Setelah mengganti tuksedo dengan jaket hitam biasa, Lucien meninggalkan Aula Himne Suci melalui pintu samping. Kabarnya di pintu utama banyak penggemar musik yang ingin bertemu "Tuan Ivens" yang memainkan karya begitu memukau.
Di sudut gelap dekat pintu samping, beberapa kereta kuda berjejer. Di depan kereta-kereta itu berdiri orang-orang yang tak asing bagi Lucien.
Perasaan haru dan perpisahan tiba-tiba menyergap. Lucien menarik napas pelan lalu berjalan menghampiri Viktor, Joel, dan yang lainnya.
“Selamat, Lucien, musik dan permainanmu melebihi dugaan saya. Kau adalah murid yang paling kusombongkan.” Viktor maju beberapa langkah dan memeluk Lucien, “Tapi kau terlihat tidak terlalu bersemangat dan gembira?”
Viktor dengan tajam menyadari emosi Lucien agak bermasalah.
Lucien berusaha tersenyum tipis: "Tiga lagu piano solo berturut-turut di akhir benar-benar melelahkan, baik secara fisik maupun jiwa." Paruh kalimat terakhir ditujukan pada John yang mengetahui kekuatan calon ksatria-nya.
Viktor tidak mencurigai: "Aku bisa mengerti, emosi sedihmu tadi masih belum kulupakan. Beristirahatlah yang cukup malam ini, besok malam kita adakan pesta perayaan. Karena jika ditunda beberapa hari lagi, aku sudah tidak akan berada di Alto."
"Guru Viktor, ke mana Bapak akan pergi?" Lucien baru pertama kali mendengar hal ini.
Viktor tersenyum lembut: "Setelah konser tahun lalu, saya sudah menerima banyak undangan. Tapi saat itu adalah periode krusial untukmu mempelajari dasar-dasar, jadi semuanya saya tolak. Sekarang Lucien sudah menjadi musisi sejati, waktunya saya melakukan perjalanan dan pertunjukan. Hehe, kalau tidak, saya bisa jatuh miskin. Felice dan Loth akan ikut bersama saya."
Dia tidak mungkin mengajak Lucien yang sudah memiliki identitas dan status sendiri.
"Benarkah?" Lucien bertanya balik secara tidak sadar. Melihat Viktor dan Felice sama-sama mengangguk, dia mengambil kesempatan untuk berpamitan, "Sebenarnya saya juga berencana demikian. Tanpa pengalaman hidup yang kaya dan melihat langsung pemandangan serta budaya berbagai daerah, saya rasa sulit menciptakan karya bagus. Karena itu saya berencana menerima undangan untuk melakukan riset lapangan keliling benua."
“Lucien, kamu bisa menjaga pikiran yang biasa, tidak sombong, dan berusaha mencari cara untuk menembus batasan diri sendiri, saya sangat puas dan senang.” Viktor berkata dengan gembira, “Semoga semuanya lancar untukmu. Tahun depan saya mungkin hanya bisa mengetahui kabarmu dari koran.”
“Semoga perjalanan Bapak juga lancar.” Lucien sekali lagi memeluk Viktor dengan perasaan perpisahan yang kuat.
Kemudian dia berbalik dan memeluk Joel serta Elisa bersama-sama: “Paman Joel, Bibi Elisa, mungkin saya tidak akan merayakan upacara kedewasaan di Alto.”
Ulang tahun Lucien jatuh pada tanggal 26 Juni setiap tahun.
“Anak elang yang tumbuh besar akan meninggalkan sarangnya untuk terbang sendiri. Meski kami merasa sedih, ini adalah hidupmu. Kami akan selalu bangga padamu, kau tak pernah mengecewakan kami.” Joel menepuk bahu Lucien sambil tersenyum, “Oh ya, selamat ya Lucien musisi kami! Permainanmu tadi penuh aura, dan musiknya tepat 'mengena' membuatku teringat masa-masa sulit saat pertama datang ke Alto.”
Elisa tertawa terbahak, “Evan kecil, kau kan bukan pergi selamanya. Kok sentimental seperti anak kecil saja.”
Lucien membuka mulutnya ragu-ragu, tak tahu harus menjawab apa. Akhirnya dia pura-pura memeluk Felice untuk menghindar.
“Lucien, musik dan permainanmu luar biasa! Aku harus cepat mahir memainkan piano!” Felice lebih bersemangat dari yang lain, “Biola dijuluki ratu alat musik, kurasa piano pasti raja alat musik!”
"Lucien" berpikir tentang janjinya sendiri, tersenyum ringan: "Aku akan merangkum teknik pianoku dan beberapa pengetahuan, agar kamu tidak tertinggal dalam belajar piano saat melakukan tur pertunjukan di benua bersama Guru Viktor. Selain itu, jika Felice memiliki komposisi yang bagus, aku akan menulis ulasan untukmu di 'Ulasan Musik'."
Kemudian "Lucien" menoleh ke "Elina": "Materi yang sudah dirapikan juga akan kuberikan padamu. Alena, semoga kamu bisa meraih prestasi di jalan musik."
"Terima kasih, musisi besar kami." Jawab "Elina" dengan ceria dan jenaka.
Di bawah senyum cerah Felice dan Elina, "Lucien" menghampiri John dan memeluk sahabat yang lebih tinggi darinya ini: "Semoga saat kita bertemu lagi, John sudah resmi menjadi Ksatria."
“Keyakinan menentukan Kehendak, Kehendak menguasai darah, dan aku sudah memiliki keyakinan teguh sendiri, untuk bertempur memberantas Setan dan Iblis serta menjaga tanah air. Jadi aku yakin bisa mengaktifkan darah!” kata John tanpa keraguan.
Dia terlihat sangat percaya diri, lalu tersenyum: "Tapi tetap tak bisa menandingimu, Lucien. Kau sudah jadi musisi terkenal seantero benua, ini bikin aku sedikit iri. Tapi tentu lebih banyak rasa bangga dan terhormat."
Lucien berbincang sebentar dengan John, lalu berbalik memandang sekeliling ke Joel, Viktor dan yang lain. Dengan nuansa perpisahan samar, dia meletakkan tangan di dada kiri memberi hormat pada semua:
“Semoga kalian semua hidup bahagia. Izinkan aku untuk berpamitan lebih dulu.”
Agak terkejut dengan sikap formal Lucien, tapi semua orang segera menganggapnya sebagai efek dari perjalanan jauh pertamanya.
※※※
Keesokan harinya, Lucien menghabiskan siang hari dengan sibuk menyambut tamu, malam harinya diadakan pesta dansa perayaan yang riuh dan penuh sukacita.
Menjelang subuh, semua tamu telah pergi, malam yang gelap menyelimuti dengan keheningan yang mencekam.
Lucien menunggu Rhine di kamar tidur utama, sesuai janji sebelumnya bahwa dia akan datang menemui dirinya untuk memberitahu lokasi markas besar Majelis Sihir dan beberapa pengetahuan dasar.
Dalam penantian panjang yang hampir membuatnya hilang kesabaran, tiba-tiba Lucien mendengar suara ketukan jernih - seseorang sedang mengetuk pintu jendela balkon kamar tidur!
Buru-buru berdiri, Lucien menoleh ke arah suara, namun yang terlihat di balkon adalah Natasha dan Camille.
Natasha yang mengenakan gaun panjang hitam terlihat sangat anggun dan tenang, namun sifat aslinya langsung terbongkar saat berbicara: "Hehe, gerakanmu cepat sekali, Lucien. Kau benar-benar menyambutku dengan antusias. Aduh, sebelumnya sibuk sekali, harus mengantar sebagian bangsawan pulang, plus memimpin pesta dansa istana, jadi tak sempat menghadiri perayaanmu. Sekarang khusus datang untuk mengucapkan selamat, kau kan penasihat musikku!"
Lucien tersenyum geli sambil membuka pintu jendela balkon, mempersilakan Natasha dan Camille masuk: "Terima kasih atas kebaikanmu, Yang Mulia Putri Mahkota. Sepertinya Yang Mulia baru kembali dari Nyonya Silvia ya?"
"Kok kau tahu..." Mata ungu Natasha membulat, ekspresinya seperti tertangkap basah.
Lucien menunjuk ke arah jam di Katedral Emas yang jauh di kejauhan: "Katanya sekitar jam sepuluh, tamu terakhir di istana sudah pergi. Sedangkan sekarang jam dua belas. Tapi Yang Mulia Putri Mahkota bisa mampir sekalian, aku sudah sangat berterima kasih."
“Ha ha, setiap kali datang ke Distrik Gisu aku selalu tanpa sadar berjalan ke tempat Silvia. Sebenarnya aku benar-benar ingin datang ke sini lebih dulu.” Natasha tertawa kaku.
Setelah mengobrol santai sebentar, tiba-tiba Natasha mengajukan undangan: "Sebagai Putri Bangsawan Violet, setiap tahun di waktu seperti ini aku akan tinggal di Istana Katia di wilayah kekuasaan keluarga selama dua bulan. Lucien, aku ingin mengundangmu sebagai penasihat musik untuk berangkat besok ke sana bersama, berburu dan mengadakan konser. Eh, Silvia dan ayahnya sudah menerima undangan."
"Yang Mulia Putri Mahkota, mungkin aku tidak bisa ikut." Lucien memberitahukan rencananya untuk riset lapangan kepada Natasha, sekaligus berpamitan dengan sang sahabat.
Natasha mengangkat alis ungunya dengan sedikit antusias: "Sungguh mengagumkan! Aku juga ingin melakukan perjalanan seperti itu."
Setelah berdiskusi dengan antusias tentang ciri khas berbagai negara, Natasha bertanya dengan agak malu: "Lucien, apakah melodi yang kudengar waktu itu sudah kau selesaikan? Yang seperti cahaya bulan yang indah itu, aku ingin memainkannya untuk Silvia di ulang tahunku."
Ulang tahun Natasha jatuh pada 30 Juli. Menurutnya, mustahil Lucien bisa kembali secepat itu, sehingga ia bertanya lebih awal.
Lucien awalnya ingin mengatakan bahwa "Moonlight Sonata" belum selesai, tapi melihat ekspresi memohon Natasha dan memikirkan bahwa setelah perpisahan ini mungkin takkan ada lagi interaksi dengan sang umat beriman yang taat ini, akhirnya mengangguk: "Hanya bagian pertama yang selesai."
"Bisakah kau memainkannya untukku?" Natasha meminta dengan gembira.
"Tentu." Lucien berjalan ke bilik kecil, membuka tutup piano, lalu duduk di depan instrumen itu.
Melodi yang tenang dan damai mengalun, indah bagaikan danau sunyi yang berkilauan diterangi cahaya bulan perak. Perlahan bergelombang, membawa kesedihan, kegelapan, manisnya kasih sayang yang samar, penuh keindahan dan mimpi.
Natasha mendengarkan melodi itu dengan hening yang tak biasa darinya. Setelah beberapa menit melodi berakhir, barulah ia tersadar: "Bagian pertama ternyata adagio, Lucien kau lagi mencoba inovasi? Tapi sungguh indah, dalam, tenang dan romantis. Hehe, kalau aku mainkan untuk Silvia, pasti dia akan sangat terpesona."
Tiba-tiba ia tersenyum licik: "Tapi setelah memainkan melodi puitis seperti ini, mana mungkin tanpa pengakuan romantis? Lucien, bantu aku cari ide dong?"
"Kalau aku bisa, mana mungkin aku belum pernah mengalami cinta," jawab Lucien pasrah bangkit dari piano. Ini memang bukan bidangnya.
Natasha berdecak kagum: "Tapi kamu yang tak punya pengalaman cinta justru bisa menulis musik romantis nan indah seperti 'Untuk Silvia' dan 'Moonlight'. Cepat pikirkan, aku paling tidak ahli dalam hal ini! Bayangkan, saat melodi piano terdengar seperti cahaya bulan yang dingin namun mempesona, ketika suasana terasa seperti mimpi, seorang pria perlahan bangkit dari bangku piano, berjalan anggun dan penuh percaya diri menuju sang wanita, lalu memegang tangannya dengan lembut, mencium punggung tangannya, lalu menatapnya dan berkata..."
"Setiap melihat bulan akan mengingatkannya padaku..." Lucien menyambung dengan ekspresi datar, dalam hati beristighfar: "Maafkan aku, delapan dewa."
Natasha menghela napas kagum: "Wow, benar-benar romantis. Lucien, kamu punya bakat alami dalam hal ini. Terima kasih, hahaha, sungguh terima kasih banyak."
Lalu, Natasha yang sudah puas berdiri: "Besok aku akan meninggalkan Alto menuju Istana Kartia, di sini aku ingin berpamitan lebih dulu. Lucien, kamu adalah teman yang baik, mudah diajak bergaul, dan menyenangkan."
"Aku juga ingin berpamitan lebih dulu kepada Yang Mulia Putri Mahkota." Jawab Lucien dengan helaan nafas.
Setelah mengantar Natasha dan Camille pergi, Lucien beristirahat di balkon menikmati bulan perak sambil menunggu kedatangan Rhine.
Setelah sepuluh menit, Rhine akhirnya muncul di taman, masih dengan pakaian merah-hitam kesukaannya, tersenyum memandang ke balkon: "Lucien, turunlah jalan-jalan menikmati bulan bersama?"
