Di era yang minim hiburan populer seperti ini, penampilan penuh daya ledak dan magnetis tadi memberikan pukulan dahsyat bagi semua orang. Baik bangsawan maupun rakyat biasa seakan tersulut, menjadi begitu bergairah.
“Aku tadi sampai merasa hampir tidak bisa bernapas, Kak.” Lily berkata pada Sara dengan perasaan campur aduk antara trauma dan semangat, “Versi 《Takdir》 yang pernah kudengar sebelumnya sangat jauh berbeda dengan 《Takdir》 di bawah arahan Tuan Ivens.”
Sara menjawab penuh semangat: “Benar! Hanya Tuan Ivens yang bisa mengekspresikan semangat pantang menyerah dan kehendak untuk mengatasi kesulitan dalam lagu ini sepenuhnya, membuat jiwaku kembali mengalami penyucian.”
“Karena ini adalah karya Tuan Ivens sendiri! Dan cara mengarahkannya tadi penuh gairah, seolah seluruh dirinya menyatu dengan musik.” Lily tidak menyembunyikan kekagumannya pada Lucien.
“Cara mengarahkan Tuan Ivens benar-benar unik! Tidak menyangka bisa dilakukan seperti ini. Konduktor sebelumnya terlalu kalem.” Sara mengulang kesimpulan yang terus diucapkan semua orang di sekitar.
Dibandingkan dengan para Tuan yang memiliki pemahaman musik tinggi, orang-orang seperti mereka yang menyukai musik namun tidak banyak memahami justru paling bisa menerima perubahan gaya konduktor Lucien, dan dengan cepat menyukai gaya mengarahkan yang penuh gairah tersebut.
※※※
"Lucien tadi berperilaku seperti orang gila, sedangkan ini adalah kuil musik yang elegan!" Setelah terkesima dengan cara mengarahkan yang tak terduga, Pangeran Verdi pertama kali mengkritik metode konduktor Lucien.
Ini adalah pemikiran bersama banyak musisi kolot dan kaku. Mereka sulit menerima gaya konduktor Lucien yang bertentangan dengan pendidikan musik masa lalu mereka. Dia terlalu gila!
Dapat diprediksi bahwa esok hari akan muncul banyak artikel kritik di 'Ulasan Musik' dan 《Symphony Herald》.
Natasha menggelengkan kepala dengan agak bersemangat: "Tidak, sepupu Verdi, menurutku ini adalah gaya konduktor paling cocok untuk Simfoni Takdir. Barusan adalah penampilan 'Takdir' paling sempurna yang pernah kudengar, tidakkah kau setuju?"
Di hadapan Sang Adipati dan Kardinal, Pangeran Verdi tidak bisa berbicara sembarangan tanpa mempertahankan martabatnya. Ia mengerutkan alis: "Ini memang pertunjukan Simfoni Takdir terbaik yang pernah ada, tapi menurutku ini adalah hasil kerja keras kelompok musik. Fakta bahwa gaya konduktor Lucien tidak mengganggu penampilan mereka hanya membuktikan bahwa kelompok musik ini memiliki konduktor utama yang baik."
"Tuan Pangeran, justru menurut saya konduktor Lucien telah membakar emosi kelompok musik, membuat mereka beresonansi dengan musik, sehingga tercipta efek yang begitu sempurna. Harus diakui, gaya konduktor seperti ini sangat cocok untuk musik bertema. Ia pasti akan menjadi populer seiring perkembangan musik bertema." Christophorus memberikan komentarnya dengan otoritas tertinggi sebagai musisi legendaris.
Lalu dia tersenyum dan menunjuk masalah dalam diri Lucien: "Tapi harus diakui, gaya konduktor Lucien tadi memang terlalu berlebihan. Hampir berubah dari positif ke negatif. Dia perlu belajar mengendalikan diri. Bertingkah seperti orang gila bukanlah hal yang baik. Tentu saja, sebagai seorang musisi yang pertama kali naik panggung, dan sedang mencoba gaya konduktor yang belum pernah ada sebelumnya, cacat kecil seperti ini masih bisa ditoleransi dan diterima. Untuk anak muda, kita harus bisa lebih mengapresiasi."
Selain memiliki pengetahuan lebih tentang perkembangan musik dan melodi lagu dibanding musisi dunia ini, Lucien bukanlah seorang jenius musik sejati. Paling-paling kepekaan musiknya sedikit lebih baik dari orang biasa. Oleh karena itu, gaya konduktor yang terbentuk setelah beberapa bulan percobaan masih sangat mentah, dengan banyak masalah seperti membuat gerakan konduktor terlihat terlalu gila hingga kehilangan estetika. Tapi seperti yang dikatakan Christophorus, pencapaian seperti ini untuk pertama kalinya sudah sangat luar biasa. Lucien sendiri cukup puas, bagaimanapun ini adalah sesuatu yang murni berasal dari dirinya sendiri.
Dengan penilaian positif dari maestro paling otoritatif di dunia musik Christophorus, Verdi tidak banyak berkomentar. Ia memalingkan wajah menghindari senyum kemenangan Natasha. Sementara Adipati Woriot sambil memegang daftar lagu berkata, "Sebenarnya saya sangat menyukai gaya konduktor Lucien tadi. Dia seperti personifikasi perjuangan kita semua melawan kejahatan dan kesulitan, sehingga terlihat begitu liar dan intens. Oh, bagian belakang Lucien semuanya resital piano solo?"
Dengan perkataannya itu, para bangsawan serentak mengambil daftar lagu.
"Sebelumnya saya hanya melihat sekilas, mengetahui daftar lagu yang ada tanpa memperhatikan urutannya. Saya kira Tuan Ivens akan menggunakan Simfoni Takdir sebagai lagu penutup," kata Pangeran Syracusae, Adipati Tiria Michael dengan kebingungan.
Dari pengaturan konser normal, penutup pasti adalah sebuah simfoni dan yang terbaik. Oleh karena itu semua orang secara tidak sadar mengira Lucien pasti akan menempatkan Simfoni Takdir di akhir untuk mengakhiri konser dengan gemilang. Tapi siapa sangka Lucien justru memainkan "Takdir" di bagian kedua.
Christophorus tersadar dan berkata dengan sedikit keheranan, "Bagian selanjutnya semua piano solo. Pengaturan konser seperti ini terasa berat di depan ringan di belakang."
Uskup Salder yang setengah memejamkan mata tersenyum ramah, "Pemuda ini bukan bodoh. Karena berani mengatur seperti ini, pasti dia sangat percaya diri dengan piano solonya. Mungkin ada perubahan mirip gaya konduktor sebelumnya. Mari kita sabar menunggu. Tuhan memberitahu kita, jangan pernah menganggap orang lain bodoh, atau diri sendiri yang akan jadi bodoh sejati."
"Pasti, Lucien pasti menyiapkan sesuatu yang baru lagi," kata Natasha dengan sangat setuju.
Panggung di atas panggung telah dikosongkan, sebuah piano dipindahkan ke atas, tetapi posisinya tidak menghadap penonton melainkan menyamping ke arah luar.
"Sepertinya benar-benar ada perubahan..."
Hanya dengan penyesuaian posisi piano, para bangsawan dan musisi di Aula Himne Suci langsung dipenuhi antisipasi yang kuat.
※※※
Beberapa menit setelah Simfoni Takdir berakhir, Piola dan lainnya di alun-alun kota sama seperti penonton di sekitarnya, masih membahas setiap detail musik dan konduktor dengan penuh semangat dan kegembiraan.
Ketika piano sudah siap, barulah mereka diam, menunggu kehadiran Lucien sambil sedikit bingung: "Mengapa piano diposisikan menyamping menghadap kita?"
Kebingungan itu belum sempat terucap, Lucien yang mengenakan tuksedo hitam dengan postur tegap dan tampan sudah berjalan tenang dari belakang panggung. Ia membungkuk dalam-dalam ke arah penonton sebelum duduk di depan piano.
Tangan-tangannya menekan tuts piano, melodi indah dan merdu mengalir keluar.
"Itu Kanon D Mayor, Tuan Ivens telah mengadaptasinya menjadi komposisi piano." Sharon langsung mengenali lagu itu begitu mendengar melodi indah yang familiar.
Meski sederhana, Kanon D Mayor ini merupakan salah satu komposisi yang pantas disebut klasik di antara semua karya musik, serta tersebar luas dengan berbagai adaptasi untuk alat musik berbeda.
Melodi berulang yang berputar-putar ditampilkan dalam suara berbeda, saling mengejar dan meniru, begitu indah bagaikan nyanyian malaikat, menenangkan kegembiraan, ketegangan, kegelisahan, dan kelelahan mendalam yang dibawa oleh "Takdir" pada penonton, membuat mereka rileks dan menikmati keindahan musik dengan nyaman.
Profil wajah Lucien yang seperti patung dengan garis-garis tegas, serta tangan-tangannya yang lincah bergerak di atas tuts piano, meninggalkan kesan mendalam bagi penonton, seolah memancarkan keanggunan yang sulit diungkapkan kata-kata.
Melodi piano yang berlangsung lebih dari tujuh menit berakhir, disambut gemuruh tepuk tangan bagai ombak. Meski tidak seintens dan sebergairah sebelumnya, namun memancarkan sukacita yang tulus dari hati.
Piola masih menikmati komposisi piano tadi: "Tuan Ivens tampaknya melakukan modifikasi kecil pada melodi, membuat Kanon D Mayor ini semakin indah. Sensasi yang dihasilkan piano benar-benar berbeda dengan biola maupun harpa."
"Ya, meski Kanon D Mayor yang dimainkan dengan piano tidak semerdu biola atau harpa, namun lebih murni dan penuh. Setiap not yang melonjak seolah tetesan air yang bulat sempurna," Grace memandang dinding kristal dengan penuh kekaguman, dalam hati berbisik, "Dan penampilan Tuan Ivens saat memainkan piano sungguh memesona."
Di ruang VIP, Natasha memperhatikan jari Lucien yang menekan tuts piano dengan ritmis, tersenyum penuh makna namun agak geram: "Ternyata penampilan dan gerakan tangan saat bermain piano begitu memesona, tak heran Lucien sengaja menempatkan piano secara miring agar penonton bisa melihat langsung. Seandainya aku melakukan ini saat bermain untuk Sylvie dulu, efeknya pasti lebih baik. Brengsek betul Lucien ini, tidak memberitahuku!"
"Hanya dengan perubahan posisi penempatan piano saja, sudah terlihat betul dedikasi Lucien untuk konser ini." Christophorus menghela napas kagum, "Adaptasi Kanon D Mayor untuk piano sangat bagus, sederhana namun indah, pasti akan menjadi karya klasik yang populer."
Usai Kanon D Mayor, Lucien tidak langsung berdiri memberi hormat. Ia tetap duduk di bangku piano, seolah sedang mempersiapkan sesuatu.
Kurang dari dua menit, di tengah gemuruh diskusi penonton, kedua tangan Lucien mulai bergerak lembut.
Setelah pembukaan yang ringkas dan lincah, gerakan tangan Lucien mulai semakin cepat. Not-not yang singkat dan bertenaga, jernih dan merdu terdengar berturut-turut, melompat cepat bagaikan penari.
"Ini sonata biola itu, tapi perubahan Tuan Ivens sangat besar. Hanya menggunakan bentuk sonata rondo dari Bagian Ketiga. Karya yang sangat sulit ini, apakah cocok untuk piano?" Sharon terlihat agak bersemangat dan khawatir, seolah terbawa musik.
Piola dan yang lain menghiburnya: "Pasti Tuan Ivens sudah berlatih sebelumnya, tak perlu gugup."
Melodi semakin cepat dan keras, kedua tangan Lucien yang menekan piano pun bergerak semakin gesit.
Nada ganda, skala cepat, lompatan besar tangan kiri-kanan - banyak teknik sangat sulit dipresentasikan Lucien dengan kemungkinan yang sulit dipercaya.
"Bukan seperti gerakan yang bisa dilakukan tangan manusia! Bukan seperti yang bisa dimainkan manusia!"
Sharon dan Grace menatap tangan Lucien dengan penuh keheranan dan ketidakpercayaan.
Penjarian yang memukau dan megah, serta melodi yang dahsyat membuat mereka dan seluruh penonton terhanyut, perlahan menjadi gila mengikuti alunan permainan Lucien.
Natasha di ruang VIP hampir bersiul: "Wah, teknik yang benar-benar gemilang, memiliki aura yang membuat orang gila."
Melodi semakin bergairah, not-not semakin melengking, semua penonton tersulut menjadi gila.
Ketika Lucien mengakhiri melodi dengan penjarian yang sangat sulit dan not yang keras, terdengar tepuk tangan yang bergemuruh seperti badai.
Komposisi piano yang begitu megah dan agung belum pernah ada sebelumnya! Permainan piano yang penuh gairah dan dahsyat seperti ini belum pernah tercipta!
Di kursi bawah, Sylvie dan para musisi yang ahli dalam piano mendengarkan dan melihat dengan terkejut, di dalam hati mereka muncul pemikiran yang serupa:
“Piano ternyata mampu menampilkan jangkauan nada seluas ini dan kekuatan dinamis yang begitu mengesankan!”
“Piano ternyata bisa dimainkan seperti ini!”
Persis seperti ketika Lucien menyelesaikan diriginya atas Pathétique tadi, komposisi piano yang virtuosik ini membuat semua orang mengenal kembali instrumen ini!
