Lantai teratas menara sihir di Alin.
Rogerio memegang laporan intelijen yang dikumpulkan anggota lain Tangan Pucat Kehijauan, menghela napas pelan: "Penghargaan Mahkota Holm... Dia pasti penerima termuda sepanjang sejarah. Entah nanti bisa menjadi ahli sihir tingkat tinggi atau tidak, namanya pasti akan tercatat dalam sejarah."
Sambil berkata, ia mengusap-usap kerah bajunya yang terkancing rapat, seolah berharap ada jimat indah tambahan. Sayangnya, bakat bertempur dan sihirnya memang lebih menonjol daripada bakat Okultisme. Bertahun-tahun berjerih payah pun tak mampu meraih Penghargaan "Takhta Abadi", hanya bisa menyaksikan pendatang baru seperti Felipe dan Lucien meraih simbol kehormatan tertinggi di bidang masing-masing.
"Berdiri di pundak raksasa, hei, berdiri di pundak raksasa. 'Professor' mungkin tak menyangka muridnya bisa meraih Penghargaan Mahkota Holm secepat ini. Pasti dia masih sibuk bereksperimen, berusaha mensintesis materi kehidupan yang revolusioner untuk sekaligus merebut Mahkota Holm dan Takhta Abadi. Haha, maukah kalian mengakui pencapaian ini dan memberinya Penghargaan Takhta Abadi?" Mayat hidup Ador duduk bersila di sofa, memegang secangkir "Langit Biru".
Jika tidak melihat wajah menyeramkannya yang tanpa nyawa dan dua titik api merah menyala yang melompat-lompat, pasti akan mengira dirinya sebagai manusia hidup.
Mereka telah menyelidiki Richarddson, penerima Penghargaan 'Mahkota Holm' yang masih hidup di bawah tingkat tinggi, dan memastikan bahwa dia bukanlah sang Professor.
Rogerio menyeringai dingin: "Tergantung apakah 'Raksasa' ini bisa bertahan sampai saat itu. Semua penghargaan besar tidak akan diberikan kepada orang mati. Lagipula Felipe sudah membuat kemajuan signifikan."
Kemudian ia memanggil anggota Tangan Pucat Kehijauan dan memerintahkan: "Naikkan level perhatian terhadap Lucien Evans·X setara dengan Larry, Timothy, dan Ulises. Pantau terus pergerakan dan peningkatan level apresiasinya."
Lucien tidak lagi hanya mendapat perhatian Tangan Pucat Kehijauan karena sang "Professor", dirinya sendiri mulai dianggap penting oleh mereka. Namun sebelum penelitiannya berpotensi menghancurkan Tangan Pucat Kehijauan, organisasi ini hanya akan meningkatkan pengawasan tanpa repot merencanakan pembunuhannya. Tanpa keuntungan yang cukup, membunuh seorang jenius yang baru sebatas memiliki potensi merupakan pilihan terburuk dengan risiko ketidakseimbangan untung-rugi. Terlebih Majelis Parlemen Tertinggi pasti tidak akan mengizinkan perang saudara tanpa batas seperti ini.
"Sampaikan juga kepada pihak tersebut untuk terus membantu mencari jejak sang 'Professor'. Kami pasti tidak akan ingkar janji soal 'Ritual Transformasi Lich' yang dijanjikan." Rogerio kembali menegaskan kepada inti Tangan Pucat Kehijauan ini.
Ador sang mayat hidup di sofa mengayunkan gelas berisi cairan Langit Biru, memandang dingin Rogerio dan anggota Tangan Pucat Kehijauan itu. Dalam hati ia mencemooh: "Manusia bodoh..."
※※※
Malam musim dingin yang gelap gulita, lampu jalan alkimia cahaya di kedua sisi jalan semakin redup.
Sebuah kereta kuda menggilas lapisan tipis salju, perlahan melaju menuju bangunan tertinggi di area bangsawan "Menara Sihir Kerajaan Holm".
Sais melompat turun dari kereta, membawa lentera kekuningan kusam, dengan hormat membuka pintu gerbong: "Tuan Ivens, Tuan Lazare, kita telah tiba di Akademi Sihir Kerajaan Holm."
Sebagai sais yang telah lama dipekerjakan oleh Akademi Sihir Kerajaan Holm, ia lebih memahami penyihir dibanding orang biasa, sekaligus lebih penuh hormat.
Merapikan mantel panjang hitam berkancing ganda, Lucien berdiri di pintu gerbong, menarik napas dalam-dalam udara dingin yang menusuk tulang, menghapus kesuraman dari beberapa hari rapat.
Baru saja masuk ke dalam menara sihir bersama Lazare, seorang pria paruh baya menyambut dari depan. Rambut pirangnya tersisir rapat ke belakang dengan kilap berminyak, setiap gerakannya berusaha menjaga postur sempurna: "Selamat siang, Tuan Ivens. Saya butler Akademi Sihir Kerajaan Holm, Rodem, yang diperintahkan Yang Mulia Morris untuk mengantar Anda memilih ramuan, material, atau barang sihir senilai dua ribu poin okultisme. Oh ya, apakah Tuan akan menginap di sini malam ini?"
Mengingat hubungan erat Akademi Sihir Kerajaan Holm dengan keluarga Hofenberg, Ruiz, dan lainnya, sistem penamaan di sini menyimpan nuansa bangsawan yang kental dengan batas hierarki yang lebih ketat.
"Selamat siang, Tuan Rodem. Tolong antarkan saya melihat barang sihir terlebih dahulu. Saya masih membutuhkan jubah sihir," Lucien mengangguk halus. "Jika ada kamar kosong, mohon atur agar saya dan rekan bisa menginap di sini."
Rodem mengandalkan berbagai ramuan sihir untuk mencapai level ksatria normal, tangan kiri menekan dada sambil membungkuk dalam: "Melayani Anda adalah kehormatan saya. Dan setelah Tuan Ivens menerima Penghargaan 'Mahkota Holm', Anda secara otomatis menjadi anggota kehormatan Akademi Sihir Kerajaan Holm. Segera kami akan berikan sertifikat legalitas, Anda tak diragukan lagi bisa menikmati semua fasilitas di sini."
Karena sudah pukul delapan malam, lantai dasar menara sihir sangat sunyi, hanya suara langkah Lucien dan Lazare menginjak batu pualam yang bergema.
Tiba-tiba, sekelompok orang turun dari lantai dua menara sihir. Pria paruh baya yang berjalan paling depan dengan mantel hitam dan gaun panjang berkancing ganda warna merah tua terasa sangat familiar bagi Lucien.
Karena dia memiliki sepasang mata keabuan yang meninggalkan kesan mendalam, karena kemiripannya dengan Natasha mencapai 50-60%, seakan-akan Natasha yang berubah menjadi laki-laki dan menua, namun dengan wajah yang pucat kering tanpa kilau halus khas kulit Natasha.
Jubah hitam dan gaun panjangnya dihiasi lambang ungu kemerahan, lapisan luar berupa garis-garis kabut, dengan mahkota bernuansa sakral di tengah yang diapit tongkat kerajaan dan pedang indah berhiaskan ornamen mewah.
Sebagai "pseudo-ahli heraldik", Lucien langsung mengenali lambang keluarga kerajaan Holm - lambang keluarga Hofenberg. Beberapa pakaian Natasha juga memiliki pola serupa.
Berjalan setengah langkah di belakang anggota keluarga kerajaan Holm ini adalah seorang pria berambut cokelat paruh baya. Gaun panjang yang seharusnya elegan tampak meregang akibat postur tubuhnya yang bulat seperti bola. Di lengannya tergenggam tas kulit hitam, sementara wajah tembemnya dipenuhi senyum terlalu menjilat.
"Yang Mulia Pangeran." Rodham memberikan penghormatan dengan khidmat.
Inilah satu-satunya pangeran Kerajaan Holm, Adipati Aidenberg Patrick Hoffenberg - kakak Meridith dan paman Natasha.
Lazare dan Lucien yang sudah menerka identitasnya membungkuk sedikit, tidak serendah Rodham. Sapaan mereka lebih bersifat formal. Tidak ada hierarki ketat antara penyihir dan bangsawan, kecuali bila penyihir tersebut "dirawat" oleh bangsawan dengan menerima dana, material, dan fasilitas untuk eksperimen magis.
Patrick mengangguk ringan sebagai balasan. Awalnya hendak langsung menuju gerbang, namun pandangan sampingnya tiba-tiba menangkap cincin batu ungu muda berkilauan dan memesona di tangan kanan Lucien. Dengan suara serak seperti orang flu, ia bertanya, "Cincin Mahkota Holm? Apakah Anda Tuan Lucien Evans?"
Kejayaan dan otoritas keluarga kerajaan Holm di antara negara-negara pendukung penyihir tidak lepas dari banyaknya anggota keluarga yang menjadi penyihir luar biasa, terutama Yang Mulia Arkanis Agung. Oleh karena itu, seluruh institusi kerajaan sangat menghargai kekuatan sihir. Wajar jika mereka secara tidak sadar berusaha merangkul ahli sihir jenius peraih Penghargaan Mahkota Holm - kehormatan tertinggi di bidang sihir elemen.
Lucien tersenyum sopan, "Merupakan kehormatan bagiku diingat oleh Yang Mulia Pangeran."
Mata keabuan Patrick memancarkan senyuman: "Beberapa tahun terakhir sepertinya adalah dunia Lucien Evans. Satu adalah musisi jenius yang membuka era baru musik... satu lagi adalah penyihir jenius, penerima termuda Penghargaan 'Mahkota Holm'." Saat menyebut musisi jenius, dia tiba-tiba berhenti sejenak, lalu sudut bibirnya juga mengembang senyum, "Evans, apakah kau ingin bergabung dalam penelitian druid?"
"Ya." Lucien tidak mengerti mengapa Patrick tiba-tiba menanyakan hal ini.
Patrick mengangguk sambil tersenyum: "Tanah untuk eksperimen telah ditetapkan di desa 'Sariwa' yang berada di bawah kekuasaan langsung kerajaan. Sebagian tanah di sana sangat tandus. Nanti akan kukirim orang untuk memerintahkan pejabat desa melayanimu dengan baik, *batuk-batuk*, *batuk-batuk*..."
Tiba-tiba dia batuk hebat seolah-olah sulit bernapas, sampai pelayannya mengeluarkan botol ramuan sihir berwarna hijau muda dan menuangkannya ke mulutnya, barulah perlahan tenang.
"Kalau begitu saya ucapkan terima kasih atas kebaikan Yang Mulia Pangeran." Lucien agak tidak nyaman dengan tiba-tiba hangatnya sikap Patrick.
Patrick mengangkat tangannya: "Kejayaan keluarga kerajaan tidak terlepas dari dukungan bersama para bangsawan dan penyihir."
Setelah berbincang beberapa kalimat lagi, kondisi fisik Patrick jelas memburuk. Dia pun pergi dikawal beberapa ksatria beraura mengerikan yang menyembunyikan kekuatan. Sebelum pergi, dia berbisik: "Dalam surat dari Natasha kecil, ada Moonlight Sonata terbaru dari musisi jenius itu..."
Lucien tertegun sejenak. Apakah dirinya sudah dikenali? Tapi setelah menerima Penghargaan 'Mahkota Holm' dan menjadi figur ternama, kemungkinan identitasnya terbongkar memang besar. Lucien tak pernah meremehkan kemampuan Gereja dan Majelis Sihir dalam mengumpulkan intel. Ia hanya berharap Natasha bisa menepati janjinya untuk menjaga Joel, John, dan yang lain.
"Hmm, tanpa pengawasan Tangan Pucat Kehijauan, sudah saatnya menulis surat untuknya."
Si Gendut yang tadi mengantar kepergian Patrick dari menara sihir tiba-tiba kembali. Dengan senyum lebar ia berkata: "Jadi Anda adalah Tuan Ivens pemenang Penghargaan 'Mahkota Holm' hari ini! Sungguh pemuda berbakat. Pasti akan menjadi penyihir tingkat tinggi di masa depan. Saya Arthur Doyle, direktur Bank Pertambangan Bersama Holm, seorang Baron."
Akhirnya dia menekankan gelar bangsawannya, tampaknya sebagai bangsawan istana tanpa tanah warisan. Menjadi direktur Bank Tambang Bersatu Holm dengan status Baron, pastinya ada dukungan dari banyak bangsawan besar bahkan keluarga kerajaan di belakangnya.
Setelah mengobrol sebentar, Arthur si Gendut menghela nafas: "Pemikiran penyihir muda seperti Tuan Ivens memang lebih terbuka. Bank Tambang Bersatu kami selalu ingin berinvestasi di jalur Kereta Api Uap Sihir, terutama yang menuju pelabuhan, tapi selalu ditolak Komite Urusan. Hanya dengan bakat seperti Tuan yang cepat berkembang dan menjadi Anggota Komisi, kerjasama lebih dalam dengan Dewan Sihir bisa terwujud. Ya, Tuan Ivens, semoga kita sering bertemu."
Usai berkata demikian, dia memberikan Lucien sebuah kartu bertepi emas yang mirip kartu nama.
Melihat Lucien menerima kartu nama dan mengantar Si Gendut Arthur pergi dengan sikap dingin, Lazare menghela napas dalam: "Setelah mendapatkan Penghargaan 'Mahkota Holm', sepertinya kamu langsung menjadi orang penting, Evins."
"Ini baru permulaan. Orang-orang baru mulai melihat potensi investasi yang bagus." Lucien menggelengkan kepala sambil tersenyum, kemudian bersama Lazare memasuki menara sihir tingkat atas dipandu oleh Rodem.
※※※
Sebuah kereta api uap sihir melesat di dataran luas. Di dalam gerbong, para druid tertegun menyaksikan pemandangan yang bergerak cepat di luar jendela - ada berbagai ras Elf dengan telinga runcing dan ciri fisik berbeda, manusia, serta kurcaci.
"Item alkimia ini benar-benar di luar dugaan!" Setelah lama terdiam, sebagian besar druid akhirnya berseru penuh kekaguman.
"Seorang pria Elf yang cantik seperti wanita memandang keluar dengan wajah pucat, berbisik pada rekan Elf di sampingnya: 'Manusia terkutuk, penyihir jahat, terus merusak alam! Rel besi dan kereta api ini merusak harmoni alam! Aku seolah mendengar tanah menangis, tanaman mati mengutuk, mereka pasti akan menerima malapetaka dan balas dendam alam!'"
"Aku tidak mengerti mengapa Ketua Suku bersimpati pada manusia perusak alam yang menebang hutan, bahkan bekerja sama mempelajari sihir ilahi. Beberapa tetua lain menentang habis-habisan tapi tidak berguna." Gadis Elf yang cantik luar biasa itu penuh kebingungan dan kemarahan.
