Natasha berhenti di depan Felice, tersenyum jenaka: "Tidak menyambutku? Awalnya aku sedang mengunjungi rumah Silvia, tak sengaja tahu dia akan datang ke upacara kedewasaanmu. Teringat masa ketika almarhum Pangeran masih hidup, aku sering mengunjungi villa ini dan Manor 'Bern'. Hehe, Felice, waktu itu kau setinggi ini," tangannya mengukur setinggi pinggang, "masih kecil, berusaha keras mengikuti Kakak Alfred, Paman Samuel dan Harrington untuk berburu, tapi selalu terjatuh, tak bisa mengejar, hanya bisa menangis histeris. Sekilas sepuluh tahun berlalu, kau sudah setinggi ini, dewasa. Kakak Alfred dan Paman Samuel di surga pasti sangat terharu melihat ini."
Alfred adalah putra sulung Adipati Woriot, kakak laki-laki Natasha, jenius yang menjadi Ksatria Besar level lima di usia awal dua puluhan. Samuel adalah kakak dari Pangeran Hain yang menjabat sekarang dan Yurben, pewaris gelar bangsawan yang paling sah dan pantas di masanya. Mereka semua gugur dalam pertempuran besar melawan kelompok ksatria bidah hampir sepuluh tahun yang lalu.
Natasha yang awalnya hanya ingin ikut meramaikan dan memuaskan rasa ingin tahunya, tiba-tiba merasa kenangan masa mudanya tergugak saat melihat Felice. Ia teringat bagaimana dalam sepuluh tahun, melalui latihan keras, dirinya berubah dari gadis kecil menjadi prajurit sejati. Namun di sisi lain, kerabat-kerabatnya satu per satu dipanggil Tuhan, dan hubungannya dengan teman-teman lama semakin merenggang. Perasaan asam dan gejolak emosi tak terhindarkan.
Felice yang semula tenggelam dalam kekecewaan, kefrustrasian, kesedihan, dan kemarahan besar, hanya bisa memaksakan senyuman untuk menyambut tamu. Terkejut dengan kedatangan Natasha, ditambah mendengar kata-kata hangat penuh perasaannya, ia tak kuasa menahan diri. Air mata mengalir deras: "Tentu saja Yang Mulia disambut, sangat disambut! Kakak Natasha, eh... Yang Mulia Putri Mahkota."
Tanpa sadar ia memanggil dengan sebutan masa kecil.
Natasha memeluk Felice: "Tak apa, panggil saja Kakak Natasha. Masa kecil selalu menyimpan kenangan terindah dalam hidup. Selamat ulang tahun, Felice. Selamat, kau telah menjadi wanita sejati."
Suasana penuh kehangatan dengan sentuhan kesedihan yang samar, membuat hati tenang. Barulah Lucien mengerti mengapa meski dibenci oleh Pangeran Hain, Yulban masih bisa menjabat sebagai sekretaris Balai Kota Alto dengan stabil, tetap memiliki hubungan dengan banyak bangsawan kecil, dan Felice masih bisa berteman baik dengan Yvete, putri kesayangan Pangeran Hill. Dulu Alfred dan Natasha pasti memiliki persahabatan yang erat dengan Samuel, Yulban, Harrington, dan Felice.
Natasha melepaskan pelukannya pada Felice, memandangi air mata yang penuh emosi, sukacita, dan kesedihan gadis itu. Dengan senyum lembut dia berkata: "Sudah, Felice. Hari ini adalah upacara kedewasaanmu. Air mata bukan hiasan yang pantas untuk wajah cantikmu. Harus gembira, mengerti? Aku yang akan memimpin upacaramu." Sebagai seorang Ksatria Besar, pandangannya yang sekilas sudah tahu bahwa Pangeran Hain tidak hadir, dan dia paham alasannya.
“Ya, aku pasti akan menyelenggarakan pesta ulang tahun dengan gembira.” Felice berusaha menahan air mata, menjawab sambil tertawa dan menangis. Kehadiran calon Adipati perempuan, Putri Bangsawan Violet saat ini sebagai penanggung jawab upacara kedewasaannya, mana mungkin Pangeran Hain bisa menandinginya?
Natasha melihat keadaannya, mencoba meredakan suasana dengan canda: "Aku tidak membawa hadiah ulang tahun, kamu tidak keberatan kan, Felice?"
"Bagaimana mungkin, kehadiran Anda sendiri sudah menjadi hadiah terbaik." Felice kembali memeluk Natasha. Kedatangan yang tepat waktu, pelukan hangat, dan penghiburan lembutnya semuanya terasa begitu indah, penuh dengan nuansa kakak perempuan atau saudara laki-laki.
Natasha menunggu hingga Felice melepaskan pelukan sendiri, baru menunjuk Lucien di dalam ruangan: "Tapi penasihat musikku pasti akan membawakan musik indah dan riang untukmu, membuatmu melupakan segala kekhawatiran, menyelami kebahagiaan upacara kedewasaan ini."
Dalam hatinya, dia bergumam pelan: "Brengsek, karena penasaran dengan serenadamu, aku sampai datang ke sini dan terjebak dalam emosi seperti ini, hampir menangis. Seorang ksatria hebat yang tangguh mana boleh menitikkan air mata! Makanya aku harus memberimu tekanan..."
Insiden "Tanduk Perak" sebelumnya telah mencairkan rasa kikuk antara Natasha dan Lucien. Ditambah lagi dengan sifat Natasha yang humoris, blak-blakan, suka menggoda, serta respon "normal" Lucien yang tidak grogian, hubungan mereka semakin mirip teman.
Begitu disebutkan Natasha di depan umum, semua pandangan tertuju pada Lucien. Karena banyak musisi yang berasal dari kalangan bangsawan atau disponsori bangsawan, sebagian besar sudah tahu bahwa Lucien akan memainkan serenada baru untuk merayakan ulang tahun Felice. Mereka pun mulai berbisik-bisik.
Dengan ekspektasi setinggi ini dari Yang Mulia Putri Mahkota, karya ini akan dianggap gagal total jika tidak mencapai tingkat di atas standar biasa!
"Selamat datang, Yang Mulia Putri Mahkota, Nyonya Camille, Nyonya Silvia." Wajah Urban seperti mekar bunga, sambil memberi isyarat pada Felice untuk tenang, ia menyambut Natasha masuk.
Di aula utama, Silvia langsung menuju lingkaran musisi sedangkan Natasha dengan enggan menyapa para bangsawan satu per satu. Tak peduli tinggi-rendah gelar bangsawan mereka, kuat-lemah kekuatan mereka, selama memiliki identitas bangsawan, sebagai tuan tanah mereka, tata krama dasar tetap harus dijaga.
Semakin mendekati lingkaran musisi, pipi Silvia semakin memerah. Seluruh penampilannya semakin menunjukkan kesan pemalu dan manis. Ini pertama kalinya ia menghadiri jamuan makan bersama Natasha dengan cara seperti ini, tak heran bereaksi demikian di hadapan banyak kenalan.
"Selamat malam, Guru. Anda datang sangat awal." Silvia menyapa Christophorus. Ia adalah murid dari "legenda musik yang masih hidup" ini.
Cristofori menghela napas pelan tanpa menuntut lebih. Kalangan musik relatif lebih bisa menerima hal-hal semacam ini. Ia hanya berpesan singkat: "Silvia, pikirkanlah masa depan. Bukankah kamu ingin mengaransemen ulang komposisi piano? Di sini ada beberapa 'otoritas' piano, berdiskusi lah dengan mereka."
Yang dimaksud "otoritas" adalah Viktor, Rhine, dan Lucien. Cristofori sangat mengapresiasi teknik penjarian baru mereka dalam memainkan piano. Silvia sebelumnya terkendala oleh clavichord yang hanya cocok untuk ruangan tertutup, sehingga meskipun telah mencipta banyak lagu elegan nan indah, belum pernah menggelar konser di Aula Himne Suci. Kehadiran piano memberinya harapan untuk mengadaptasi sebagian karyanya guna persiapan masa depan.
Natasha telah memberitahu Lucien tentang hal ini sebelumnya, jadi kali ini Lucien tidak bingung. Dengan serius dan sopan, dia berdiskusi dengan Silvia tentang adaptasi karya piano dan teknik penjarian, membantu meredakan rasa malu gadis itu.
Musisi dari Istana Tiria seperti Julian ditinggalkan begitu saja oleh Lucien. Beberapa kali mereka mencoba menyela, namun minimnya pemahaman tentang piano membuat mereka tak bisa bergabung dalam diskusi. Orang-orang lain juga tidak antusias, sama sekali tidak menganggap mereka sebagai jenius musik - karena ini adalah Alto, dan mereka belum terkenal di sini.
Sikap seperti ini membuat trio Julian merasakan kesombongan komunitas musik Alto terhadap pendatang asing, merasa diri mereka dihina.
Mekanz tersenyum puas melihat perubahan ekspresi wajah mereka.
※※※
Karena Natasha yang memimpin upacara kedewasaan Felice, banyak bangsawan yang bergegas datang setelah mendapat pemberitahuan, menyebabkan jamuan makan yang seharusnya dimulai pukul delapan tertunda hingga pukul setengah sembilan.
Pangeran Hain tetap tenang. Karena sudah berpura-pura sakit, ia konsisten dengan aksinya. Bagi bangsawan tinggi seperti dia, selama bukan kasus penghinaan agama, pengkhianatan negara, atau pemberontakan, bahkan jika menyinggung Adipati, ia tetap bisa hidup mewah di tanah warisannya. Paling-paling hanya dijauhkan dari panggung politik Kadipaten dan dicabut kendali atas kesatuan ksatria non-bawahan. Namun Harrington datang ke jamuan makan karena alasan yang diketahui umum.
Upacara kedewasaan tidak rumit. Natasha mengambil bunga berwarna api dari tangan ibu Felice, lalu mengenakannya bersama lambang Keluarga Hainn di dada kiri Felice, disusul dengan ucapan singkat.
Kemudian, ia mengulurkan tangan mengundang Felice untuk menari pembuka jamuan ulang tahun sebagai tahap terakhir upacara kedewasaan.
Dalam melodi penuh sukacita dan kegembiraan, dua wanita cantik menari dengan anggun. Natasha yang merupakan Ksatria Besar level lima, memiliki tenaga, kelincahan, dan koordinasi yang jauh melebihi Felice, membawanya menari dengan indah melebihi tarian mana pun dalam hidupnya.
Setelah tarian pembuka, Felice terengah-engah perlahan di samping, sementara Natasha tetap santai dan tenang menunggu. Karena sesuai agenda, berikutnya akan ada karya piano bergaya serenade dari Lucien.
Di tengah rasa penasaran dan harapan semua orang, Ibu Felice berjalan ke bagian atas aula untuk mengumumkan acara berikutnya.
Tetapi saat itu, Julian ikut naik ke atas. Dengan senyum sopan dan penuh permintaan maaf, dia berkata: "Yang Mulia Putri Mahkota, Nyonya yang terhormat, Nona Felice yang cantik, serta para hadirin sekalian. Saya mohon maaf telah lancang berdiri di sini. Saya Julian dari istana Tiria. Hari ini, tanpa undangan dari Nona Felice, saya nekat mengikuti Tuan Griffith untuk menghadiri jamuan ulang tahunnya. Sungguh keterlaluan dan gegabah. Karena itu, saya ingin mempersembahkan sebuah komposisi serenade karya saya sendiri sebagai permohonan maaf dan ucapan selamat."
Alasan yang dikemukakan masuk akal dan tulus, seandainya Lucien tidak akan segera memainkan serenade.
Natasha mengangkat alisnya, melirik Lucien dengan ekspresi geli seolah berkata: "Sungguh merepotkan. Lihatlah, reputasimu sebagai musisi jenius memang selalu mendatangkan masalah."
Lucien hanya mengangkat bahu santai sebagai balasan.
Sedangkan bagi Natasha, gerak-geriknya berarti: "Tidak masalah. Biarkan dia tampil lebih dulu."
Maka dia mengangguk setuju dengan senyuman, mengizinkan Julian menyela pertunjukan. Dengan persetujuannya, Felice dan orang tuanya tentu tidak keberatan.
Julian dengan semangat mendatangi kelompok musik, menyerahkan partitur yang dibawanya. Sambil menunggu mereka mempelajari partitur, dia bersiap-siap di samping. Kesempatan tampil di hadapan banyak musisi Alto, seorang Putri, dan para bangsawan ini merupakan peluang emas untuk terkenal - terutama bagi musisi seperti dirinya yang terbiasa menggubah serenada untuk pesta-pesta meriah di istana Tiria.
"Meski Alto adalah kiblat musik kontinental untuk simfoni, konserto, dan musik klasik lainnya, serenada bergaya jamuan makan pasti lebih unggul dari musisi istana Tiria!" Begitu keyakinan Julian, sejalan dengan penilaian banyak musisi yang pernah melakukan perjalanan ke Tiria.
Lingkungan seperti apa tentu akan menumbuhkan musik yang sesuai.
