“Apakah aku sudah menjadi bodoh dan pikun sampai-sampai Druid level tiga atau empat bisa berbuat onar dan merusak di hadapanku?”
Suara menggelegar seperti halilintar menggema di lantai 33. Para Penyihir Legendaris dan Mage Agung Majelis Parlemen Tertinggi secara tidak sadar bersandar ke belakang sambil mengerutkan kening. Tak seorang pun ingin merasakan teriakan angin kencang dari Yang Mulia Storm Master, meskipun kemarahannya hanya ditujukan pada Ketua Douglas, bukan pada mereka.
Douglas tetap tenang, dengan ekspresi ramah dan penuh kasih, seolah sudah terbiasa menghadapi teriakan Storm Master. "Fernando, tugasmu, Heatherway, dan Vicent adalah bekerja sama dengan Malfurion untuk secepatnya mengungkap misteri sihir ilahi alam. Jika ada yang perlu didiskusikan, aku siap menghentikan eksperimen saat ini untuk membantu. Aku yakin Brook, Oliver, dan Helen juga akan dengan senang hati membantu."
Para penyihir kuno yang mendirikan Dewan Sihir bersamanya banyak yang tersingkir seiring perkembangan okultisme. Saat ini hanya tersisa lima anggota di Majelis Parlemen Tertinggi. Enam Arkanis Agung lainnya adalah generasi muda Douglas, bahkan dua di antaranya bisa dianggap sebagai muridnya. Karenanya hanya dia yang memiliki hak untuk memanggil nama anggota Majelis Parlemen Tertinggi lainnya tanpa menggunakan marga.
Seorang pria terhormat setengah baya bernama Brook dengan wig, kacamata berbingkai emas, dan gaun panjang hitam berkancing ganda; Oliver Constantine yang berambut hitam bermata hitam dengan penampilan bangsawan; serta Helen Paris yang bibirnya kebiruan dan secantik elf salju, semuanya mengangguk halus. Meski sering berselisih dan bersaing diam-diam, saat ini mereka semua menunjukkan kesediaan untuk membantu.
Jika misteri sihir ilahi alam bisa dipecahkan, berarti kita selangkah lebih dekat untuk mengungkap "Rahasia Tuhan" Gereja Kebenaran. Begitu para penyihir "jahat" satu per satu bisa menerima "anugerah ilahi" dan menggunakan sihir suci, sebagian besar Pastor, Uskup, dan Ksatria Suci Gereja pasti akan mengalami keraguan iman total - entah ditelan cahaya suci atau kehilangan semua kekuatan ilahi.
Ini merupakan hal yang sangat krusial bagi Majelis Sihir!
“Dan Fernando, menurutmu apakah Gereja akan diam saja melihat upaya kami setelah mengetahui hal ini? Apakah kamu pikir faksi pembenci alam di Hutan Struthio yang menentang kelompok elf hanya akan membuat kerusakan, tanpa diam-diam melaporkan ke Gereja?”
Logika bicaranya yang bertahap dan sistematis membuat Storm Master Fernando terdiam, meski Douglas berbicara dengan nada lembut. Sebagai tokoh super kuat yang bertahan ratusan tahun, Douglas memiliki aura yang menggentarkan.
“Kalian harus menghadapi sabotase Gereja sekaligus membongkar rahasia sihir ilahi alam secepatnya. Beban di pundak kalian sudah sangat berat. Karena itu aku tak ingin melihat perhatian kalian terpecah oleh anak-anak kecil ini. Lebih baik kita hilangkan potensi masalah sejak awal.”
Dengan penjelasan seterbuka ini, anggota Majelis Parlemen Tertinggi lainnya paham bahwa sebenarnya Yang Mulia Ketua Dewan khawatir akan kegilaan yang mungkin dilakukan Gereja. Agenda utama rapat hari ini jelas tentang cara mengantisipasi mereka, sementara penanganan para pengacau muda hanyalah hidangan pembuka.
“Maaf, Ketua Douglas, aku memang ceroboh. Meskipun Felipe selalu menahan diri, hal semacam ini bukan sesuatu yang bisa dia kendalikan sesuka hati.” Fernando mengakui kesalahannya dengan lapang dada.
Di seberang meja bundar berdiri seorang pria paruh baya berkulit pucat kehijauan berjubah hitam. Tubuhnya kurus kering seolah tulang terbungkus langsung oleh kulit, bola mata yang bergelora menyala warna merah tua bagai api.
Dengan suara rendah dia berujar: "Di luar masalah Okultisme dan Sihir, kau selalu kurang berpikir, cabang tua. Menurutku kita harus langsung mengisolasi para Druid itu, meminggirkan mereka. Untuk mencegah mereka menyadari atau membuat alasan berulah, kita bisa menugaskan ahli Okultisme yang berprestasi tinggi tapi minim waktu untuk penelitian ini."
Mendengar panggilan julukan dari Vicent, Storm Master Fernando tampak tak ambil pusing: "Makanya Vicent, kau tak pernah berani debat soal matematika atau dasar-dasar Okultisme denganku..."
"Yang Mulia Sang Penguasa Arwah, seberapa besar reputasi yang diperlukan agar para druid ini menganggap kelompok penelitian mereka sebagai salah satu tim inti?" Penyihir Legendaris Klaus dengan kooperatif bertanya, mencegah Vinsent tersedak oleh ucapan Fernando.
Vinsent melirik Heatherway yang duduk tenang bagai patung, lalu berkata dengan tempo sedang: "Menurutku cukup dengan seorang penerima Penghargaan Takhta Abadi dan penerima Penghargaan Mahkota Holm. Felipe sedang sibuk dengan eksperimennya sendiri, hanya bisa meluangkan waktu sesekali tanpa energi untuk penelitian. Sedangkan Lucien Evans dari Elemen Kehendak sebenarnya belum mencapai level okultisme dan sihir yang cukup untuk memecahkan misteri sihir ilahi atau memenuhi permintaan Malfurion. Nona Florence yang menempatkannya di sini hanya untuk belajar. Dengan duo ini memimpin, kelompok penelitian ini akan sangat meyakinkan bagi para druid."
Panggilan resminya terhadap Florencia berasal dari suaminya—"Tangan Pemusnah" Oliver Constantine.
"Usulan yang bagus, saya rasa bisa mencapai tujuan. Guru, bagaimana pendapat Anda?" Kabarnya, Brook yang konon berseteru dengan Douglas karena perbedaan pandangan tentang esensi energi spiritual (gelombang vs partikel) ternyata adalah murid Douglas. Namun sikap dingin di antara mereka seolah membenarkan rumor tersebut.
Sebelum Douglas mengangguk, Heatherway tiba-tiba berbicara. Mata keabuan dinginnya menyapu seluruh anggota Majelis Parlemen Tertinggi: "Satu orang memimpin satu kelompok, pisahkan Druid yang ingin membuat masalah."
Douglas mengangguk perlahan: "Usulan Heatherway sangat baik. Jangan biarkan mereka bersatu, harus dipisahkan dulu. Jika tidak ada keberatan, mari mulai bahas cara mencegah Gereja."
※※※
Di dalam villa taman Lucien, Sekolah Sihir Douglas.
“Baru beberapa hari tidak melihatmu, guru pemula Lucien Evans yang kami kenal ternyata sudah menjadi penerima Penghargaan 'Mahkota Holm', bahkan yang termuda!” Rock berteriak-teriak sambil mengelilingi Lucien, "Bagaimana perasaanmu sekarang? Tuan orang penting kami, ahli sihir oskur tingkat empat pertama dalam sejarah yang mencapai level ini tanpa pernah memiliki level okultisme resmi sebelumnya?"
Melihat tingkah Rock, Lucien merasa ia punya bakat menjadi wartawan. Ia tersenyum tipis: "Aku sama seperti dulu, hanya pandangan orang lain yang berubah. Kurasa jika aku mengajukan proyek lamamu dulu untuk dana, mungkin bisa sukses menipu mereka."
Ucapan hiperbolis Lucien berhasil mengalihkan perhatian Rock yang mulai mengeluh: "Memiliki reputasi dan status itu enak. Aku lihat beberapa proyek penelitian ahli sihir oskur tingkat menengah bahkan tidak sebagus idenya, tapi tetap bisa dapat dana. Lucien, apa kau punya rencana membuat proyek penelitian sendiri? Aku bisa kasih inspirasi, atau nanti saat aku sudah jadi ahli tingkat menengah, aku jadi asistenmu!"
Tanpa menghiraukan omong kosong Rock, guru-guru kenalan seperti Jerome dan Viornia terus memandangi Lucien dengan tatapan tak percaya, terutama pada cincin Mahkota Holm yang menghiasi tangan kanannya.
Setelah lama terdiam, Viornia akhirnya berkata: "Bisa bekerja sama dengan penerima Penghargaan Mahkota Holm selama ini, kami punya cerita yang bisa dibanggakan ke orang lain. Tapi sungguh sulit dipercaya, baru kemarin kau diskors dan masih belajar dasar Okultisme, tiba-tiba sudah meraih penghargaan tertinggi di bidang sihir elemen. Ini lebih mengejutkan daripada jika aku tiba-tiba jadi penyihir tingkat tinggi."
Dia berhenti sejenak, lalu terkekeh seolah teringat sesuatu: "Di Holm, ada tradisi pria memberi cincin pada wanita sebagai lamaran. Dengan cincin secantik dan sekuat ini, ditambah dirimu yang muda berbakat dan tampan elegan, Lucien, kurasa tak ada gadis yang bisa menolak."
"Membahas diskors, beberapa waktu lalu Bayert dan kawan-kawan kembali melayangkan keluhan tentangmu Lucien. Mereka beranggapan kamu sering bolos dan sama sekali tidak serius dalam mengajar murid, lalu menuntut pengusiranmu dari sekolah. Hasilnya, begitu pengaduan mereka sampai ke meja Kepala Sekolah Donald, edisi terbaru jurnal《Elemen》terbit. Haha, ekspresi mereka begitu berubah-ubah seperti gaun warna-warni wanita saat membaca makalah penelitian di dalamnya. Kemarin kabar kamu memenangkan Penghargaan 'Mahkota Holm' tersiar, konon Bayert sampai menghancurkan cangkir keramik putih Kolett kesayangannya."
"Andai saja penelitianmu Lucien bisa menghasilkan temuan yang mengguncang keyakinan mereka, pasti akan lebih memuaskan..."
Rock berbagi cerita dengan gembira namun sedikit menyesali reaksi Bayert yang tertunduk malu. Ketika Lucien kembali hari ini, beberapa guru yang sebelumnya tidak puas malah menghindar dari kejauhan.
“Lucien, surat yang kamu pegang di tangan ini ditujukan untuk siapa? Sangat tebal.” Jerome yang pendiam dan introspektif dengan tajam memperhatikan surat tebal di tangan Lucien.
Lucien menggerakkan tangan kirinya: “Untuk seorang teman yang jauh.” Sebelumnya saat merapikan barang dan buku-buku, Lucien menghabiskan lebih dari satu jam menulis surat untuk Natasha, terutama berbagi pengalaman perjalanan, refleksi tentang musik, serta menggunakan kode rahasia yang sudah disepakati untuk menyampaikan bahwa dirinya telah tiba dengan selamat dan mendapatkan Cincin Mahkota Holm. Sebagian isi surat itu ditujukan untuk John melalui Natasha, dan di akhir surat, Lucien berpesan pada Natasha untuk menjaga Joel dan yang lainnya.
“Sekental ini? Hei, Lucien, apakah kau menulis surat untuk kekasihmu? Pasti dia sangat cantik dan lembut, sampai-sampai kau mengabaikan kami para wanita cantik di sini.” Vilnia, wanita yang sudah menikah, bercanda, “Kapan kau akan menjemputnya ke Alin? Kau sudah jadi Ahli Sihir Oskur tingkat empat dan Penyihir lingkaran pertama, cukup memenuhi syarat.”
Cantik memang benar, tapi lembut... Memikirkan ini, Lucien mulai merasa keringat dingin mengucur. Mungkin Natasha lebih lemhat terhadap wanita sejati?
Tersenyum canggung: Lucien tak menjawab, menghindari penjelasan yang malah memperkeruh.
Tiba-tiba, Annik dan Splinter yang mendengar kabar datang menginterupsi candaan Vilnia. Mereka memandang Lucien dengan penuh kekaguman dan rasa berat hati: "Tuan Ivens, apakah Anda akan pergi?"
“Tuan Ivens memang bukan orang biasa, baru tiba di Alin tidak lama sudah meraih penghargaan tertinggi di bidang Elemen. Sungguh membanggakan bisa diajar oleh beliau!”
Lucien tersenyum: “Ya, tapi aku masih di Alin. Jika kalian ingin terus belajar denganku, datanglah ke rumah baruku Sabtu sore.”
Lucien yang dibebani latihan sangat banyak oleh Tuan Laventy, sangat ingin berbagi "kegembiraan" ini dengan orang lain.
“Benarkah?” Annik bereaksi pertama dengan gembira, Splinter juga langka menunjukkan senyum, diikuti Haiti dan lainnya yang bersorak.
Bimbingan Tuan Ivens membantu Cherie menyusul kemajuan kelas pemula, jarak antara Annik dengan murid unggul seperti Grant semakin menipis. Hal ini memicu decak kagum, iri, sekaligus membuat semakin banyak guru mencoba "strategi lautan soal" Lucien – membuat para magang mengeluh tak henti.
Lucien mengangguk dengan santai, menunjukkan senyum sempurna: "Tentu saja, soal latihan pasti cukup."
Seakan tersambar kilat, Haiti, Leirilya, Cherie dan lainnya membeku, ingin menolak namun tak kuasa mengangguk. Senyum sempurna itu seolah menggoda mereka "jatuh ke jurang Abyss".
※※※
Senin pagi, kereta kuda yang ditumpangi Lucien tiba di kota kecil "Saliva", lalu menuju penginapan "Dragon Root" sesuai informasi misi untuk bertemu "anggota" kelompok eksperimennya.
Dengan topi tinggi hitam dan jas panjang berkancing ganda senada, Lucien tampil anggun. Di dadanya, Lencana Okultisme kini berpendar empat bintang perak, sementara Lencana Sihir memiliki dua cincin hitam.
