama—tentu sebagian besar berasal dari Alto.
Sedangkan konser Viktor diadakan pada pekan ketiga Bulan Panen. Secara logika, seharusnya masih ada waktu seminggu sebelum kedua koran ini terbit.
"Katanya banyak musisi yang terkesima dan terinspirasi oleh Simfoni Takdirmu, jadi mereka menulis ulasan semalaman dan menyerahkannya ke Asosiasi sebelum ibadah pagi. Makanya Asosiasi memutuskan untuk menerbitkannya lebih cepat. Ini cetakan pertama," kata Alena dengan semangat berapi-api.
"Tuan Ivens, apakah Bapak ingin membeli satu eksemplar?" tanya Casey dengan rasa ingin tahu, sikap kaku, dan penuh hormat memandang Lucien. Menurutnya, kedua surat kabar hari ini pasti memiliki nilai koleksi bagi Lucien.
Merasa tidak masuk akal jika menolak membeli, Lucien tersenyum ringan: "Masing-masing satu eksemplar." Ia kemudian mengeluarkan dompet dan menuangkan dua puluh keping tembaga.
Sejak bekerja di Asosiasi, Lucien selalu menyisihkan sebagian besar penghasilan bulanannya setelah membayar tiga keping perak ke Bibi Elisa dan membeli pakaian. Kebutuhan bahan dan peralatan sudah terpenuhi sementara melalui pertemuan itu tanpa mengeluarkan uang, membuat dompetnya tidak lagi sekering dulu.
Tentu saja, setelah Viktor memberikan setelan resminya kepada Lucien, Lucien sendiri menghabiskan banyak keping perak untuk membeli setelan resmi lain sebagai ganti, sekaligus memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli beberapa pakaian hitam tambahan dan menjahit kembali jubah panjang hitam bertudung.
"Apa yang tertulis di sana?" Alena menyerahkan dua koran kepada Lucien sambil bertanya penasaran, di sebelahnya Casey juga demikian. Saat istirahat di Asosiasi Musik, hobi terbesar mereka adalah mencari orang yang dikenal untuk membacakan koran dan buku, seperti Pierreau atau Lucien.
Lucien mengambil 'Ulasan Musik' sembari melihat-lihat. Di halaman pertama, selain tiga kata tebal "Ulasan Musik" dan "Tahun Suci 815 Edisi ke-9", hanya terdapat lukisan minyak eksterior Aula Himne Suci serta dua baris tulisan besar berwarna hitam:
"Tuan-tuan, nyonya-nyonya, bukalah topi kalian, berikanlah penghormatan, inilah seorang jenius sejati!"
——Othello.
Alena dan Casey mendengar dua baris kalimat yang dibacakan Lucien secara spontan, mata mereka langsung berbinar-binar, memandang Lucien dengan penuh kekaguman.
Membalik halaman pertama, artikel pertama yang dilihat Lucien berjudul 《Musik Juga Membutuhkan Jiwa - Penghormatan untuk Simfoni Takdir》:
“……Musik adalah anugerah Tuhan bagi kita, senjata yang menyemangati langkah kita. Namun selama lebih dari tiga ratus tahun, selain musik agama yang sakral dan khidmat, musik lainnya hanya sekadar menyuguhkan keindahan semu. Keindahan seperti ini selalu terasa hambar, sulit menyentuh relung hati.”
……
“Baru setelah menghadiri konser Mr. Viktor di Aula Himne Suci dan mendengar Simfoni Takdir karya muridnya Lucien Evans, aku memahami hakikat sejati yang dibutuhkan musik!”
"Musik adalah puisi perasaan dalam hati setiap orang. Jika tidak menyatu dengan emosi, tanpa curahan kekuatan jiwa, maka musik pasti akan terasa pucat, tak mampu menyentuh orang lain, bagaikan manusia hidup yang kehilangan jiwa. Simfoni Takdir ini memiliki tema dan perasaan yang menyatu melalui empat bagian, yaitu tekad tak kenal kompromi terhadap kegelapan, dan perjuangan gigih melawan kesulitan. Oleh karena itu, ini adalah simfoni paling membara, paling menggemparkan, paling bertenaga, dan paling menyentuh hati yang pernah kudengar."
……
"Lucien Evans tak diragukan lagi adalah jenius musik yang menggemparkan kalangan musik Alto, dan pasti akan menggetarkan dunia musik di seluruh benua."
……
"Musik membutuhkan perasaan, seperti kehidupan membutuhkan jiwa!"
Artikel ini cukup panjang, namun lebih banyak bersifat liris dengan sedikit analisis musik profesional. Alasan artikel ini menempati urutan pertama di 'Ulasan Musik' adalah karena penulisnya adalah Adipati Woriot.
Setelah mendengar deskripsi singkat dari Lucien, Alena berkata dengan sedikit terkejut, "Pujian setinggi itu? Yang Mulia Adipati Agung tampaknya sangat menyukai Simfoni Takdir-mu."
"Empat kata 'paling' yang beruntun, Yang Mulia Adipati Agung belum pernah memberikan penilaian seperti ini sebelumnya." Casey juga menambahkan dengan kagum, "Tuan Ivens, bagaimana dengan artikel kedua?"
Artikel ulasan kedua berjudul "Musik Bertema Ekspresi Emosional Akan Menjadi Tren Masa Depan - Melihat Transformasi Musik dari Simfoni Takdir" yang ditulis oleh Natasha:
"......Melodi tema dan emosi yang mengalir sepanjang musik menyangga sebuah simfoni agung."
“Lucien Evans, musisi jenius ini, menggunakan empat not berat yang singkat dan kuat untuk membentuk melodi unit terkecil, lalu membangunnya menjadi tema tunggal yang kontinu dan menyeluruh dalam seluruh komposisi. Sebuah tema tentang cahaya yang mengalahkan kegelapan, serta keteguhan menghadapi kesulitan tanpa pernah mundur atau menyerah. Namun dari permainan kelompok instrumen yang berbeda dalam tema tunggal ini, terlahir keragaman. Pertarungan sengit beberapa tema serupa ini sepenuhnya mengekspresikan perasaan terdalam Tuan Lucien Evans.”
“Ini adalah keberanian seorang pahlawan, keteguhan yang tak kenal menyerah, kode etik setiap ksatria, dan juga semangat ksatria yang paling kutaati dan yakini selain Tuhan. Oleh karena itu, saya sangat tersentuh oleh simfoni agung ini.”
……
“Empat not pendek nan kuat itu bagaikan jantung setiap orang, menggerakkan seluruh alunan musik. Saya ingin menamakan melodi unit terkecil serupa sebagai motif musik. Hanya dengan adanya ini, barulah tercipta simfoni bertema dengan struktur utuh.”
“Kreasi jenius Tuan Ivens yang tidak terikat oleh belenggu konvensi, telah memperlihatkan kepada kita teknik-teknik utama yang seharusnya dimiliki oleh musik bertema, serta teknik-teknik usang yang perlu ditinggalkan. Beliau adalah seorang pembaharu dan perintis tren musik!”
※※※
Lucien merasa agak canggung membaca ulasan-ulasan ini. Setelah membalik-balik halaman belakang 'Ulasan Musik' dengan tergesa, ia menemukan bahwa dari 40 artikel, 29 di antaranya membahas dirinya dan 'Simfoni Takdir' - ada analisis teknik, analisis emosi, analisis spiritual. Sembilan artikel sisanya membahas konserto piano Viktor dan konten konser, sementara di bagian akhir dilampirkan partitur tiga simfoni baru termasuk 'Takdir'.
Edisi kali ini 'Ulasan Musik' benar-benar didominasi oleh Lucien dan Viktor. Dua musisi yang tampil di Aula Himne Suci sebelumnya masing-masing hanya mendapat satu artikel, mungkin sengaja ditambahkan oleh Asosiasi agar tidak menyia-nyiakan kesempatan tampil di Aula Himne Suci.
Di bawah tatapan memohon Alena dan Casey, Lucien kembali membuka-buka《Symphony Herald》. Publikasi ini juga hampir menjadi edisi khusus tentang dirinya dan Viktor. Namun berbeda dengan《Music Review》, fokus utama di sini adalah menggambarkan kemeriahan konser - tepuk tangan yang tak kunjung padam dan luar biasa meriah setelah Simfoni Takdir dimainkan, serta evaluasi dari para tokoh penting. Tentu saja, banyak juga analisis musik yang termuat.
Karena Lucien membalik halaman dari belakang ke depan sambil memberikan deskripsi singkat kepada kedua gadis, keduanya mendengarkan dengan penuh minat dan mata berbinar. Alena tak lupa bertanya penasaran: "Apa yang tertulis di halaman pertama《Symphony Herald》? Kulihat ada tanda tangan Ketua Jonis Christophe."
Jonas Christophe - seorang musisi ternama yang telah menciptakan ratusan komposisi brilian, Ketua Asosiasi Musik Alto, dijuluki oleh Adipati sebagai "Legenda Musik yang Masih Bernyawa".
Lucien menutup 《Symphony Herald》 dan melihat halaman pertama juga tertulis dua baris kata berhuruf tebal:
"Jika Anda belum mendengar karya megah dan beraura dahsyat ini, bisa dikatakan Anda belum pernah mendengar musik seumur hidup."
——Jonis Kristoff
"Wah..." Alena dan Casey memandangi Lucien, tak tahu bagaimana mengekspresikan perasaan mereka.
Beberapa saat kemudian, Alena baru berkata: "Begitu kedua koran ini terbit, dalam beberapa bulan ke depan, Lucien, kamu akan menjadi musisi paling terkenal dan paling diperhatikan di seluruh benua. Mungkin segera mendapat undangan pertunjukan istana atau menjadi penasihat musik istana lainnya."
Lucien hanya tersenyum geleng-geleng kepala tanpa menjawab, menjepit koran lalu naik ke lantai tiga menuju kantor Tuan Hank.
"Selamat, Ivens." Hank bangkit dari balik meja kerjanya dan memeluk Lucien.
Lucien tertawa: "Tuan Hank, saya datang untuk mengundurkan diri dari pekerjaan di perpustakaan musik."
"Tentu saja, kami tidak berani menyuruh penasihat musik Yang Mulia Putri Mahkota mengelola perpustakaan." Hank menyetujui dengan cepat sambil mengeluarkan sebuah kantong: "Menurut maksud Viktor, ini adalah imbalan yang pantas untukmu."
Dompet yang berat membuat Lucien sedikit berdebar-debar, ini melambangkan terobosan besar dalam kehidupan dan tenaga yang akan segera datang.
Membuka dompet, Lucien melihat kilau kuning keemasan Taler yang memikat di dalamnya, totalnya tiga puluh tiga keping.
