Cahaya bulan perak yang samar dan indah menyinari malam yang sunyi, ditemani desiran angin malam yang menghilangkan panas dan keramaian aula, membuat Lucien merasa segar dan penuh tenaga.
Dalam pemandangan malam balkon yang indah bak lukisan, tidak hanya Lucien yang berada di sana. Sepasang wanita dengan aura berbeda sedang berpelukan erat dan berciuman panas di dekat sudut. Cahaya bulan yang putih bersinar dan magis menerpa tubuh mereka, dipadukan dengan wajah cantik mereka yang tenggelam dalam kenikmatan, membentuk lukisan minyak yang suci dan indah, membuat orang tidak tega mengganggu.
Lucien tersenyum canggung, lalu mundur perlahan sambil masih memegang gelas anggurnya.
Tapi Natasha adalah Ksatria Besar tingkat lima, bagaimana mungkin kedatangan Lucien bisa luput darinya. Dia menghentikan keintiman, melindungi Silvia yang wajahnya merah padam dan terengah-engah di belakangnya, alis ungu yang tegas dan cantiknya terangkat: "Lucien, ekspresimu seperti apa itu? Ada komentar?"
"Ada satu," kata Lucien setengah bercanda, "Tolong jangan merusak mataku."
Natasha tertawa kecil, menunjuk diri sendiri lalu ke Silvia, berbisik, "Bukannya kami cantik?"
"Eh, kalau begitu ganti cara ngomongnya." Lucien yang sudah cukup akrab dengan Natasha selama ini bercanda, "Tolong jangan lukai jiwaku."
Natasha tampak puas dengan pola interaksi ini, senyumnya rileks dan santai, "Di balik sikap tenangmu sebenarnya ada orang yang menarik, cocok jadi teman. Ngomong-ngomong, kebetulan ada sesuatu yang mau kubicarakan." Sambil bicara, ia menggandeng Silvia yang menunduk dalam-dalam menuju aula, Lucien mengikuti dari belakang.
Setelah itu Natasha menghibur Silvia beberapa patah kata, membuatnya tertawa kecil lalu berjalan sendiri ke lingkaran musisi.
“Bisakah kau menari sekali denganku, Lucien? Kita bicara sambil menari.” Natasha membungkukkan tubuhnya yang tinggi dan berisi, mengulurkan tangan kanan dengan penuh pesona.
Lucien tidak bergerak, menatap serius selama beberapa detik: "Yang Mulia Putri Mahkota, tidakkah kau merasa pose ini bermasalah?"
"Benarkah? Oh, aku terbiasa, lupa kau seorang pria." Natasha tersadar, menarik kembali tangan kanannya, berdiri anggun menunggu undangan Lucien.
Musik telah berubah menjadi melodi khas tarian berputar, Lucien mengulurkan tangan kanan dengan tata krama yang baru dipelajarinya: "Yang Mulia Putri Mahkota, sudikah kau menari bersamaku?"
"Tentu saja, kau adalah penasihat musik terbaik." Natasha meletakkan tangannya di telapak Lucien, kemudian bersama-sama menuju pusat aula dan mulai menari tarian berputar.
“Sepasang pria tampan dan wanita cantik, juga tarian dua Ksatria, seharusnya sangat harmonis dan penuh keindahan, tapi baik Natasha maupun Lucien tidak berpikir demikian.”
“Lucien, kau menginjak kakiku lagi.”
“Yang Mulia Putri Mahkota, Paduka yang salah melakukan langkah tarian, ini untuk pria...”
“Benarkah? Aku kurang terbiasa menari seperti ini.”
“Paduka menginjakku, Yang Mulia Putri Mahkota. Kekuatan Paduka sungguh luar biasa...”
“Sebenarnya, Lucien, bagaimana jika kau yang melakukan langkah wanita? Ini bisa menyelesaikan semua masalah.”
“...Lebih baik Yang Mulia Putri Mahkota terus menginjakku saja.”
Setelah susah payah mencapai harmoni, Lucien mulai membahas urusan resmi: “Yang Mulia Putri Mahkota, ada keperluan apa dengan saya?”
“Hehe.” Natasha tertawa kecil terlebih dahulu, seolah agak malu, “Silvia hari ini mendengar komposisi piano pendekmu dan melihat penampilanmu bermain, dia sangat terkesan dengan piano. Jadi dia memintaku untuk memainkan komposisi piano bertema cinta di hari ulang tahunnya menjelang Tahun Baru.”
“Bagus, Yang Mulia Putri Mahkota sudah punya arah penciptaan. Apakah perlu saya memberikan bimbingan teknik khusus dalam memainkan piano?” Lucien bertanya santai, tidak merasa ini urusannya.
Natasha tertawa kecut lagi: "Tapi saat ini kepalaku penuh dengan melodi heroik yang bergelora, sama sekali tidak bisa menemukan inspirasi untuk menulis karya piano semacam ini. Lucien, kamu juga musisi, pasti mengerti betapa kering dan membosankannya karya yang dibuat dengan paksa tanpa inspirasi. Aku tidak ingin asal-asalan menghadapi Silvia."
"Apakah Yang Mulia Putri Mahkota ingin aku yang membuatkannya? Bukankah ini justru lebih asal-asalan terhadap Silvia? Masih ada hampir dua bulan, tidak perlu khawatir, pasti bisa menemukan inspirasi asalkan kamu serius merenungkan manis dan pilu dalam cintamu sendiri." Jawaban Lucien terdengar tidak percaya, lalu disusul sindiran khas pada sahabat karibnya, "Aku selalu menganggap Yang Mulia Putri Mahkota sebagai ksatria yang jujur, pemberani, dan bermoral baik."
Natasha tertawa terbahak-bahak untuk menutupi kegelisahannya: "Tentu, aku sangat jujur, pemberani, dan bermoral. Tapi Lucien, tidakkah kau sadar? Silvia hanya memintaku memainkan komposisi piano pendek, bukan menciptakannya. Tentu saja komposisi piano baru yang indah dengan nuansa cinta adalah pilihan terbaik."
"Jadi, 'Untuk Silvia'?" Lucien teringat sebuah komposisi musik yang familiar, bertanya dengan makna ganda.
Natasha mengangguk cepat: "Ya, untuk Silvia. Lucien, aku akan berusaha menciptakan sendiri dulu. Tolong selama dua bulan ini kau juga mencoba menggubah komposisi piano yang memenuhi kriteria. Jika aku benar-benar kehabisan inspirasi, akan kugunakan karyamu. Setelah selesai memainkannya, akan kuakui pada Silvia... eh, mungkin besoknya baru kuakui?"
“Jika kita sama-sama tidak memiliki inspirasi, maka carilah karya musisi masa lalu. Yang Mulia Putri Mahkota tahu saya tidak punya pengalaman cinta.” Lucien tiba-tiba teringat hal lain, “Karena itu, demi kelancaran penciptaan, saya ingin meminjam novel cinta ksatria-bangsawan dari perpustakaan Anda. Itu bisa membantu saya membayangkan kisah cinta. Selain itu, saya juga ingin membaca buku-buku lain seperti sejarah, budaya, dan tradisi negara-negara benua lain. Mungkin saya bisa mendapatkan inspirasi dari sana. Nuansa asing selalu memberi kesegaran baru. Sayangnya koleksi serupa di perpustakaan musik dan perpustakaan Mr. Viktor terlalu sedikit.”
Lucien sudah lama mengincar perpustakaan Natasha yang merupakan bagian dari sistem perpustakaan Istana Latasha. Di sana pasti terdapat data terperinci tentang benua yang sangat penting untuk rencana dan perjalanannya di masa depan.
Natashia tersenyum gembira, cantik berkilauan: "Seperti keinginanmu, ini hal yang sangat mudah. Tapi di dalamnya ada banyak buku biasa peninggalan Kekaisaran Magis Kuno Hilvanas. Tulisan yang digunakan sangat berbeda dengan literasi zaman sekarang, perlu aku cari sarjana untuk menerjemahkannya? Atau tidak usah dibaca juga tidak masalah?"
"Mungkin sejarah saat itu sangat berbeda dengan sekarang, bisa lebih memicu inspirasi? Karena itu, Yang Mulia Putri Mahkota tolong carikan penerjemah." Lucien hampir tak bisa mengendalikan emosinya, ini keberuntungan yang sama sekali tak terduga!
Asalkan ada kesempatan memasukkan buku-buku itu ke perpustakaan jiwa, lalu membandingkan dengan versi terjemahan, meski lambat, tapi bisa mulai belajar bahasa Kuno Hilvanas secara otodidak!
Tingkat pengetahuan Lucien saat ini sudah ditingkatkan hingga setara pendidikan universitas umum melalui perpustakaan jiwa. Tapi sisa buku di dalamnya masih tersegel, tak bisa dibaca, sehingga hanya bisa mengulang dan memperkuat pemahaman.
Dalam pembelajaran sihir, Lucien juga menunjukkan kemajuan yang sama. Sihir tingkat pemula, penyusunan perangkap sihir, penataan formasi sihir, dasar-dasar alkimia, serta berbagai pengetahuan astrologi telah sepenuhnya dianalisis dan dikuasai dengan mahir olehnya. Andai saja energi spiritualnya belum mencapai tingkat magang sihir tingkat tinggi, Lucien sebenarnya sudah bisa mulai mencoba mencapai tingkat Penyihir Gelap Sejati. Ini justru bertolak belakang dengan magang sihir lainnya yang pengetahuan mereka tidak mampu mengimbangi peningkatan energi spiritual.
Sebelum mencapai status Penyihir Gelap Sejati, menginterpretasikan konten lanjutan dari "Buku Astrologi dan Elemen", menganalisis beberapa Sihir lingkaran pertama tambahan, serta menguasai lebih banyak pengetahuan sihir - semuanya akan membantu dalam terobosan ini. Masalah utamanya sebelumnya adalah Lucien sama sekali tidak memahami aksara kuno Hillvanas, ditambah ketidakmampuannya untuk menghadiri pertemuan komunitas sihir guna bertukar informasi dengan anggota lain.
Oleh karena itu, menemukan hal bagus seperti ini, bagaimana mungkin Lucien tidak bersemangat. Namun begitu teringat Natasha adalah Ksatria Besar level lima, dansa berpelukan seperti sekarang ini, perubahan besar perasaannya dan detak jantung yang semakin cepat pasti sulit disembunyikan darinya. Lucien pun berusaha keras meredamnya, alhasil salah melangkah dan kembali menginjak kaki Natasha.
"Lucien, kamu benar-benar seharusnya menari dengan langkah dansa wanita sejati." Natasha sedikit mengeluh pada Lucien.
Setelah bernegosiasi tentang persoalan, serenada mendekati akhir. Dengan sedikit permintaan maaf dan rasa penasaran, Natasha bertanya: "Lucien, selain mengadaptasi Kanon D Mayor dan melengkapi potongan piano ini menjadi serenada instrumental sejati, apakah kamu masih punya rencana mencipta lainnya? Apakah permintaanku ini akan mengacaukan niatmu?"
“Hmm, dalam peristiwa penculikan ini, perasaan sedih, tegang, dan keteguhan tidak mau menyerah yang kurasakan memberi saya inspirasi untuk 'menggubah' sebuah sonata piano yang mengandung tema ini.” Lucien memanfaatkan pertanyaan Natasha untuk menyampaikan idenya, mempersiapkan landasan untuk "penggubahan" di masa depan. Saat ini yang terpenting adalah konser, lalu pergi. Masalah lain bisa ditunda dulu.
Natasha menatap Lucien dengan serius: "Tema seperti tidak mau berkompromi dengan kejahatan memang keahlianmu. Saya sangat menantikannya. Tapi Lucien, jawablah dengan jujur: apakah permintaan saya mengganggu proses kreatifmu? Jika iya, saya minta maaf. Bukan sengaja."
"Tidak sama sekali. Menggubah sonata tidak bisa diselesaikan dalam dua tiga bulan. Menulis karya piano kecil justru membantu saya rileks dan mendapat lebih banyak inspirasi." Lucien tersenyum. Tentu saja dia tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sudah mulai menanti-nanti kunjungan ke Istana Latasha hari Selasa depan dan koleksi buku-buku di sana. Mana mungkin melewatkan kesempatan ini!
Saat itu, musik dansa berakhir. Natasha tersenyum manis: "Kalau begitu aku lega. Besok akan memerintahkan para sarjana untuk menerjemahkan sebagian buku."
Meninggalkan pusat aula, Lucien bertemu Rhine yang sedang membawa anggur merah seperti darah. Rhine mengangkat gelas: "Karya piano yang bagus. Aku semakin menantikan konsermu. Oh ya, Lucien, barangmu itu sudah kuhancurkan."
"Ka, karpet?" Lucien hampir menyebut ruang bawah tanah, berhasil mengalihkan ucapan. Perasaan gembira menyergapnya.
Laboratorium sihir menjadi beban terberat Lucien belakangan ini. Jika tidak dicurigai, masih bisa ditolerir. Tapi sekali dicurigai, sementara Gereja belum menemukan jejak Professor setelah pengamatan lama, kemungkinan besar akan melakukan pencarian diam-diam. Itu sangat berisiko terbongkar. Oleh karena itu Lucien selalu menunggu kesempatan untuk menghancurkan laboratorium sihir. Tak disangka Rhine sudah membantu. Kerugian material dan barang-barang di dalamnya sama sekali tidak penting.
Rhine tersenyum mengangguk: "Aku tidak ingin hal-hal ini mengganggumu. Ketahuilah, aku sangat berharap melihat seorang musisi besar muncul."
"Tapi, aku hanya ingin menjadi Penyihir Gelap..." Lucien memandang Rhine yang berlalu sambil bergumam dalam hati dengan perasaan pasrah.
Dengan partisipasi dan kepemimpinan Natasha, serta serenada baru karya Lucien dan Julian yang megah, indah, dan elegan, upacara kedewasaan Felice berlangsung sempurna dan menjadi topik hangat di kalangan bangsawan untuk waktu yang lama. Hal ini membuat Felice dipenuhi rasa syukur pada Lucien sehingga menghapus "utang"-nya.
Menggunakan hanya sepuluh keping Emas Taler untuk hal seperti ini, benar-benar sangat menguntungkan!
