Saat Lucien menyadari kebiasaannya lari ke tempat familiar, ingatannya langsung tertuju pada "cincin tangan merah gelap" dan "pisau belati besi hitam" yang dikubur di Hutan Gelap seberang Sungai Marsor setelah membunuh Serigala Api.
Dua barang sihir ini telah berhasil dianalisis struktur energinya oleh Lucien selama beberapa bulan terakhir saat mempelajari Buku Astrologi dan Elemen. Satu adalah barang sihir tingkat tinggi "Cincin Penenun Api", satunya lagi senjata bertuah tingkat pemula "Pisau Belati Besi Dingin".
Berkat keyakinan pada sihir lingkaran tiga "Fireball" dan sihir lingkaran dua "Pelindung Matahari" yang melekat pada "Cincin Penenun Api", Lucien berani membiarkan Natasha mengalihkan perhatian Ksatria Besar sementara ia sendiri menghadapi para ksatria biasa. Walau yang datang hanya Aaron seorang ksatria level dua, kehati-hatiannya memaksa Lucien berpura-pura lemah secara bertahap hingga menemukan kesempatan untuk membunuhnya secara tuntas, menunda hampir satu menit lebih lama dari perkiraan.
Tapi Lucien sama sekali tidak menyangka Natasha bisa kembali dalam waktu sekitar dua menit, seolah bahkan melihat prosesnya mengeluarkan Cincin Penenun Api, dan menyebut kata "Professor" yang ia ciptakan sendiri!
※※※
Tiga puluh detik sebelum Lucien mengeluarkan Cincin Penenun Api.
Natasha perlahan merebut kembali kendali situasi, langkah demi langkah mendesak Todd mundur. Todd yang ahli dalam |pertempuran defensif, ditambah kemampuan mengubah seluruh tubuhnya menjadi baja tanpa |titik vital yang jelas, tetap bertahan dengan langkah teratur dan sikap tenang. Ia yakin hanya perlu bertahan beberapa |menit lagi dari serangan gencar Natasha sampai efek |ramuannya habis, maka kemenangan akan mudah diraih. Namun |aura Natasha yang semakin terkonsentrasi dan |tekanan yang makin kuat terus memberikan firasat buruk dalam hatinya.
Warna |pupil perak-abu dan ungu yang awalnya berganti-ganti, perlahan menyatu. |aura, |Kehendak, dan tubuh Natasha seolah menyatu menjadi satu entitas. Dengan teriakan penuh kemenangan, ia melangkah maju dan menghujamkan "Pedang Guntur" dengan kedua |kedua tangannya.
Teriakan ini membuat telinga Todd mendadak berdengung keras yang menggemparkan, sama sekali tidak bisa mendengar suara lain. Tubuh yang sebelumnya mampu menahan efek tuli dari "Pedang Guntur" ternyata tak bisa menetralkan teriakan Natasha.
Meski tinnitus tak mengganggu pertahanan sempurna Todd. Perisai persegi di tangan kiri terangkat menghalangi serangan Natasha, sementara pedang berdarah di tangan kanan menyapu horizontal sebagai serangan balik.
Tapi saat pedang baru terayun setengah, Todd terkejut melihat tubuh Natasha di depannya seolah transparan. Pedang yang menghunjam itu bagai datang dari dunia lain. Retakan mengerikan yang ilusif tiba-tiba muncul di perisai, merambat tak terbendung ke tubuh Todd dengan kecepatan tinggi.
“Kau?” Tubuh Todd yang terbelah dua mengeluarkan pertanyaan terakhir yang penuh kengerian, kemudian dengan suara 'pak pak', jatuh ke tanah bersama pedang cahaya darah yang terpotong di bagian pinggang.
Natasha menarik napas berat beberapa kali, lalu tanpa sempat menyesuaikan kondisi tubuhnya, buru-buru berlari kembali untuk membantu Lucien membunuh Dark Knight itu.
Beberapa belas detik kemudian, Natasha kembali ke Hutan Gelap tempat penyergapan semula. Melihat Lucien tergeletak di tanah sementara Aaron menusukkan pisau belati hitam dari sebelah kanan, dalam kekhawatirannya ia hendak menolong ketika terkejut menemukan Lucien mengambil sebuah cincin tangan merah tua dari dalam tanah dan mengaktifkan "Fireball" untuk membunuh Aaron.
“Sejak kapan ada barang sihir yang bagus terkubur di sini?”
“Cincin ini agak familiar, sepertinya disebutkan dalam materi kasus pembunuhan 'Professor' yang dirapikan Gereja sebagai 'Cincin Penenun Api'?”
“Di sini adalah Hutan Gelap di seberang Sungai Marsor, di seberangnya terdapat reruntuhan bawah tanah tempat persembunyian Tanduk Perak sebelumnya.”
Segudang kenangan membanjiri pikiran Natasha. Detik-detik pengepungan terhadap sekte Tanduk Perak bermunculan satu per satu. Banyak detail yang sebelumnya tak terasa mencurigakan mulai menunjukkan sisi lain, seperti ramuan pengaktif darah Lucien, anggota sekte sesat Tanduk Perak yang menghilang saat mengawasinya, penjaga penjara yang tidak membunuh sandera...
Rantai detail-detail ini hanya memiliki dua kemungkinan: Professor memiliki hubungan sangat erat dengan Lucien sampai berani mengambil risiko menyelamatkannya, atau Professor adalah Lucien itu sendiri. Dari fakta Professor dikejar-kejar Night Watchers berpangkat ksatria biasa hingga kabur pontang-panting, Natasha lebih condong ke opsi kedua. Bagaimanapun, sihir yang terlihat kuat itu bisa jadi merupakan sihir tingkat pemula dengan prinsip khusus, seperti beberapa contoh yang pernah ada di Holm.
Yang paling penting, teriakan terakhir Longsan Aaron yang pernah bertarung langsung dengan Professor sepertinya adalah kata baru "Professor"!
※※※
Mata indah Natasha bagaikan danau ungu di tengah badai, bergelombang dan mengungkapkan seluruh emosi di hatinya: keterkejutan, keheranan, ketidakpercayaan, juga kemarahan, kesedihan, dan kepedihan.
"Apakah dia akan menyerang?" Lucien menggenggam Cincin Penenun Api, siap mengaktifkan "Pelindung Matahari" dan "Fireball" kapan saja. Meski di hadapan Natasha yang sudah mencapai kekuatan level lima, sihir ini hampir tak berguna, tapi sesuai karakter Lucien, dia takkan menyerah begitu saja tanpa usaha.
Selain itu, meski tegang Lucien tetap tenang dengan kewaspadaan aneh: "Mengulur waktu, harus mencari topik untuk mengulur waktu. Efek 'Darah Vampir' hanya tiga menit, setelah itu masalah selesai."
Maka, setelah keheningan sejenak, Lucien mempertimbangkan nada bicara, bersiap untuk mengarang cerita lain.
Namun saat itu, mata Natasha kembali menjadi tenang dan dalam, suaranya yang sedikit serak mengucapkan beberapa kata: "Pergilah ke Holm."
"Hah?" Lucien tidak langsung memahami maksud Natasha, baru sekarang menyadari warna mata Natasha sepertinya berubah sedikit, bukan lagi ungu ajaib seperti dulu, juga bukan abu-abu perak dingin saat kekuatan darah diaktifkan sepenuhnya, melainkan berubah menjadi warna perak-ungu yang jernih murni. Tapi di balik kilauan yang tampak transparan ini, tersembunyi kedalaman yang tak terungkapkan.
“Pergilah ke Holm, markas besar Majelis Sihir Benua berada di sana. Jika kamu ingin fokus pada jalan sihir seperti Silvia, itu akan menjadi tempat terbaik untukmu.” Natasha mengulangi dengan suara parau dan berat, lalu menyipitkan matanya dengan senyuman mematikan nan mempesona, “Profesor tercinta, kau benar-benar seorang maestro akting yang luar biasa. Kurasa tak ada pemain opera yang bisa menyaingimu.”
“Sebenarnya aku tak ingin menipumu, tapi hidup selalu dipenuhi ketidakberdayaan.” Lucien melihat senyuman berbahaya Natasha namun tak ada niatan bertindak, sedikit lega. Mengulur waktu hingga tiga menit berlalui lewat dialog adalah solusi terbaik.
Natasha tersenyum sinis: “Semua temanku menipuku, aku sudah terbiasa. Tapi aku memahamimu, tekanan dan penderitaan yang kurasakan saat kau memainkan ‘Pathétique’ sangat jelas. Alto bukan tempat yang cocok untuk mempelajari sihir.”
“Kau tidak keberatan aku adalah penyihir gelap?” Dari sikap Natasha sebelumnya terhadap Silvia yang mempelajari sihir, Lucien bisa melihat bahwa dia tidak memiliki kebencian ekstrem seperti umat beriman biasa terhadap penyihir. Tapi itu sebelum pengkhianatan Silvia, sekarang sulit menebak apa yang ada dalam pikiran Natasha.
Natasha mengatupkan bibirnya, menjawab dengan serius: "Ibuku sendiri dulunya adalah seorang penyihir berbakat. Karena itu aku tidak pernah menganggap penyihir pasti jahat atau terkait kegelapan. Menilai baik buruknya seseorang bukan dari identitasnya, tapi dari perbuatannya."
Dia tersenyum lembut, samar-samar: "Meski aku sangat marah dan sedih karena Lucien, banyak hal yang kau tipu dan manfaatkan dariku, tapi kalau diingat-ingat, kau tak pernah mencoba menyakitiku, bahkan benar-benar berusaha membantuku. Sebelumnya kau punya kesempatan untuk meninggalkanku dan pergi sendiri, tapi tetap saja seperti orang bodoh terus menggendongku dan melanjutkan pelarian. Sebenarnya saat bertemu denganmu di padang liar luar, sudah kuduga kau mungkin seorang Penyihir Gelap. Banyak detail selama pelarian yang mengungkapkan hal ini, hanya saja aku tak pernah menghubungkanmu dengan Professor yang telah membunuh banyak Night Watchers."
"Jika Night Watchers tak ingin menangkapku, mereka juga tak akan mati. Dan di dalam hatiku, dibandingkan orang lain, nyawa keluarga dan temanku jelas lebih berharga." Lucien juga tak ingin kehilangan Natasha sebagai teman, mengemukakan pandangannya sambil dalam hati mengejek kebohongan yang dulu dianggapnya berhasil.
Tiga menit sudah lama berlalu, Natasha tampaknya tidak menunjukkan perubahan aneh. Lucien yang agak terkejut mendengar suara hembusan napasnya yang berat:
“Meski tahu kau adalah Professor dengan tangan berlumuran darah, aku tetap ingin berteman denganmu. Lagipula, para Night Watchers itu bukan ksatria setiaku.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Natasha seolah terbebas dari pergulatan batin, kembali menjadi rileks. Ia perlahan melangkah mendekati Lucien, dengan senyum genit yang familiar: “Profesor tercinta, kebohongan apa lagi yang kau sembunyikan? Misalnya pengalaman cinta yang tak pernah ada? Atau belum pernah menggandeng tangan gadis? Kurasa kau terlihat cukup berpengalaman, baik dalam kata-kata manis maupun mencipta musik.”
“...Selain hal-hal terkait sihir, tidak ada kebohongan lain.” Meski kalimat ini sendiri adalah kebohongan, terkait perpustakaan jiwa, Lucien hanya bisa berkata demikian.
Natasha tidak berbicara, matanya menatap wajah Lucien dengan penuh perhatian, jempol dan telunjuk kanannya mengusap lembut dagunya, lalu berkata dengan nada bercanda: "Sebenarnya fitur wajah dan kontur wajahmu sangat tampan, Lucien. Kalau jadi perempuan, pasti sangat cantik."
"Apa?" Topik apa ini? Lucien tampak bingung.
"Hehe, sihir itu penuh warna dan sangat ajaib. Meski mengubah jenis kelamin sulit, tapi masih mungkin. Aku tahu ada seorang Arkanis Agung yang pernah membuat sabuk pengubah gender. Lucien, bagaimana kalau kamu coba jadi perempuan?" Natasha mengusulkan dengan semangat.
Lucien melotok padanya dengan serius: "Aku laki-laki normal."
Natasha melihat Lucien tidak menyukai candaan seperti ini, dengan penuh pertimbangan dia tidak melanjutkan dan segera mengalihkan topik, ekspresinya juga menjadi serius: "Meskipun suasana belajar sihir di Majelis Sihir sangat baik, tapi di mana ada orang di situ ada persaingan. Lucien, kau harus sangat berhati-hati, jangan sampai terlibat dalam permainan kekuatan para ahli sihir."
Sambil berkata demikian, dia melepas sebuah cincin besi dari jari telunjuk tangan kanannya dan memberikannya kepada Lucien.
Cincin ini berwarna hitam besi yang kusam, tak berbeda dengan cincin biasa yang dipakai saat latihan memanah. Karena itu meskipun Natasha selalu memakainya, Lucien sebelumnya tidak terlalu memperhatikan.
"Ini...?" Lucien menerimanya dengan kebingungan.
Natasia menatap cincin itu, pandangannya menjadi lembut dan hangat: "Bukankah aku sudah memberitahumu, ibuku adalah seorang penyihir jenius? Ini adalah hadiah 'Mahkota Holm' yang dia dapatkan di usia 23 tahun. Sayangnya barang sihir kuat ini sudah rusak total, kehilangan gelar 'cincin tercantik di seluruh benua'. Tapi karena setiap cincin pemenangnya unik, benda ini bisa dijadikan bukti identitas."
"'Hadiah Mahkota Holm'?" Lucien mengusap lapisan dalam cincin, menemukan tulisan: "781 Mahkota Holm, Dengan terima kasih untuk Nyonya Meridith Hoffenberg", sementara di bagian depan cincin terukir kata lain, "Mo".
Natasha tersenyum licik dan cantik seperti rubah: "Lucien, ternyata kamu benar-benar Professor! Jika benar ada penyihir dari Majelis Sihir yang mengajarimu, tidak mungkin kamu tidak tahu tentang 'Penghargaan Mahkota Holm'. Ini adalah penghargaan yang didirikan bersama oleh Akademi Sihir Kerajaan Holm dan organisasi 'Kehendak Elemen' dalam Majelis Sihir, untuk menghargai penyihir 'yang memberikan kontribusi terobosan di bidang sihir elemen dan mampu meninggalkan jejak dalam sejarah sihir elemen'."
"Penghargaan ini tidak sering diberikan. Sejak didirikan lebih dari 270 tahun yang lalu, hanya 24 penyihir yang berhasil memperolehnya, menjadikannya kehormatan tertinggi dalam sihir elemen. Ibuku mendapatkannya berkat pengenalan teori elektromagnetik di bidang elemen dan penemuan unsur logam yang lebih ringan dari air. Dia juga merupakan penerima termuda Penghargaan Mahkota Holm."
“Setiap penyihir yang memenangkan hadiah akan menerima cincin sihir tingkat tujuh yang unik dan dibuat khusus sebagai hadiah. Dan setiap cincin memiliki ‘nama khusus’ tersendiri, cincin milik ibuku ini berasal dari elemen ‘Mo’ yang dia temukan dan beri nama.”
