Cahaya keperakan menyirami banyak bunga yang mekar di taman kecil, memberikan kesan indah nan samar.
Lucien dan Rhine berjalan berdampingan di jalan setapak taman, setelah keheningan singkat langsung bertanya: "Tuan Rhine, bisakah Anda memberitahuku di mana markas besar Majelis Sihir?"
“Menurutmu di mana lokasinya?” Rhine yang tetap tersenyum samar membalas bertanya kepada Lucien.
Lucien berpikir sejenak lalu menjawab: “Saya menduga berada di kedalaman Pegunungan Kegelapan atau sisi seberangnya, karena ekspansi Gereja ke barat dihentikan lebih cepat.”
Rhine berdehem: “Jika kau memasuki Pegunungan Kegelapan, yang akan kau temui hanyalah penyihir-penyihir kuno yang muram dan gila. Meski kekuatan mereka luar biasa, banyak yang tingkat tinggi bahkan ada Mage Agung dan Penyihir Legendaris, tapi sedikit saja tidak sesuai keinginan mereka, kau akan jadi bahan eksperimen. Hasilnya, entah mendapat tenaga tak terkendali atau tubuhmu hancur berantakan menuju maut. Makhluk di Pegunungan Kegelapan juga jauh lebih berbahaya dibanding binatang atau makhluk sihir rendah di Hutan Hitam Melzer. Dengan kemampuanmu sekarang, kau tak akan bertahan lebih dari 10 hari.”
Ternyata di Pegunungan Kegelapan masih tersisa penyihir-penyihir kuno.
Lucien memastikan salah satu tebakannya: "Tuan Rhine, apakah markas besar Majelis Sihir Benua berada di suatu negara? Yang menganut aliran gereja utara, atau yang menyembah dewa-dewa lain?"
"Salah, di negara yang menganut Gereja Kebenaran aliran selatan." Rhine menggelengkan kepala seolah teringat sesuatu yang lucu, "Kau pasti pernah mendengar namanya - Kerajaan Holm. Lokasi tepatnya adalah kota terapung 'Alin' dekat ibu kota Holm, Lentat."
"Alin, dalam bahasa kuno Silvanas berarti 'langit'." Lucien pertama-tama menerjemahkan kata tersebut secara refleks, lalu menatap Rhine dengan terkejut: "Kerajaan Holm? Lentat? Negara asal ibu Natasha?"
Dan negara ini ternyata masih menyembah Tuhan Kebenaran! Bagaimana mungkin Adipati Woriot waktu itu mengunjungi negara ini?
“Bukankah kisah cinta Adipati Woriot sudah menjadi legenda yang didendangkan di seluruh benua? Aku sendiri pernah menyanyikan dan menceritakan beberapa versi yang berbeda.” Rhine tertawa dengan ekspresi terhibur, “Tapi tak ada satu pun puisi atau kisah yang bisa menjelaskan kekuatan jahat apa sebenarnya yang menghalangi mereka.”
Lucien bertanya dengan kebingungan: “Apakah Majelis Sihir Benua? Mengapa situasi aneh seperti ini bisa terjadi?”
Rhine tersenyum samar sambil memandang Lucien: “Jika kau pernah mempelajari ilmu pemerintahan, tentu akan memahami ini adalah masalah keseimbangan politik benua. Semua kembali pada keseimbangan yang dibutuhkan kaum bangsawan.”
“Keseimbangan?” Lucien pura-pura tidak mengerti, sementara dalam hatinya berpikir: “Sebenarnya aku pun banyak buku teks tentang politik internasional, maukah kau membacanya?”
Mengetahui markas besar Majelis Sihir tidak berada di tempat angker yang mengerikan, Lucien menjadi lebih tenang.
Rhine setengah badan di depan Lucien, berjalan perlahan ke depan: "Saat Perang Fajar memasuki dua abad terakhir, kekuatan dan otoritas Gereja mencapai puncaknya. Baik rakyat jelata maupun kaisar, semuanya harus bersujud mencium ujung sepatu sang juru bicara Tuhan, Paus. Di masa itu, Gereja bisa dengan mudah mencabut gelar Pangeran, Marquis, bahkan Kaisar Kekaisaran Suci Heilz. Tak ada yang berani menantang kewibawaan Gereja."
"Jadi perpecahan Gereja menjadi faksi utara-selatan dalam Konsili Agung Agama, didukung oleh para bangsawan di balik layar?" Lucien tersadar mengapa para Kardinal itu bisa mendapatkan dukungan hampir semua bangsawan di utara.
Rhine menoleh memandang Lucien: "Cukup tajam. Lucien, kamu benar. Ketika sebagian Kardinal, karena alasan yang tidak diketahui semua orang, merencanakan kudeta terhadap Paus, para bangsawan di negara mereka langsung bergabung dalam konspirasi ini tanpa ragu. Tapi para bangsawan ini sengaja membocorkan sebagian informasi lebih awal, membuat Paus bersiap sehingga tidak terguling, akhirnya berkembang menjadi perpecahan utara-selatan. Bagaimanapun bagi para bangsawan utara, jika Kardinal-kardinal ini berhasil menggulingkan Paus dan mengontrol Gereja, posisi mereka tidak akan berubah secara fundamental dari sebelumnya."
"Sedangkan dalam perpecahan utara-selatan dimana kekuatan kedua pihak hampir seimbang, tenaga para bangsawan menjadi penyeimbang terpenting di timbangan kekuasaan, tidak lagi bisa diatur seenaknya." Lucien menyambung ucapan Rhine dengan lancar.
Rhine tersenyum tipis dan menggelengkan kepala: "Salah, kekuatan Gereja Utara dan Gereja Selatan sangat berbeda. Tapi bagaimana mungkin negara-negara elf di barat laut Pegunungan Kegelapan, negara kurcaci, negara yang menyembah dewa-dewa lain, makhluk sihir di Pegunungan Kegelapan, dan sisa-sisa penyihir Gelap hanya berdiam diri melihat Gereja Utara dihancurkan. Situasi dimana Selatan menyerang dengan agresif sementara Utara bertahan sekuat tenaga baru terbentuk setelah mereka ikut campur dalam permainan ini."
"Tapi ini berbeda dengan situasi saat ini? Sekarang tampaknya seimbang, bahkan benteng Utara pernah jatuh." Lucien berpikir serius, "Jadi saat itu Gereja terpecah lagi? Kerajaan Holm mendukung Majelis Sihir?"
Rhine sedikit terkejut: "Bisa menghubungkan ini, Lucien, kau benar-benar pandai belajar dan berpikir. Benar, setelah melihat status dan identitas bangsawan utara meningkat pesat, bangsawan selatan mulai memikirkan situasi mereka sendiri. Sebagian besar memilih bernegosiasi dengan Gereja, sementara sebagian kecil membuka jalan untuk mendukung kekuatan sihir secara diam-diam. Mereka menggunakan kekuatan ini untuk melawan kekuatan gereja di kerajaan mereka sendiri, sambil menjaga keseimbangan di tengah untuk memperebutkan hak suara."
“Ini adalah sebagian kecil bangsawan dari empat kerajaan di seberang Selat Badai. Namun mereka melakukan kesalahan dengan tidak memperhitungkan seorang Mage Agung bernama Douglas yang justru pada masa itu melakukan reformasi terhadap sistem sihir kuno - mengubahnya dari sekadar meniru makhluk sihir menjadi meneliti hukum alam yang mengatur segala sesuatu. Di bawah kepemimpinan Douglas, kekuatan Majelis Sihir berkembang secara eksponensial. Penyihir kuat dan Penyihir Legendaris bermunculan silih berganti. Lebih dari seratus tahun lalu setelah mengintegrasikan beberapa organisasi sihir rahasia, Majelis Sihir Benua telah berkembang menjadi kekuatan terbesar kedua di dunia.”
“Perubahan ini sama sekali tidak terbayangkan oleh bangsawan kerajaan-kerajaan seperti Holm ketika mereka mulai memberikan dukungan.”
Lucien mendengar nama yang familiar itu: "Tuan Douglas? Aku mengenalnya." Lucien tidak bertanya apakah Douglas masih hidup, karena sebagai penyihir kuat seperti itu, pasti memiliki berbagai metode untuk memperpanjang usia. Hidup selama ribuan tahun sama sekali bukan masalah. Misalnya, "Ritual Transformasi Lich" yang tercatat dalam buku Lucien "Buku Astrologi dan Elemen" bisa dilakukan setelah menjadi penyihir tingkat tinggi. Begitu berhasil, usia minimal akan diperpanjang hingga seribu lima ratus tahun.
“Tuan Douglas termasuk salah satu dari sepuluh petarung terkuat di dunia ini, Arkanis Agung pertama, Ketua Majelis Sihir Benua, pendiri 《Jurnal Okultisme》.” Bahkan Rhine yang misterius ini menunjukkan sedikit rasa hormat saat menyebut Douglas, “Karenanya situasi saat ini adalah keseimbangan kekuatan di mana para bangsawan mengambil keuntungan. Di Kerajaan Holm, status penyihir sudah semi-publik. Meskipun Gereja memusatkan sebagian besar kekuatannya di sana, mereka tetap tertekan hebat. Jika bukan karena bantuan para bangsawan, sudah lama mereka dicabut sampai ke akar-akarnya oleh Majelis Sihir.”
Lucien akhirnya memahami situasi terkini: “Inilah mengapa Gereja mengizinkan bangsawan tingkat Adipati seperti Woriot untuk mengunjungi Kerajaan Holm. Rupanya mereka berharap bisa menarik sepenuhnya kekuatan bangsawan Holm. Hebat sekali ‘prestasi’ yang diselesaikan Adipati Woriot ini.”
“Sang Adipati sendiri juga tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Para bangsawan dari negara-negara barat dan selatan benua, serta Kekaisaran Suci Heilz, dijuluki sebagai faksi pro-Gereja yang paling ekstrem dan konservatif. Anda bisa bayangkan sensasi yang ditimbulkan pernikahan politik saat itu. Meskipun sebagian besar bangsawan Kerajaan Holm memahami situasi di benua ini, mereka pasti akan memilih untuk setia pada tuan tanah mereka. Bukan karena mereka memiliki karakter yang mulia, melainkan jika para bangsawan tidak bersatu dengan mengikuti aturan dasar kesetiaan kepada tuan tanah, mereka sudah lama dihancurkan dan ditelan oleh dua kekuatan raksasa yaitu Majelis Sihir dan Gereja. Bagaimana mungkin mereka bisa bermain-main dengan keseimbangan berbahaya ini?” Rhine tertawa dengan nada sedikit sarkastik.
Lalu dia membuat isyarat menekan ke bawah: "Baiklah, hal-hal rumit tidak perlu kau ketahui dengan kekuatanmu saat ini. Yang perlu kau pikirkan sekarang adalah cara pergi ke Kerajaan Holm. Selat Badai selalu diblokade Gereja, hanya bangsawan dan pedagang yang mendapat izin yang bisa melintas, dengan pemeriksaan sangat ketat. Tentu saja, kau juga bisa melewati zona konfrontasi Gereja Utara-Selatan, lalu melintasi Kekaisaran Shahran menuju Tanah Utara, dan berputar ke wilayah utara Kerajaan Holm. Satu-satunya masalah adalah daerah konfrontasi Gereja lebih ketat daripada blokade Selat Badai, bahkan bangsawan dan pedagang besar pun tak bisa melewatinya."
"Harusnya Majelis Sihir memiliki jalur khusus sendiri, kan?" Lucien teringat pada pria dari markas besar Majelis Sihir itu.
Hal seperti ini Lucien tidak berani meminta bantuan Natasha, meskipun kakeknya adalah Raja Kerajaan Holm. Karena yang menghalangi pernikahan orang tuanya dulu adalah kekuatan Majelis Sihir, dan dia sendiri adalah umat beriman Gereja Kebenaran yang taat. Jika memberitahukan identitasnya sebagai magang sihir ditambah kebohongan sebelumnya, sangat mungkin dibunuh langsung.
Rhine mengangguk: "Di 'Stuurk', mutiara lautan, ada petugas penghubung Majelis Sihir. Tapi aku tidak tahu siapa, kamu harus mencari sendiri. Bahkan dengan itu, menyelundup melewati garis blokade tetap sangat berbahaya. Makanya aku bilang harus menunggu sampai kamu menjadi Penyihir Gelap Sejati dengan kekuatan pertahanan diri yang memadai. Tentu saja, jika bisa menjadi penyihir tingkat menengah dan menguasai flying spell, tidak perlu repot. Lautan begitu luas, Gereja bisa memblokade kapal tapi tidak mungkin menutup langit sepenuhnya."
"Menjadi Penyihir Gelap Sejati..." Lucien tidak tahu apakah Gereja masih mengawasinya, tetapi jelas tidak akan menggunakan identitas "Professor" lagi untuk menghubungi orang-orang di komunitas sihir. Oleh karena itu, cara terbaik untuk segera menjadi Penyihir Gelap Sejati justru dengan pergi ke reruntuhan, memanfaatkan selisih waktu pemahamannya tentang Gembok Sihir "Salib Bintang Besar" untuk masuk lebih dulu. Tapi apakah ini bukan jebakan Gereja?
Rhine menyatukan tangan di belakang punggung: "Paling lambat dua hari lagi kau akan menjadi magang sihir tingkat tinggi. Dengan bakatmu, cukup dengan ramuan bulan perak biasa, peluangmu menjadi Penyihir Gelap Sejati sangat besar. Jadi, timbang sendiri risikonya. Yang bisa kukatakan hanya bahwa Gereja sedang kesulitan mengerahkan personel akhir-akhir ini."
"Benarkah?" Lucien memandang Rhine dengan sedikit keheranan, sepertinya pria ini mengetahui sesuatu. Jika perkataannya benar, maka dirinya memang perlu mengambil risiko ke reruntuhan. "Omong-omong, Tuan Rhine, bolehkah tahu identitas sebenarnya Anda?"
Rhine tertawa kecil: "Aku hanyalah seorang pengamat, yang suka mengamati hal-hal menarik. Tentu saja, tidak menutup kemungkinan untuk turun tangan langsung, asalkan hal tersebut cukup menarik."
Setelah menjawab samar-samar pertanyaan Lucien, Rhine memandangnya dengan penuh makna, kemudian mempercepat langkah dan menyatu dengan kegelapan.
Lucien berdiri di tempat menyaksikan bayangan Rhine menghilang, hatinya tenang. Setelah mengetahui kabar tentang markas besar Majelis Sihir, beban berat yang selama ini menindih hatinya seolah terangkat.
Dalam kelegaan tak terkatakan ini, tiba-tiba jiwa Lucien terasa mengembang, mulai menembus batas yang selama ini membelenggu.
