"Tuan Rhine. Bagaimana kau bisa berada di sini?"
Lucien bertanya penuh kebingungan, suaranya terdengar jelas nyata. Jantungnya yang sempat melambung tinggi kini kembali tenang. Meski tetap waspada dan siaga, rasa ngeri mengerikan yang sebelumnya menyergap saat mendengar tawa itu telah hilang dari dalam hatinya.
Orang yang mengangkat gelas anggur sebagai salam tak lain adalah Rhine "Pengamat", kenalan Lucien sejak berpisah di Alto yang tak pernah lagi memberi kabar. Dia ternyata muncul dalam proyeksi Kastil Tua Ivy di dunia mayat hidup, dengan sikap santai seolah sengaja menunggu Lucien di sini.
Singgasana emas megah yang dibuat khusus Pangeran Witt sebagai simbol kejayaan perang selama seabad ini, di dunia mayat hidup hanya tampil dalam warna hitam-putih-abu yang monoton. Seolah segala hal berharga semasa hidup - emosi, kejayaan, kesetiaan, harta, hidangan lezat - di sini setelah kematian akan menjadi senyap setara, pucat sama, tanpa makna apa pun.
Namun Rhine yang duduk di singgasana ini memancarkan warna perak, merah, dan berbagai warna lainnya secara utuh. Seolah-olah di tengah dunia yang mati bagai kubangan air tergenang, di antara mayat-mayat yang membusuk dan kaku, tiba-tiba muncul sosok manusia hidup yang menciptakan riak warna-warni namun terasa sangat tidak selaras, penuh dengan kesan penolakan yang kuat.
Rhine mengayunkan gelas anggur di tangannya, menatap cairan merah darah yang bergoyang-goyang di dalamnya, lalu tersenyum ringan: "Tentu saja aku di sini untuk menantimu, Lucien."
"Tuan Rhine, jangan bercanda..." Ujung bibir Lucien berkedut ringan. Ternyata Rhine yang suka bercanda itu masih sama seperti dulu, membuatnya langsung merasa lebih rileks.
Tapi Lucien tidak percaya Rhine sengaja menunggunya di sini. Mereka sudah lama tidak berhubungan. Rhine bahkan tidak tahu apa yang dialami Lucien setelah tiba di Dewan Sihir atau tugas apa yang diberikan padanya. Hanya mengandalkan ramalan, sulit mencapai tingkat akurasi setepat ini.
Rhine menggelengkan kepala, meletakkan gelas anggur, perlahan berdiri. Di punggungnya muncul dua sayap kelelawar raksasa yang sepenuhnya menutupi aula kastil kuno berdaun kering. Cahaya hitam bergoyang lembut seperti riak air.
"Benar-benar vampir... Apakah dia legenda?" Setelah melihat ini, Lucien akhirnya yakin. Meski sejak bertemu "cucu" Rhine, Viscount Carlondia, Lucien sudah menebak hal ini, namun Rhine begitu mistis. Hanya dengan menyaksikan langsung baru bisa memastikan. Tentu, terkadang apa yang terlihat belum tentu nyata.
Rhine perlahan menuruni tangga tahta, tersenyum santai: "Lucien, aku benar-benar menunggumu. Untuk ini bahkan sengaja memproyeksikan diri ke mimpi Pangeran Witt."
Meskipun ia terlihat santai dan mudah, Lucien tiba-tiba merasakan sensasi aneh: seolah semua tenaganya terkuras hanya untuk mempertahankan eksistensinya saat ini. Yang berdiri di hadapannya bukanlah Rhine yang sesungguhnya, melainkan hanya sebuah proyeksi!
"Ada keperluan apa, Tuan Rhine? Anda juga tahu tentang dunia mayat hidup? Selama ini menjelajah di sini?" Ekspresi Lucien berubah serius saat menyebut nama Pangeran Witt, pertanyaannya penuh ketegangan.
Rhine mengangguk: "Awalnya aku ditugaskan Dewan Kegelapan untuk mengurus sesuatu di Alto, tapi kemudian menemukan segel asli 'Tuhan Perak Putih'. Ini terkait peristiwa sebelum Tahun Suci yang menggemparkan dunia, juga rahasia masuk dan kedalaman dunia mayat hidup. Karena itu, aku mengubah rencana dan bekerja sama dengan pihak yang sebelumnya menjadi musuh."
“Kardinal Salder?” Lucien berpikir sambil menebak. Di seluruh Alto, hanya Kardinal Salder yang memiliki kekuatan setara untuk bekerja sama dengan sosok misterius seperti Rhine yang diduga legenda, sekaligus pernah menjadi musuhnya sebelumnya——Dua legenda lain di Kadipaten berada di Benteng Utara, yaitu "Cahaya Ilahi" Beliar, Komandan Ordo Ksatria Pedang Suci sekaligus guru Natasha, serta Milton "Ular Khaos" yang memiliki hubungan erat dengan Keluarga Violet. "Tapi seorang Pastor Suci bekerja sama dengan 'leluhur' vampir... Benar-benar aneh dan absurd..."
Rhine tersenyum menawan dengan pujian: "Bagus, sangat cerdas. Akhirnya kita pun hanya mencapai tujuan dengan setengah hati. Namun saat menjelajahi dunia mayat hidup, terjadi beberapa insiden, sementara Salder menyembunyikan diri terlalu dalam. Akhirnya aku terjebak di kedalaman dunia mayat hidup, mirip seperti Maskelyne yang meninggalkan jimat untukmu."
Sambil berkata, dia melirik dada Lucien.
"Bagaimana kamu..." Lucien balas bertanya dengan terkejut, tapi segera menyadari bahwa Rhine sebelum masuk ke dunia mayat hidup sudah mengetahui pergerakannya, statusnya sebagai penyihir, dan pasti mendengar kabar tentang retaknya Kunci Sihir "Salib Bintang Besar". Ditambah rahasia yang diketahui sang "pengamat" ini, tak sulit menebak bahwa dirinya mendapat warisan "Peramal" Maskelyne.
Maka saat berhadapan langsung sekarang, sang legenda ini dengan indra tajamnya mudah mendeteksi kehadiran jimat "Mahkota Matahari".
Mungkin di kedalaman dunia mayat hidup dia bahkan pernah bertemu Maskelyne...
Mengusir kebingungan, Lucien bertanya: "Tuan Rhine, mengapa kondisi Anda berbeda dengan Yang Mulia Maskelyne padahal sama-sama terperangkap? Rahasia apa yang tersembunyi di dalam dunia mayat hidup?"
Ini adalah pertanyaan yang telah menghantui Lucien selama berhari-hari bahkan bermalam-malam, terutama setelah mengetahui kemungkinan hubungan Maskelyne dengan kemunculan Gereja Kebenaran. Kini, Lucien akhirnya bertemu dengan "kesaksian langsung" dari seorang ahli yang terperangkap di kedalaman dunia mayat hidup, tentu saja dia ingin bertanya sampai puas!
Rhine mengangkat tangan dengan gaya khasnya: "Aku selalu berhati-hati, melakukan persiapan sebelumnya, dan bisa meminjam kekuatan dari sosok tertentu. Jadi meski terperangkap, tidak sepenuhnya kehilangan kemampuan, masih bisa memproyeksikan diri. Sayangnya proyeksi ini saat ini hanya bisa muncul di dunia mayat hidup tanpa kekuatan berarti. Untuk berkomunikasi dengan dunia material utama, hanya bisa memilih makhluk hidup yang sekarat dan masih bisa merasakan aura kematian, lalu memproyeksikan diri dalam mimpinya."
"Karena peristiwa yang dialami Pangeran Witt terkait dengan beberapa 'oknum' di dunia mayat hidup, aku terus memantau melalui proyeksi. Kemudian dari mimpi penyihir transformasi Miaqua yang hampir kubunuh, aku mengetahui kedatanganmu."
"Mengingat kamu mungkin sudah memahami keberadaan dan misteri dunia mayat hidup dari persiapan yang ditinggalkan Maskelyne, mengingat hubungan erat antara kita - hei, kita adalah teman yang akrab, mengingat kamu yang terlemah kekuatannya di antara semua orang yang mengetahui rahasia ini sehingga sementara tidak akan punya pikiran lain, mengingat aku tidak mampu memproyeksikan diri ke dalam mimpimu, maka aku memutuskan untuk membawamu ke dalam dunia mayat hidup untuk berkomunikasi baik-baik. Kemudian, aku pun menghubungi Pangeran Witt."
"Ternyata latar belakang peristiwa ini begitu rumit..." Lucien berkomentar pelan. "Tuan Rhine, apa hubungannya ini semua dengan dunia mayat hidup? Apakah rahasia dunia mayat hidup berkaitan dengan para Tuhan? Apakah kamu ingin aku menyelamatkanmu? Sebelum menjadi Penyihir Legendaris, kurasa aku tidak mungkin menjelajah lebih dalam ke dunia mayat hidup."
Rangkaian pertanyaan ini mengekspos getaran emosi dan kompleksitas batin Lucien yang teraduk-aduk.
Rhine dengan ekspresi langka yang serius mengangguk sedikit: "Aku tidak tahu apa sebenarnya rahasia dunia mayat hidup yang dimaksud orang lain. Tapi menurut penilaianku dari banyak intelijen dan kabar rahasia, itu memang terkait dengan Tuhan, dengan keabadian sejati. Sayangnya aku tidak bertemu Maskelyne dan kawan-kawannya, juga belum bisa menyelami lebih dalam, jadi tak bisa menjelaskan rinciannya. Mungkin kelak saat kau jelajahi sendiri, kau akan temukan jawabanmu."
"Sedangkan masalah ini, ada seseorang yang mengetahui keberadaan dunia mayat hidup, bahkan seperti Maskelyne yang hampir menyentuh rahasia Tuhan, mengirim bawahannya untuk mengincar harta Pangeran Witt yang sedang sakit parah. Mengapa dia melakukan ini? Aku juga tidak paham. Secara logika normal, tindakan ini sama sekali tak bermakna baginya."
“Permintaanku terbagi menjadi dua tahap. Pertama, setelah kau menjadi penyihir tingkat tinggi, pergilah ke beberapa tempat berbahaya untuk mengaktifkan persiapan yang telah kutinggalkan sebelumnya dan mencari keberadaan tertentu. Jika semuanya berjalan lancar, aku bisa bebas tanpa perlu tahap kedua. Jika tidak berhasil, maka tunggulah sampai kau menjadi Penyihir Legendaris, sebaiknya setelah menjadi Arkanis Agung, baru masuk lagi untuk membantuku seperti permintaan yang mungkin ditinggalkan Maskelyne.”
Lucien agak terkejut dengan permintaan Rhine. "Dia ternyata telah menyiapkan persiapan sedemikian matang," pikirnya serius. "Tuan Rhine, kau telah banyak membantuku. Aku akan berusaha memenuhi permintaanmu jika bisa menjadi penyihir tingkat tinggi. Tentang menjadi Penyihir Legendaris, saat ini sulit bagiku untuk memastikan kemampuan naik tingkat."
“Sesuai dugaan, ini adalah sifat yang kupahami dan kusukai. Bagaimanapun, untuk urutan berbahaya seperti ini aku hanya bisa meminta bantuan, takkan memaksamu bersumpah atau memberikan janji, semuanya bergantung pada keinginanmu sendiri.” Rhine tertawa riang seolah tak terperangkap, “Selain itu, aku takkan menyuruhmu mengambil risiko hanya karena hutang budi. Setelah menjadi penyihir tingkat tinggi dan memiliki kekuatan yang memadai, kau bisa mengunjungi tempat persembunyian hartaku dan mengambil tiga benda yang kau sukai dari beberapa lapisan pertama. Jika aku bisa bebas atau kau menjadi penyihir legendaris, bukalah Lapisan Terbawah ruang harta itu dan pilih satu koleksi andalanku.”
“Jangan menolak, semakin kuat kemampuanmu nanti, semakin besar peluangku untuk bebas.”
Lucien mengangguk perlahan: “Baik. Sebagai seorang Ahli Sihir Oskur, setelah mengetahui keberadaan rahasia penting seperti dunia mayat hidup ini, aku tak bisa menahan keinginan untuk menjelajahinya.”
Selain karena minat besar terhadap pengetahuan dan hal tak dikenal, ini juga berkaitan dengan ketakutan akan maut dan proses menua.
Selain itu, Lucien mencurigai Rhine yang misterius ini masih memiliki persiapan cadangan lain, bukan sekadar menaruh harapan pada dirinya saja.
"Lucien, sebelum kau mencapai kekuatan legenda, jangan sekali-kali memberitahu orang lain tentang dunia mayat hidup atau meminta bantuan mereka. Baik Ksatria Epik dari Kerajaan Holm, Arkanis Agung Majelis Sihir, maupun Penyihir Legendaris—begitu mengetahui dunia mayat hidup yang terkait rahasia Tuhan dan keabadian ini—kemungkinan terbesar adalah mereka akan menghabisimu." Rhine mengingatkan dengan serius.
Lucien juga menyetujui dengan penuh kesungguhan dan kehati-hatian, ini bisa dibilang merupakan rahasia terbesar di dunia yang sekali terbongkar akan memicu badai mengerikan.
Setelah hening beberapa detik, Lucien melanjutkan pertanyaannya: "Tuan Rhine, bisakah kau memberitahuku lebih banyak rahasia tentang hal ini?"
“Lucien, mengetahui beberapa hal terlalu dini tidak baik untukmu, jangan terlalu terburu-buru. Ketika kau pantas mengetahuinya, aku akan memproyeksikan ke dalam mimpimu untuk memberitahukan.” Ucapan Rhine sedikit kontradiktif dengan sebelumnya, kemudian kembali menampilkan senyum tampan yang bernada bercanda, “Oh ya, untuk sementara aku akan membayar sedikit imbalan di muka.”
Rhine yang telah berada di depan Lucien tiba-tiba mengeluarkan aura dahsyat, sepenuhnya meredam Lucien di tempatnya tanpa bisa bergerak. Empat taring berkilauan keperakan muncul dari deretan giginya yang putih rapi.
Penampilan ini sama sekali tidak menyeramkan, justru memiliki keindahan yang aneh.
“Tuan Rhine?” Lucien tidak terlalu panik, karena dengan aura penindasan yang ditunjukkan Rhine, sangat mudah baginya membunuh dirinya tanpa perlu berbasa-basi lama sebelumnya.
Rhine menunduk, menggigit leher Lucien dengan suara lembut: “Tenang, ini bukan pemberian darah pertama.”
Rasa sakit seperti kesemutan yang halus datang dari leher, Lucien awalnya merasa sedikit pusing, lalu merasakan seluruh darah di tubuhnya mulai mendidih, berubah secara misterius menjadi kekuatan tak berbentuk yang mengalir deras ke jiwa.
Tubuh Lucien melemah dengan cepat, sementara jiwanya menguat dalam sekejap!
