Pagi hari berikutnya, untuk membawa partitur karya pendek piano ke Joseph guna pendaftaran, Lucien bangun melakukan olahraga, menyantap sarapan yang disiapkan pelayan dapur, lalu berjalan kaki menuju Asosiasi Musik di distrik administratif.
Saat ini hampir pukul sembilan, jalanan luas dipenuhi alunan musik indah yang memantapkan reputasi Alto sebagai ibukota musik. Yang membuat Lucien terhibur dan heran, bagian pertama Serenade Gesek G Major yang baru dimainkannya tadi malam sudah terdengar di setiap sudut: "Apakah ada musisi yang menjual partitur kepada penyair pengembara atau pengamen jalanan agar mereka punya lebih banyak repertoar?"
Harus diakui, dalam hal hiburan, kepopuleran, dan kemudahan penyebaran, lagu ini memang lebih unggul dibanding Simfoni Takdir.
Dalam suasana bermusik, Lucien memasuki lobi Asosiasi. Alena yang bertugas di resepsi hari ini langsung memberikan kode mata penuh arti saat melihatnya, menyuruh Lucien mendekat.
"Alena?" Lucien berdiri di depan konter kayu, bertanya pelan dengan heran.
Alena menutupi mulutnya sambil tertawa kecil sebelum berkata: "Lucien, sudah ada beberapa wanita bangsawan yang mencari Anda sebelumnya, ingin belajar piano dan musik dari Anda. Hehe, di antara mereka ada Yvete, teman baik Nona Felice. Oh iya, ini surat-surat dari musisi di negara sekitar yang ingin berdiskusi dengan Anda tentang penciptaan simfoni."
Kebetulan baru-baru ini edisi terbaru 《Music Review》 dan 《Symphony Herald》 telah sepenuhnya didistribusikan di negara-negara di bagian tengah dan barat benua, dan memasuki periode umpan balik dari 'pembaca'.
Lucien menerima segenggam surat itu, melirik ke lantai atas dengan sedikit kekhawatiran terhadap Yvete dan yang lainnya. Setelah berpikir sejenak, dia langsung berkata pada Alena: "Alena, untuk kejadian serupa di kemudian hari, beri tahu mereka bahwa karena saya sedang fokus menciptakan sebuah lagu, maka dalam setahun ke depan selain menjabat sebagai penasihat musik Yang Mulia Putri Mahkota, saya tidak akan menerima undangan apa pun atau menerima murid musik. Hehe, dasar-dasar musik saya sendiri masih sangat lemah."
“Tuan Ivens, apakah Anda sudah mendapat inspirasi baru untuk menciptakan lagu?” Casey di samping yang mendengar percakapan mereka membuka mata lebar-lebar, memandang Lucien dengan penasaran. Bukankah katanya dia baru saja mengadaptasi sebuah kanon dan menciptakan komposisi piano pendek? Apakah inspirasinya benar-benar tak pernah habis?
Lucien mengangguk, menjawab bercanda: “Hehe, karena aku ingin segera memiliki konser milikku sendiri.” Ini sekaligus persiapan untuk hal-hal di masa depan.
“Sungguh mengagumkan dan membuat iri.” Casey dan Alena serentah menghela napas kagum.
Kemudian Alena bertanya dengan ragu-ragu: “Lucien, benarkah kamu tidak menerima murid musik akhir-akhir ini? Dulu aku pernah bilang, akan belajar musik padamu setelah kamu menjadi musisi.”
Lucien tersenyum menjawab: “Kita kan teman, Alena. Jika ada pertanyaan tentang musik, silakan tanya padaku. Tapi tahun ini benar-benar tidak ada waktu untuk mengajar murid.”
Sebenarnya Lucien sedang melindungi Alena secara implisit. Jika dirinya sampai ke markas besar Majelis Sihir dan kabar ini didapatkan pihak Gereja, teman biasa mungkin masih aman. Jika John menjadi Ksatria, keluarganya juga tidak masalah besar. Tapi murid musiknya pasti akan menghadapi masalah serius.
"Terima kasih, Lucien." Alena sudah cukup puas bisa mendapatkan janji seperti ini.
Kemudian Lucien menyerahkan partitur kepada Alena, menyuruhnya mendaftarkan ke Joseph. Sementara dirinya bersiap ke ruang musik lantai empat untuk berlatih, menghindari para putri bangsawan yang sedang menunggu.
Tapi baru saja Alena naik tangga, kereta kuda ungu tua yang sederhana dari Natasha sudah tiba di luar Asosiasi Musik.
"Yang Mulia Putri Mahkota mengundang Tuan Ivens. Sebagian buku tidak perlu diterjemahkan, Anda bisa langsung membacanya." Kusir itu menyampaikan pesan Natasha dengan sopan kepada Lucien.
Lucien tersenyum sambil menggelengkan kepala, Natasha memang selalu terburu-buru. Begitu memutuskan sesuatu, ia langsung bertindak tanpa ragu-ragu.
Namun hal ini justru sesuai dengan keinginan Lucien, maka tanpa menolak ia pun naik ke kereta kuda.
※※※
Di dalam ruang kerja "Galeri Perang", Natasha yang mengenakan gaun istana hitam mengajak Lucien berjalan di antara deretan rak buku sambil menjelaskan: "Di sana koleksi novel ksatria, bagian itu untuk opera klasik, area tersebut menyimpan literatur sejarah berbagai negara, dan di situ terdapat buku perjalanan..."
Setelah menjelaskan tata letak koleksi, Natasha menunjuk seorang pria paruh baya di dekat meja dekat jendela: "Beliau adalah Tuan Beck, sejarawan ternama dan ahli bahasa kuno dari Keluarga Hill. Kusengaja mengundangnya untuk menerjemahkan literatur Kekaisaran Sihir Kuno yang menggunakan sistem literasi kuno untukmu."
Di usia belum genap lima puluh tahun, Beck sudah mengalami kebotakan dengan rambut uban yang jarang tersisa. Wajahnya yang mulai melebar itu selalu disertai kacamata tebal.
“Halo, Tn. Beck, terima kasih atas bantuannya.” Lucien menyapa dengan sopan.
Beck telah berdiri sejak Natasha masuk, membalas dengan tata krama terlatih: "Merupakan kehormatan melayani Yang Mulia Putri Mahkota dan membantu Tuan Ivens. Saat ini saya sedang menerjemahkan 《Kumpulan Puisi Pahlawan Zaman Kegelapan》 yang berisi syair-syair agung tentang pahlawan-pahlawan yang muncul di bawah bimbingan Tuhan Kebenaran untuk menggulingkan kekuasaan Penyihir Gelap."
Lucien melihat buku berkulit hitam dengan gaya dekorasi berbeda di meja, pura-pura mengangkatnya sembari membuka cepat: "Benar-benar literasi yang rumit dan jahat."
《Kumpulan Puisi Pahlawan Zaman Kegelapan》 ini langsung tersimpan lengkap di perpustakaan jiwa Lucien dengan klasifikasi rak "Sastra Kuno".
Karena Lucien hanya membalik-balik buku secara sembarangan tanpa niat membaca dengan serius, baik Natasha maupun Baker sama sekali tidak mencurigainya.
Baker tersenyum: "Banyak dokumen dari reruntuhan dan literatur kuno menggunakan aksara jahat ini, jadi kami harus mempelajarinya. Asalkan mencegah penyebaran aksara jahat ini ke rakyat biasa. Tuan Ivens, sebagai penganut yang taat, kuharap terjemahan karyaku dapat memberimu inspirasi untuk menciptakan komposisi agung yang memuji Tuhan dan para pahlawan."
"Aku juga berharap mendapat inspirasi semacam itu," jawab Lucien dengan senyum basa-basi. Bagaimana mungkin menulis "Bangkitlah, budak yang kelaparan... berjuanglah demi kebenaran"?
Setelah beberapa kalimat obrolan, Baker kembali fokus pada pekerjaan terjemahannya. Lucien "iseng" membuka-buka buku Kekaisaran Sihir Kuno lainnya: "Yang Mulia Putri Mahkota, mengapa buku-buku ini belum diterjemahkan? Apakah Paduka tidak membacanya sehari-hari?"
“Para bangsawan yang pernah belajar di biara semuanya memahami literasi Kekaisaran Magis Kuno Hilvanas, aku tidak memerlukan terjemahan.” Natasha melihat Lucien membalik-balik buku dengan cepat seolah memeriksa kualitas, menjelaskan pertanyaannya dengan santai, “Baiklah Lucien, buku-buku yang tidak boleh kau baca sudah kuperintahkan Ksatria untuk disingkirkan. Sisanya di perpustakaan bisa kau baca sesukamu. Aku akan ke ruang musik untuk mencipta lagu, jika ada masalah akan kudatangimu.”
Setelah Natasha pergi, Lucien segera melahap buku-buku Bahasa Umum di perpustakaan dengan penuh semangat. Untuk menghindari kecurigaan, dia tidak lagi membalik halaman secara cepat melainkan membaca dengan sangat serius.
Setelah lebih dari sebulan melakukan pembacaan intensif, Lucien akhirnya terbebas dari kebingungan tentang dunia ini sejak perjalanan lintas waktunya, memperoleh pemahaman baru tentang situasi benua.
“Karena para penyihir kuno mendapatkan kekuatan sihir melalui analisis dan simulasi kemampuan berbagai makhluk sihir, mereka melakukan eksperimen manusia berdarah-darah secara terus-menerus. Mereka mencoba menyatukan berbagai jenis darah ke dalam tubuh manusia. Setelah kematian tak terhitung orang dan hampir semua manusia yang hidup memiliki darah non-manusia, penelitian di bidang ini mencapai puncaknya. Namun kekuasaan para penyihir juga berada di ambang kehancuran ketika rakyat di seluruh benua dan produk eksperimen dengan kekuatan darah kuat mulai memberontak.”
“Sebenarnya mereka tidak mungkin mengalahkan penyihir-penyihir kuat itu sendirian. Tapi Gereja Kebenaran yang berkembang diam-diam akhirnya muncul ke permukaan. Dengan kekuatan yang sebanding dengan Kekaisaran Sihir, mereka memimpin para bangsawan berdarah untuk menggulingkan kekaisaran sihir. Tahun ini menjadi awal Tahun Suci, diikuti oleh ‘Perang Fajar’ yang berlangsung lebih dari empat ratus tahun.”
Karena sudah melalui proses seleksi, literatur yang dilihat Lucien menggambarkan para Penyihir Gelap sebagai sosok jahat dan mengerikan, sementara para pahlawan digambarkan sebagai figur yang heroik dan mengharukan.
"Keluarga Violet awalnya merupakan Pangeran Marcher di wilayah barat Kekaisaran Suci Heilz, menguasai Ordo Ksatria yang kuat. Pada fase ekspansi ke barat di akhir 'Perang Fajar', mereka bekerja sama dengan Gereja untuk merebut Alto - kota penting terakhir Kekaisaran Sihir - kemudian dianugerahi gelar Adipati dan memisahkan diri dari Kekaisaran Suci Heilz."
"Pada Tahun Suci 425, Gereja mengadakan Konsili Agung di Kota Suci Rennes untuk membahas tahap akhir 'Perang Fajar', mempersiapkan penghancuran makhluk-makhluk jahat yang bersembunyi di Pegunungan Kegelapan serta negara-negara dewa jahat di barat laut pegunungan tersebut. Namun dalam konsili ini, terjadi perselisihan antara sebagian Kardinal yang telah lama merencanakan dengan Paus mengenai deskripsi Tuhan Kebenaran. Mereka kemudian kembali ke utara, dengan bantuan kekuatan Kekaisaran Shathlan dan bangsawan kerajaan-kerajaan utara lainnya, secara de facto memisahkan diri dari Kota Suci dan mengakhiri ekspansi barat Gereja sebelum waktunya."
Saat membaca catatan-catatan ini, Lucien baru menyadari aliran mana yang dimaksud dengan istilah 'bidah' yang sering disebut-sebut oleh Natasha.
Menanggapi pertanyaan Lucien tentang mengapa Gereja tidak melanjutkan ekspansi ke barat atau menyerang makhluk jahat di Pegunungan Kegelapan maupun negara-negara dewa jahat tersebut, Natasha menjawab dengan tiga kalimat penuh makna:
"Di mata mayoritas umat beriman, bidah lebih menjijikkan daripada kafir."
"Benteng utara yang berbatasan dengan Kekaisaran Shahran di Kadipaten ditempati seluruh Ordo Ksatria Pedang Suci."
"Mengapa para Kardinal itu memilih memisahkan diri? Hehe, sekarang selain Paus dan Paus sekte sesat utara, tak ada yang tahu jawaban pastinya."
Dari buku-buku sejarah ini, Lucien juga mengetahui bahwa Kadipaten Viorate, Kerajaan Syracusae, dan provinsi utara Kekaisaran Suci Heilz adalah garis terdepan melawan bidah.
Di seluruh benua, selain dua kekaisaran besar, terdapat Kekaisaran Gustav di selatan. Namun karena keluarga kekaisaran telah kehilangan kendali atas bangsawan dan lord besar, mereka hanya bisa disebut kekaisaran secara formal. Adapun kerajaan-kerajaan lain, kadipaten, county, federasi kota merdeka, termasuk yang memuja sekte sesat utara, totalnya hampir 60 negara.
Selain itu, di timur benua terdapat "laut pedalaman" mirip Mediterania bernama "Selat Badai". Ibu Natasha adalah putri dari kerajaan di seberang.
Namun mengenai negara di seberang "Selat Badai", semua buku dan literatur yang dilihat Lucien hanya mencatat secara sangat singkat, hampir sama dengan tidak ada.
※※※
Dua minggu sebelum Tahun Baru, di luar angin dingin menderu. Lucien duduk di depan perapian ruang tamu, menghangatkan tubuhnya, sambil membiarkan kursi malasnya bergoyang perlahan. Ia terus menginterpretasi "Buku Astrologi dan Elemen" seolah-olah tertidur.
Pencapaian terbesar Lucien selama periode ini adalah menguasai tulisan Kekaisaran Sihir Kuno yang umum digunakan!
