Seperti melewati tirai dingin yang tebal dan tak kasat mata, Lucien mendengar suara "dung" sebelum tubuhnya membentur benda keras.
Ini adalah suara pertama yang didengar Lucien sejak memasuki dunia Kunci Sihir, "keramahan" yang membuat telinganya berdenging.
Khawatir dua Ghoul masih berada di belakangnya, Lucien yang pusing hebat tidak ragu-ragu. Tubuhnya melembut dalam sinar bulan dan berguling-guling di tanah sambil mengubah arah, lalu mengayunkan pedang panjang sebelum berbalik badan dengan lompatan tajam.
Pedang panjangnya tidak mengenai apapun. Ini adalah koridor lebar dengan dinding abu-abu kehitaman dan karpet pucat kehijauan, tetap tanpa warna lain. Namun suasana di sini terasa lebih lembut dan hidup dibanding luar, tidak lagi seperti foto hitam-putih yang membeku, bahkan terasa sedikit kehangatan.
Sementara dua Ghoul yang mengejar Lucien tampak kesulitan beradaptasi dengan "gorden" dingin yang dilewati dan lingkungan yang sedikit menekan mayat hidup. Mereka terjatuh dan sedang berusaha bangkit.
Lucien tidak mungkin melewatkan kesempatan ini. Ia melangkah maju beberapa langkah, pedang Waspada berkilauan dengan cahaya pucat kehijauan langsung menghujam ke arah leher ghoul yang sebelumnya telah terkena serangan "pisau es", tepat mengincar luka dalam di lehernya.
Pedang itu seolah menghantam kayu yang dibalut ratusan lapisan kulit binatang, mengeluarkan suara gedebuk. Namun leher ghoul tersebut telah terbuka sebagian besar setelah dua kali serangan bertubi-tubi. Kepalanya bergoyang-goyang, seolah akan jatuh kapan saja.
Lucien mengangkat tangan kirinya, menaburkan belerang. Dengan mantra tanpa suara, energi spiritualnya langsung terkuras hampir separuh. Tembok api berwarna pucat kehijauan muncul, menghalau ghoul satunya di samping.
Memanfaatkan momentum ghoul di depannya yang masih limbung akibat serangan tadi, Lucien menggeser posisi dengan langkah pendek. Pedang Waspada terus menerus menghujam ke arah luka di leher makhluk itu.
Setelah tiga kali pukulan tepat, terdengar suara "krak", kepala ghoul akhirnya terpisah dari tubuhnya. Kepala itu jatuh ke lantai disertai cairan mayat hitam yang kental dan menjijikkan. Tubuh tanpa kepala itu mengayunkan cakarnya beberapa kali ke depan sebelum akhirnya berantakan.
Jenis mayat hidup ini berbeda dengan arwah penasaran atau hantu astral sejenisnya. Kerusakan fisik pada bagian vital tubuh masih bisa membuat mereka "tenang".
Setelah menghabisi ghoul pertama, Lucien menahan rasa mual dan sensasi mati rasa ringan. Ia berlari menyusuri koridor untuk menjauh dari ghoul di balik dinding api, lalu mulai bertarung secara bergerilya.
Dengan kecepatan yang sedikit lebih unggul dan bantuan sihir, Lucien membutuhkan beberapa menit untuk akhirnya menghancurkan tengkoraknya. Jaringan otak yang membusuk itu terciprat ke dinding-dinding di kedua sisi.
“Seandainya ksatria resmi, mungkin aku tak bisa membunuh satu pun, tanpa kecerdasan ya tetap tak punya kecerdasan.” Lucien yang terluka di tangan arwah penasaran "gadis kecil" namun belum pulih separuh, kemudian bertarung dengan ghoul dan berlari lama, kini terengah-engah sambil berusaha memulihkan diri, "Tapi efek Pisau Es Palemella pasti tak akan seburuk ini..."
Setelah istirahat beberapa menit dan pulih sebagian berkat darah Moonlight, Lucien mendekati bangkai dua ghoul. Dengan menahan jijik pada bau busuknya, ia menguliti kulit telapak tangan mereka menggunakan pedang Waspada dan menyimpannya.
Ini adalah bahan mantra untuk sihir lingkaran dua "Sentuhan Ghoul". Lucien tentu tak mau menyia-nyiakannya. Meski harus bersentuhan langsung untuk efeknya, tetap berguna dalam situasi khusus.
"Sulfur Fire Wall" muncul kembali, membakar habis dua bangkai ghoul. Lucien menggenggam erat pedangnya, berjalan hati-hati menyusuri koridor.
Karpet pucat kehijauan, dinding abu-abu kehitaman, koridor tak berujung, dan gemeretak langkah kaki yang bergema samar, terus menciptakan ilusi seolah Lucien berjalan di dalam ruang makam.
Sensasi hangat semakin menguat. Sebuah gerbang hitam muncul di depan, terukir formasi sihir duabelas bintang cacat yang khas—salah satu formasi dasar "Salib Bintang Besar".
Lucien mengeluarkan tabung Mercury lainnya, fokus menyempurnakan formasi sihir itu.
Kegelapan yang seolah menyedot segala sesuatu muncul. Gerbang terbuka perlahan, memperlihatkan aula megah dengan perapian di dinding. Api pucat kehijauan menyala, memancarkan kehangatan samar.
Di dekat jendela aula terdapat meja tulis berwarna abu-abu pucat, di atasnya terletak buku catatan hitam. Dari jendela terlihat berbagai tumbuhan sihir berwujud aneh - ada yang memiliki wajah bayi, ada yang sesekali mengeluarkan mulut besar berdarah, ada yang menyilaukan seperti matahari...
Setelah mengamati topografi area, Lucien memastikan pintu kecil hitam berjarak 5 meter di sebelah kiri meja merupakan akses ke Taman Sihir. Dengan penuh kewaspadaan, ia berjalan perlahan sambil memindai kemungkinan perangkap sihir.
Tak ada kejadian tak terduga. Lucien tiba di meja dengan lancar, lalu menggunakan pedang Waspada untuk membuka halaman pertama buku catatan hitam.
Pada perkamen pucat tertulis tulisan Kekaisaran Magis Kuno Hilvanas berwarna hitam pekat:
"Mawar Bulan () tersimpan di Lemari No.25, Ruang 1,
Hijau Micin berada di No.72 Ruang 1,
Akar berduri raksasa dan getahnya masing-masing di No.99 Ruang 1 dan No.3 Ruang 2,
Darah vampir ada di Ruang 3 No. 21，
Gigi banshee ada di Ruang 3 No. 46，
……
Daun rumput wajah hantu ada di Ruang 7 No. 17，
Bulu ular petrifikasi ada di Ruang 7 No. 92，
Bunga bulan 'Gembala' ada di Ruang 8 No. 8，
Getah bening ikan busuk ada di Ruang 9 No. 1，”
……
Beberapa halaman penuh dengan entri serupa. Awalnya Lucien mengira ini catatan penyimpanan material, tapi menyadari hanya sebagian kecil dari total 881 lemari di sembilan ruangan yang tercatat, dan semua material ini ternyata bisa digunakannya!
Ada untuk membuat "ramuan Bulan Perak", ramuan "Pintu Sihir", ramuan "Jiwa yang Menangis"...
"Apakah ini sengaja ditulis untukku?!"
Lucien merinding membayangkan sebuah pemandangan: hampir seribu tahun lalu, di ruangan hitam-putih-abu ini, seorang pria tua berambut putih memegang bulu angsa, menulis di buku catatan dengan senyum aneh sambil menorehkan suara gesekan.
Setelah halaman-halaman tentang lokasi penyimpanan material, buku catatan ini mulai dipenuhi halaman kosong. Seringkali satu halaman hanya berisi satu kalimat. Kata-kata hitam di atas latar pucat membuat Lucien merinding.
"Saat melakukan 'eksperimen' itu, aku tanpa sengaja menemukan dunia aneh ini. Ia sepenuhnya tumpang tindih dengan dunia material utama, namun memproyeksikan benda mati dari dunia utama secara kacau dan kabur. Benar-benar dunia yang menarik."
……
"Setelah beberapa kali eksplorasi, bisa dipastikan ini adalah dunia yang sangat cocok untuk arwah penasaran, hantu, dan mayat hidup lainnya. Dan ia begitu sunyi, begitu monoton, warna hitam-putih-abu yang abadi akan membuat orang hidup benar-benar gila."
"Dibandingkan dengan Dataran Tulang di Lapisan ke-123 Abyss, serta Neraka yang dipenuhi belerang berapi atau dingin menusuk, dunia sunyi tak berubah ini lebih mirip kerajaan peristirahatan para almarhum. Izinkan aku menamakannya 'Necropolis'."
"Beberapa makhluk tampaknya juga menemukan tempat ini..."
……
"Di kedalaman Necropolis, aku menemukan area yang sangat menarik namun berbahaya, memiliki kaitan mengejutkan dengan 'eksperimen' yang kami teliti. Aku harus mengajak beberapa sahabat lama untuk menjelajahi, mungkin bisa mengungkap rahasia abadi itu."
"Sebelum berangkat, tiba-tiba aku merasakan kegelisahan hebat, lalu melakukan Ramalan dengan pengorbanan besar."
"Untuk teman yang membaca catatanku, izinkan aku memanggilmu 'Pengembara di Batas Terang dan Gelap yang Tak Beriman'. Kurasa kau mendapatkan Buku Astrologi dan Elemen-ku, dan mengikuti petunjuk puisi serta naskah untuk sampai ke sini."
“Aku mungkin masih terikat di sana tanpa kematian total, tapi aku tidak mengharapkanmu khusus datang untuk menyelamatkanku. Namun ketika kau memasuki bidang legendaris, tempat penuh rahasia itu pasti akan menarikmu. Tolong bebaskan aku saat itu tiba.”
“Sebenarnya bahkan jika kau ingin datang sekarang, aku akan menyarankanmu jangan menyelami terlalu dalam ke dunia mayat hidup. Banyak makhluk abadi kuat di sana, bahkan penyihir tingkat tinggi dan Mage Agung pun menghadapi bahaya besar. Tempat yang kubicarakan itu, oleh beberapa teman lama kami sepakati sebagai 'daerah terlarang milik legenda'. Hehe, masih kuingat wajah 'ramah' beberapa mumi kuno saat menemukan tempat itu.”
“Di laci kiri meja ada bola kristal cahaya pagi berkualitas. Laci kanan berisi barang sihir buatanku 'Mahkota Matahari', yang bisa membantumu merasakan celah penghubung dunia material utama dengan dunia mayat hidup di tengah malam. Celah-celah ini meski tidak banyak tapi tersebar di seluruh benua.”
“Mahkota Matahari memiliki lima lapisan segel yang dapat dibuka ketika kamu mencapai tingkatan Penyihir Gelap Sejati, Penyihir Menengah, Penyihir Tingkat Tinggi, Mage Agung, dan Penyihir Legendaris. Setiap lapisan segel yang terbuka akan membuka akses ke sihir yang sesuai. Saat lapisan terakhir terbuka, kamu akan mendapatkan catatan pola transformasi koordinat tempat misterius yang kurekam.”
“Baiklah, temanku. Setelah membaca catatan ini, kamu memiliki waktu aman selama satu jam sebelum tempat ini runtuh dan Kunci Sihir hancur. Saat Kunci Sihir runtuh, gunakanlah pintu kecil menuju Taman Sihir untuk melarikan diri.”
“Ingatlah, teruslah berjalan maju tanpa menoleh!”
“Terakhir, izinkan aku menambahkan: Ramalanku melihat bahaya besar mengancammu. Sebaiknya tingkatkan kekuatanmu terlebih dahulu sebelum pergi. Kamar alkimia berada di ruangan nomor 10.”
“Sahabatmu, 'Peramal' Waldo·K·Maskelyne”
Lucien setelah membaca, merasa sungguh kagum bahwa maestro dengan profesi legenda "Peramal" ini sangat hebat. Meski tidak terlalu presisi dan detail, tetap berhasil meramalkan banyak hal.
Sesuai pesan Peramal, Lucien membuka laci kiri. Tanpa kejutan, ditemukan bola kristal sebesar kepalan tangan yang jernih transparan, memancarkan cahaya terang tapi tidak menyilaukan. Ini adalah barang wajib untuk penggunaan awal astrologi, sekaligus alat bantu banyak sihir Astral.
Setelah menyimpan "Bola Kristal Cahaya Pagi", Lucien membuka laci kanan. Terlihat jimat bundar seukuran lencana biasa, berwarna emas muda dengan ukiran sinar matahari mirip mahkota. Di tengah jimat "Mahkota Matahari" ini, terdapat lambang salib yang sangat familiar bagi Lucien.
Mengambil perkamen di samping Mahkota Matahari, tertera model strukturnya, metode meninggalkan tanda spiritual, serta deskripsi kemampuan utamanya.
“Mahkota Matahari, barang sihir tingkat menengah kelas sembilan, lima lapiran segel belum terbuka. Kemampuan magis yang dapat digunakan sekali per hari mencakup:
Satu lingkaran, Serangan Cahaya Suci (Tersegel); Dua lingkaran, Resistensi Mayat Hidup (Tersegel); Tiga lingkaran, Cahaya Membara (Tersegel); Empat lingkaran, Batas Anti-Kematian (Tersegel); Lima lingkaran, Serangan Api (Tersegel); Enam lingkaran, Penghancuran Undead (Tersegel); Tujuh lingkaran, Penguapan Total (Tersegel); Delapan lingkaran, Ledakan Surya (Tersegel); Sembilan lingkaran, Musuh Abadi Undead (Tersegel).”
“Saat mengenakan Mahkota Matahari, akan mendapatkan kemampuan konstan untuk mengaruniakan arwah (tergantung kondisi pembukaan segel), serta dapat merasakan celah antara dunia utama dan dunia undead saat energi matahari paling lemah.”
“Ia adalah musuh alami yang tak terbantahkan bagi mayat hidup
——Waldo·K·Maskelyne”
Lucien memandangi perkamen ini, tubuhnya membeku seperti patung. Meski tidak banyak berinteraksi dengan pastor maupun uskup, tapi selama bersama Natasha, dia cukup banyak mengetahui sihir ilahi, bahkan pernah menggunakan Lambang Suci Kebenaran:
"Ini jelas-jelas sihir ilahi! Mengapa Maskelyn mengklaim ini sebagai barang sihir buatannya sendiri?"
"Pola salib di tengah Mahkota Matahari? Salib Bintang Besar? Lambang salib Gereja Kebenaran?"
"Apa yang sebenarnya terjadi ini?!"
