Ketika pembukaan Serenade G Mayor yang singkat, energik, dan mengalir riang bergema, mata ungu Natasha tiba-tiba bersinar. Hanya dengan dua birama ini saja, melodi tersebut sudah membalas rasa penasarnya seharian.
Sementara Felice melepaskan tangan yang sebelumnya terkepal tanpa sadar. Sebagai siswa musik, ia memiliki kemampuan untuk menilai kualitas pembukaan melodi ini - bagian yang paling berkesan dan penuh ritme di antara semua serenade sejenis.
Oleh karena itu, ketegangannya perlahan menghilang, terinfeksi oleh melodi musik yang mengalir berikutnya. Seluruh tubuhnya menjadi riang dan gembira, bergoyang perlahan mengikuti irama, tangan kanan mengetuk tempo. Dalam hatinya berdecak kagum: "Bahkan sebuah karya piano pendek bergaya serenade, Lucien mampu menulisnya sebagai mahakarya dan klasik! Benar-benar musisi jenius yang diberkati Tuhan!"
Dalam melodi yang merdu, ringan, lucu, dan ceria, setiap tamu terinfeksi oleh keceriaan, memiliki dorongan untuk menari. Namun karena ini adalah pertunjukan perdana musisi jenius, mereka menahan diri. Dengan senyum penuh apresiasi, mereka menyimak sambil memandang tangan Lucien yang bergerak lincah di atas piano.
Seiring pergerakan jari-jari panjangnya yang penuh ritme musik, not-not murni dan merdu seakan melompat satu per satu. Tubuh, lengan, dan jarinya menyatu secara harmonis dengan lagu tersebut.
Bukan hanya musik, permainan piano Lucien sendiri seolah membawa keindahan dan aura yang tak terdeskripsikan.
"Tak disangka memainkan piano memberikan kesan seperti ini, penuh keanggunan dan aura bangsawan yang memikat." Melihat adegan solo piano ini, tak terhitung anak-anak bangsawan dan musisi yang timbul keinginan untuk mempelajari piano. Dibanding masa lalu, teknik permainan piano yang sama sekali baru ini sendiri merupakan suatu seni!
Banyak gadis bangsawan memandang dengan mata berbinar, hati berdebar-debar.
Melodi pembuka yang hidup dan dinamis terus muncul kembali dalam melodi langkah dansa yang ringan, memperkuat suasana riang nan gemilang. Di bawah iringannya, melodi tarian menampilkan cita rasa unik piano yang berbeda dari alat musik lain - setiap not penuh tekstur, bulat dan murni.
Dalam atmosfer musik yang begitu indah dan ceria ini, waktu berlalu dengan cepat. Beberapa menit kemudian, Lucien menekan nada terakhir dengan tangan kanannya yang diangkat miring ke atas secara anggun, mengakhiri komposisi pendek piano ini. Kemudian ia berdiri, meletakkan tangan kanan di dada, memberi penghormatan kepada Natasha, Felice, dan tamu lainnya.
Gemuruh tepuk tangan bergemuruh seperti ombak. Dalam suasana jamuan makan, karya musik yang cerah, ceria, dan klasik seperti ini tak diragukan lagi disambut dengan antusiasme besar.
“Elegan, megah, seimbang. Lucien, kau telah menampilkan bakat dan kejeniusanmu hingga puncaknya. Ini adalah karya tanpa cela.” Natasha tersenyum puas memuji Lucien. Sebagai calon Adipati Viorite, ia sangat "yakin" bahwa musisi Alto adalah yang terbaik di seluruh benua, tak akan terkalahkan oleh musisi negara manapun, dalam bentuk komposisi apapun. "Aku menantikan penyelesaian bagian-bagian selanjutnya olehmu, Lucien. Kurasa nanti komposisi ini akan menjadi karya abadi dalam sejarah serenada."
Ia kembali memberikan penilaian tinggi pada Lucien tanpa menyentuh kelemahan serenada yang tak terhindarkan - minimnya kedalaman filosofis dan makna.
Wajah Felice memerah, matanya yang masih sembap bekas tangis tampak berbinar-binar: "Lucien, terima kasih untuk hadiah ulang tahunmu. Kurasa upacara kedewasaanku akan dikenang sejarah musik berkat serenada ini."
“Selamat ulang tahun, Felice.” Setelah berpelukan, Lucien kembali ke lingkaran musisi.
Christoph menunjukkan senyum penuh apresiasi pada generasi muda: "Kau tidak mengecewakan rasa penasaran kami, Lucien. Meski masih berupa karya piano pendek, ini sudah mampu membuat kami merasakan keindahan murni musik. Ini adalah serenada bergaya serupa yang paling indah dan menyentuh yang pernah kudengar. Kurasa setelah kau menyelesaikannya sepenuhnya, karya ini akan menjadi karya klasik yang layak dipentaskan di atas panggung konser nan elegan. Hei, meski dalam situasi serius, ia mungkin kehilangan unsur kelucuannya."
"Sudah tak ada yang bisa menyangkal kejeniusanmu, Lucien."
Silvia sangat puas dengan serenada Lucien, senyumannya murni dan tulus. Saat Lucien memainkan piano tadi, koordinasi tubuh, lengan, dan jarinya yang penuh ritme estetis membuatnya benar-benar jatuh cinta pada piano. Alat musik ini benar-benar elegan, baik dari segi komposisi maupun penampilan permainan, memiliki daya tarik khusus yang sepenuhnya bisa menyaingi "ratu alat musik" biola. Dalam hal ekspresi kualitas suara yang halus, berkat penggunaan pedal yang cerdik, piano tidak kalah dari clavichord.
Sebagai guru Lucien, Viktor berkomentar dengan humor: "Kurasa karya ini tidak hanya akan menjadi pengiring wajib di semua jamuan makan, tetapi juga melodi yang paling sering terdengar di tavern dan jalanan. Hehe, mungkin akan lebih luas penyebarannya dibanding 'Takdir'-mu."
Dibandingkan dengan konten sulit dan pemikiran mendalam yang terkandung dalam simfoni, gaya serenada yang ceria, cerah, dan penuh semangat jelas lebih disukai oleh rakyat biasa dan para petualang. Viktor yang pernah melakukan riset di tavern sangat memahami hal ini, "Dan Lucien, kamu berani menggunakan banyak teknik sulit. Ini adalah poin yang paling kuhargai darimu, karena masa depanmu bukanlah di bidang serenada."
Di akhir ucapan, Viktor secara implisit memberikan nasihat halus kepada Lucien. Sebagai guru yang memiliki murid jenius, kecuali berhati sempit, pasti akan khawatir apakah muridnya mengambil jalan yang salah, menjadi sombong, atau menyimpang dari istana musik yang mulia. Menurutnya, simfoni, konserto, sonata, dan opera-lah yang seharusnya menjadi fokus Lucien. Tentu saja, pada tahap pembelajaran, penggunaan bentuk lagu lain untuk latihan masih bisa dimaklumi.
"Saya akan mengingatnya, Tuan Viktor." Merasakan perhatian tersirat namun mendalam dari Viktor, perasaan Lucien cukup kompleks. Selain kehangatan yang dirasakan, juga karena akhirnya mengonfirmasi bahwa Rhine mengetahui informasi tentang markas besar Majelis Sihir. Kini ia memiliki tujuan perjuangan yang jelas. Mungkin setelah konser sukses, perjalanan baru akan segera dimulai. Di masa depan yang pasti akan jauh dari dunia musik, ini sungguh mengecewakan harapan besar Viktor.
Meskipun hanya karya pendek piano, kemegahan, keanggunan, dan keindahannya mencapai tingkat yang tak tergapai oleh banyak simfoni. Ini adalah puncak karya musik yang murni menampilkan keindahan seni suara. Musisi lain di sekitar, ada yang lega melihat jenius musik tidak jatuh dalam dekadensi, ada pula yang kecewa hingga puncak karena sama sekali tak menemukan cacat dalam karyanya.
Ekspresi Mekanz sedikit terdistorsi, ia melirik tajam ke Julian yang terpukul, lalu seolah teringat sesuatu, maju ke depan dan menunjuk Lucien: "Permainanmu barusan sama sekali tidak seperti pemula yang baru belajar piano beberapa bulan. Kau ini pendosa yang berhubungan dengan Setan!"
Semua musisi dan bangsawan di sekitar langsung terkejut memandang ke arah ini. Ini adalah tuduhan paling serius, tuduhan yang bertujuan untuk menghabisi nyawa Lucien.
"Mekanz, perhatikan kata-katamu! Karya piano pendek ini adalah ciptaan Lucien sendiri, dan telah dilatihnya selama beberapa minggu. Meski belum sepenuhnya menguasai teknik piano, dia bisa memainkan karya ini dengan mahir." Viktor dengan tegas membela muridnya.
Sementara itu, Loth dan Herodotus diam seribu bahasa. Tuduhan terkait hubungan dengan Setan membuat mereka, meski sebagai bangsawan, tidak berani sembarangan membela Lucien. Bagaimana jika benar adanya? Itu sama saja mempertaruhkan nyawa sendiri untuk membela Lucien.
Mekanz awalnya hanya melontarkan tuduhan secara spontan, tetapi semakin dipikir semakin yakin. Ia menatap mata Lucien dengan sikap superior dan keras: "Tuan Viktor, penjelasan Anda tidak bisa diterima. Andai permainan Lucien tadi biasa saja, mungkin masih bisa disebut hasil latihan rutin. Tapi kenyataannya, permainannya elegan, megah, lancar—sudah setara tingkat pemain profesional. Saya ingin bertanya kepada hadirin sekalian: Mungkinkah ini? Bisakah seseorang mencapai level seperti ini hanya dalam beberapa bulan belajar? Bakat mencipta bisa dikatakan anugerah Tuhan yang sejak lahir, tapi keterampilan bermusik harus diasah bertahun-tahun! Lucien, kau telah mengkhianati rahmat Tuhan!"
Semakin dia berbicara, semakin sombongnya, bahkan sudah mulai menjatuhkan hukuman atas dosa Lucien.
Begitu dia mengatakan itu, orang-orang mulai mengingat kembali penampilan Lucien. Mereka menyadari permainan pianonya yang penuh percaya diri, elegan, memikat, dengan ekspresi dan daya tarik yang luar biasa - sudah layak mengadakan resital. Pandangan penuh keraguan, ketakutan, dan kekhawatiran pun tertuju pada Lucien, menunggu alasan pembelaannya.
Namun yang pertama berbicara bukanlah Lucien, melainkan Silvia yang selama ini tersenyum dengan tenang memandangi Mekanz. Suara serak yang seksi itu terdengar berkelakar: "Mekanz, sebaiknya kau mendengarkan penilaian orang lain dulu."
Lucien tertegun sejenak. Tampaknya Natasha selalu memberitahukan segala hal padanya.
"Nyonya Silvia, lihatlah! Semua orang sudah menyadari kepalsuan, kelicikan, dan keculasan Lucien," kata Mekanz yang tidak berani menyinggung Silvia, sambil merentangkan tangan ke kedua sisi untuk menunjukkan sikap orang-orang.
Viktor menarik napas dalam, masih ingin membela Lucien. Jika terlibat dalam hal seperti ini, Lucien bisa dihukum di tiang hukuman bakar.
Namun saat itu, suara dewasa yang santai terdengar: "Aku bisa bersaksi bahwa teknik permainan Lucien berasal dari alasan lain, sama sekali tidak terkait dengan kejahatan apa pun."
Mekanz tak menyangka selain Viktor, masih ada yang berani membela Lucien. Dengan marah ia menoleh, lalu melihat Natasha berdiri di belakangnya dengan senyum sinis: "Putri, Yang Mulia Putri Mahkota, Anda mau menjadi saksinya?"
Kewaspadaan Ksatria Besar level lima membuat Natasha menyadari kejadian di area ini. Ia berjalan mendekat bersama Felice.
"Tentu, dua kardinal juga bisa menjadi saksi untuk Lucien." Natasha menunjuk Lucien, "Bakat jenius selalu mendapat perlakuan istimewa, selalu menerima banyak hadiah. Benar bukan, Mekanz?"
Wajah Mekanz memerah seketika, lalu cepat berubah gelap. Ia tersenyum kecut, "Dengan kesaksian Yang Mulia Putri Mahkota, pasti aku yang berprasangka buruk."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata paksa, Mekanz beralasan tidak enak badan dan pamit lebih awal. Barett dan Clement yang merasa kurang percaya diri karena "komposisi piano pendek karya Lucien dalam sebulan" ikut pergi. Mereka berencana berwisata di Alto beberapa hari sebelum kembali ke Tiria dengan pengalaman baru yang patut dibanggakan.
Hanya Julian yang setelah terpuruk sesaat, kembali bersemangat. Ia berkata kepada Christophe, "Yang Terhormat Ketua Christophe, aku ingin tinggal di Asosiasi Musik Alto untuk belajar beberapa tahun. Aku sadar masih banyak kekurangan, terutama dalam simfoni. Kedalaman musik dan atmosfer Alto tak tertandingi oleh tempat lain."
“Kami sangat menyambut kedatangan musisi lain, karena hanya darah segar yang dapat membuat musik Alto terus maju tanpa henti.” Christoph tidak menolak.
Setelah mendapatkan persetujuan, Julian mengangkat segelas anggur ke arah Lucien: “Harus diakui, serenademu lebih baik dariku. Aku akan belajar darimu dan berusaha menyusul.”
“Semoga kau berhasil.” Lucien mengangkat gelas air putihnya.
Musik dansa mengalun, sekumpulan gadis bangsawan berbusana mewah berkerumun di depan Lucien dengan aneka wewangian menusuk hidung.
“Tuan Ivens, aku ingin belajar piano. Bisakah Anda menari sambil memberikan bimbingan dasar piano?”
“Lucien, cara kamu memainkan piano penuh pesona. Aku sangat menyukainya. Aku ingin mengajakmu berdansa.”
“Tuan Ivens, lihatlah tanganku. Apakah cocok untuk belajar piano?”
……
Di tengah keributan suara, Lucien mengernyitkan sudut bibirnya. Bukankah seharusnya pria yang mengajak wanita berdansa?
Untungnya Felice datang menghampiri dengan senyuman, menyelamatkan Lucien dari situasi itu dan menemaninya menari tarian kecil yang formal.
Setelah berdansa, Lucien memilih mengambil gelas anggur dan pergi ke balkon untuk menghirup angin malam.
