Lucien diam-diam menggerakkan sudut bibirnya. Aktivitas psikologis? Perubahan pola pikir? Apakah harus menggunakan analisis mimpi, psikologi perilaku, atau "Zhou Gong Jiemeng"?
"Ternyata banyak penyihir yang menganggap Isabella layak mendapat mahkota? Hanya karena penelitiannya inovatif dan revolusioner, mampu memasukkan ilusi lebih dalam ke sistem Okultisme, lalu mengabaikan fakta bahwa ini masih hasil penelitian dangkal dan belum matang? Ini benar-benar melanggar semangat Sihir!"
Harrison tidak menyadari keanehan senyuman Lucien, terus menggerutu dengan emosi. Sepulang berdebat dengan banyak Ahli Sihir Oskur sore tadi, emosinya telah tertahan. Bertemu tamu seperti Lucien yang menguasai Okultisme, murni praktisi Elemen dan sihir astral tanpa prasangka, membuatnya lepas mengumbar pendapat tentang hal ini.
Lucien memegang gelas anggur, tersenyum mendengar keluhan Harrison. Pikiran akan makalah penelitian yang akan dia ajukan membuatnya merasakan sensasi "tertembak" yang samar.
Setelah mengomel cukup lama, Harrison akhirnya berhenti. Saat itu, pesta makan malam hampir dimulai.
Dengan puas dia mengangguk pada Lucien: "Ivens, kau memang Ahli Sihir Oskur yang menonjol. Pemahamanmu tentang sihir sangat tajam, bisa menilai nilai penelitian Isabella dengan jelas. Jika ada masalah alkimia atau ilusi di masa depan, kau bisa bertanya padaku."
Tanpa menunggu jawaban Lucien, dia langsung kembali ke aula bersama James, Russell, Hayson dan yang lain.
"Aku sama sekali tidak mengatakan apa-apa..." Lucien memandang bayangan punggungnya yang berbalik pergi dengan perasaan dizalimi. Tadi dia hanya diam mendengarkan sambil sesekali mengangguk-angguk, bagaimana bisa dianggap sebagai pendukung pandangan Harrison?
"Tapi sepertinya dia sangat menyukai gelar kehormatan 'penyihir' dari Kekaisaran Sihir Kuno itu, bukan gelar Ahli Sihir Oskur yang sekarang..."
Ini adalah pertama kalinya Lucien berinteraksi dengan ahli ilusi tingkat tinggi, secara tidak sadar dia menganalisis pandangannya melalui kebiasaan bahasa dan kecenderungan ucapan.
"Baiklah, Evans, mari kita keluar. Akan kuperkenalkan kau pada semua orang, mereka adalah bangsawan Kerajaan yang cenderung mendukung Penyihir Gelap." Pangeran Patrick mengakhiri percakapan dengan Adipati Russell, Adipati James, dan lainnya, beristirahat beberapa menit, meminum ramuan untuk memulihkan tenaga, baru kemudian mengajak Lucien kembali ke aula.
Lucien menghentikan analisisnya terhadap Viscount Harrison, tersenyum lalu mengikuti Pangeran Patrick keluar.
Setelah dua puluh lebih bangsawan beserta istri mereka memberikan penghormatan, Patrick menunjuk Lucien: "Para wanita sejati, Tuan-tuan, inilah sang protagonis jamuan makan kita—Lucien Evans! Malam ini kita berkumpul untuk merayakan pengangkatannya sebagai murid Yang Mulia Storm Master!"
Para bangsawan yang tidak diberitahu sebelumnya dan baru mengetahui hal ini saat itu, awalnya tampak bingung dan terkejut, lalu mulai bertepuk tangan dengan antusias. Reputasi Storm Master sangat terkenal di negara-negara seberang benua ini. Banyak bangsawan tahu bahwa dia adalah Arkanis Agung dan anggota inti Majelis Parlemen Tertinggi Dewan Sihir yang memiliki hak veto. Status muridnya tentu sangat penting. Kehadiran Lucien Evans dalam jamuan makan yang diadakan Pangeran Patrick menunjukkan bahwa dia berpihak pada kalangan bangsawan, patut mendapat ucapan selamat.
Setelah tepuk tangan, Adipati James yang botak menghampiri sambil membawa gelas anggur: "Evans, tadi saat diskusi tentang spell messaging elektromagnetik, kau sama sekali tidak memberi pendapat. Apakah dalam hati menertawakan arah diskusi kami yang salah? Hehe, bisakah kau menyampaikan kepada Yang Mulia Storm Master untuk menyederhanakan spell messaging elektromagnetik ke tingkat lingkaran dua? Masalah kerjasama pasti tidak ada masalah."
Meski nada bicaranya terdengar sedikit "menggerutu", James sengaja menggunakan teknik percakapan ini untuk mempererat hubungan. Sikapnya yang lebih akrab ini berbeda jauh dengan senyum manis dan kesopanan berlebihan sebelumnya.
"Akan kucoba sebisa mungkin, tapi Yang Mulia pasti tahu watak Guru yang keras. Di hadapannya, kami harus selalu waspada dan berhati-hati, tak berani melakukan kesalahan sekecil apapun." Lucien dengan lihai memanfaatkan "nama besar" Storm Master sebagai tameng.
Harrison yang mengikuti dari belakang menatap Lucien lama sebelum akhirnya bicara: "Selamat Evin. Kukira mentormu akan menjadi anggota komisi biasa, tak menyangka malah Yang Mulia Storm Master. Tampaknya meraih penghargaan seperti Crown dan Medal sebelum mencapai tingkat tinggi memang sangat membantu perkembangan diri."
"Viscount Harrison, ucapan selamat saja tak cukup. Aku masih menantikan perkenalanmu dengan penyihir tingkat tinggi lainnya di Dewan Sihir. Aku belum banyak mengenal orang di sana." Senyum Lucien terlihat tulus, nada bicaranya penuh ketulusan.
Dalam sekejap memahami bahwa Lucien ingin membangun jaringan koneksi pribadinya, Harrison menghilangkan sedikit rasa tidak nyaman dan berkata dengan lebih tulus dari sebelumnya: "Saya dan teman-teman saya sangat menantikan diskusi tentang okultisme dan sihir denganmu, Ivens."
Alunan musik yang riang dan menenangkan mengiringi jamuan makan. Lucien berkenalan dengan banyak bangsawan besar yang memegang kekuasaan nyata di kerajaan atau menguasai wilayah tertentu. Yang mengejutkan, Adipati Botak James telah naik ke level sembilan dan menjadi Ksatria Emas, sama sekali tidak terlihat dari penampilan luarnya. Di antara bangsawan lainnya, masih ada beberapa Ksatria Langit.
※※※
Setelah jamuan makan malam, Lucien kembali ke Alin. Saat hendak menulis makalah penelitian di ruang baca, Leo datang melapor: "Tuan, seorang pria bernama Lazare datang mengunjungi bersama sekelompok magang sihir."
"Informasi mereka ternyata sangat cepat ya." Lucien awalnya berencana mengundang teman-teman dan para magang untuk pertemuan setelah menyelesaikan makalah penelitiannya, tak menyangka akan menerima kunjungan berturut-turut dari Arthur dan Lazare dkk.
Namun kedatangan sahabat baik tetap membuat Lucien senang, ia segera memerintahkan Leo: "Segera persilakan mereka masuk."
Rompi coklat, kemeja putih, gaun panjang hitam berkancing ganda, topi tinggi model klasik - gaya berpakaian Lazare tak berubah sedikitpun sejak setahun lalu. Senyumnya masih bersinar terang seperti mentari, langsung mencerahkan suasana. Sementara Annik, Leirilya, Haiti, Splinter dan para magang lainnya sudah tumbuh lebih tinggi, mulai menunjukkan sosok remaja yang beranjak dewasa.
"Lucien, pulang saja tidak memberi kabar. Untung Carterina bekerja sebagai resepsionis di Departemen Pengelola Penyihir, kami baru tahu kau ternyata menjadi murid Yang Mulia Storm Master!" Lazare memeluk Lucien dengan hangat.
Murid-murid lainnya diam-diam memperhatikan Lucien yang sedang memberi salam, dengan perasaan campur aduk antara gembira dan gentar. "Selamat datang kembali, Guru Ivens."
"Resepsionis di Departemen Pengelola Penyihir? Carterina, kalian sudah lulus? Bagaimana dengan Cindy dan Dona?" Tanya Lucien dengan sedikit terkejut.
Carterina yang sudah tinggi dan matang sejak usia 14 tahun semakin mempesona setelah tiga tahun. Bentuk tubuhnya yang indah sering membuat Leirilya dan Haiti yang bertubuh ramping iri. Dengan senyum kecut ia menjawab, "Bukankah Guru pernah bekerja di sekolah sihir juga? Tidakkah Guru ingat kalau waktu kelulusan selalu jatuh di bulan Juni? Lagipula kami sudah belajar selama tiga tahun, menyelesaikan semua ujian kelas lanjut, dan lulus ujian dasar Okultisme untuk memperoleh poin okultisme dasar itu."
Saat menyebut prestasi mereka, dia tak bisa menahan diri untuk pamer di hadapan guru yang dihormati sekaligus ditakuti. Haiti, Leirilya, Annik, dan yang lain secara tidak sadar meluruskan punggung, bersiap menerima pujian. Hanya Cherie yang terlihat sedikit lesu: "Hanya aku yang belum lulus, baru masuk kelas murid tingkat tinggi."
Lucien bukan guru yang pelit pujian. Senyum tulus mengembang di wajahnya: "Meski Majelis Sihir menetapkan lulus sekolah sihir dalam tiga tahun, tapi jarang murid yang memenuhi syarat. Apalagi kalian baru setengah jalan mempelajari okultisme. Pencapaian ini sangat luar biasa."
Mendapat pujian guru, para murid berseri-seri wajahnya. Hanya Splinter yang setelah tersenyum, menunduk dengan perasaan campur aduk antara kesedihan, kemarahan, dan kesombongan.
Memperhatikan keanehan itu, Lucien sementara tidak bertanya. Pandangannya beralih ke Lazare.
tertawa, "Cindy dan Dona sedang dalam tahap kunci untuk naik ke Penyihir Gelap Sejati, jadi mereka mengundurkan diri dari pekerjaan untuk fokus persiapan. Sedangkan Carterina, sebagai lulusan terbaik Sekolah Sihir Douglas, direkomendasikan untuk posisi bagus ini. Kalau bukan karena dia mendengar obrolan beberapa Penyihir Tingkat Tinggi yang lewat, kami tidak akan tahu Anda sudah kembali. Bahkan menjadi murid Yang Mulia Storm Master. Huh, saya selalu mengira akan jadi murid Tuan Laventy."
Lulusan terbaik sekolah sihir biasanya direkomendasikan untuk posisi bagus di Markas Besar Dewan Sihir atau cabang-cabangnya. Siswa lain juga mendapat rekomendasi serupa, tapi mereka lebih memilih mencari sendiri.
"Saya sendiri juga terkejut. Omong-omong, selain Carterina, bagaimana dengan kalian Annik, Leirilya? Saat ini di Markas Besar, cabang, atau tempat lain?" Masalah Storm Master melibatkan banyak hal, Lucien memutuskan membicarakannya nanti. Untuk sementara dia menanyakan kabar murid-murid yang dekat dengannya.
Haiti dengan sedikit kebanggaan berkata: "Guru, kami semua di Markas Besar Dewan Sihir. Aku di Departemen Ujian Magang, Leirilya di area penukaran, Annik di Area Tugas. Tapi semuanya cuma pekerjaan serabutan."
Tiba-tiba dia menyembulkan bibirnya, menampakkan ekspresi memohon: "Guru, tolong bantu Splinter ya."
Splinter menegakkan kepala dengan kasar, melototi Haiti, sepertinya tidak mau menerima bantuan orang lain. Hal ini disebutkan secara terbuka membuatnya merasa malu dan kesal.
“Dia kenapa?” Lucien memberi isyarat pada Haiti untuk berani berbicara.
Dengan sifat ceria khasnya, Haiti yang hanya takut pada Guru Ivens menjawab nyaring: "Splinter dipecat sekolah karena terlalu banyak membolos, bukan lulus normal."
"Membolos?" Lucien tersenyum melihat Splinter, anggota pemberontak ini benar-benar murid pemberontak sejati.
Splinter berkata dengan muram: "Kelas Ramuan Sihir, Dasar Elemen, Analisis Sihir, dan Konstruksi Sihir sudah lama ku kuasai melalui materi yang Tuan Guru tinggalkan. Mengapa harus buang waktu untuk ikut kuliah? Bukankah lebih baik belajar konten yang lebih tinggi sendiri? Selain kelas latihan sihir, aku rasa tidak ada mata pelajaran lain di sekolah yang layak diperhatikan."
Lazare menyela dengan tertawa: "Alasan yang cukup bagus, tapi kurisi para kolot di sekolah sihir pasti tidak akan menerimanya."
Leirilya melirik Splinter dengan penuh simpati: "Guru, karena status Splinter sebagai Murid yang dikeluarkan, Markas Besar Dewan Sihir, menara-menara sihir berbagai organisasi, maupun jurnal semuanya menolak mempekerjakannya. Saat ini dia hanya bisa bekerja sebagai pelayan di restoran sihir. Bisakah Guru mencari cara untuk membantunya?"
Di mata mereka, Haiti, Annik, Carterina, dan yang lain, Tuan Ivens yang segera menjadi penerima termuda Penghargaan 'Mahkota Holm' dan murid Arkanis Agung setelah tiba di Dewan adalah sosok ajaib yang serba bisa!
"Guru, saya baik-baik saja. Setelah menjadi Penyihir Gelap Sejati, mana mungkin tidak ada yang mau merekrut?" kata Splinter dengan bangga.
Lucien tidak langsung menjawab. Ia mengusap dagu beberapa saat sebelum berkata, "Sejak lama saya punya ide, tapi status belum memadai. Kini sebagai murid guru, saya yakin punya daya persuasi. Splinter, saya ingin mengajukan pendirian Lembaga Penelitian Okultisme. Maukah jadi asisten saya?"
"Lembaga penelitian?" Lazare dan yang lain tampak bingung dengan istilah ini.
Lucien tersenyum penuh makna: "Anggap saja nama proyek penelitian. Entah Komite Penelitian Sihir akan menyetujui atau tidak. Splinter, apa kau setuju?"
“Saya, saya, terima kasih Guru!” Splinter yang begitu angkuh ini, bekerja sebagai pelayan terasa sangat memalukan. Hanya bimbang sebentar lalu langsung menyetujui. Ia menghibur diri sendiri, toh ini gurunya sendiri, seharusnya menjadi asistennya!
Namun saat mengucapkan terima kasih, rongga matanya sedikit memerah.
Mendengar percakapan mereka, Lazare merenung sejenak: “Lucien, energi spiritualku sudah mencapai standar tingkat menengah. Tapi karena dasar matematika dan penguasaan pengetahuan analisis magis masih kurang, sama sekali tidak terlihat harapan promosi. Bisakah saya mengundurkan diri dari Elemen Kehendak, lalu menjadi asistenmu di institusi Okultisme atau apa pun itu? Kemampuanmu dalam Okultisme sangat saya kagumi. Saya yakin dengan bimbingan dan eksperimen magis bersamamu dalam jangka panjang, pasti sangat membantu.”
“Tidak masalah, tapi harus menunggu sampai permohonanku disetujui.” Lucien menyambut baik Lazare. Bagaimanapun dia adalah Ahli Sihir Oskur level dua dan penyihir lingkaran kedua.
Lazare kembali menyembunyikan senyum berkilauan: "Bagaimanapun, aku sudah berniat meminta nasihat okultisme darimu. Ngomong-ngomong, nama Lembaga Penelitian Okultisme agak terlalu luas, bisakah diganti dengan yang lebih konkret?"
Mendengar soal penamaan, para Magang langsung berkecamuk memberi pendapat. Badai Laboratorium, Institut Ivens, tanpa berpikir panjang langsung mereka lontarkan, sementara sorot mata bercahaya mereka tertuju pada Lucien, berharap ia mau mengambil saran mereka.
Lucien berpikir lebih dalam lalu berkata: "Sebut saja 'Lembaga Penelitian Atom'."
"Terdengar sangat Keren." Haiti mengeluarkan decakan kagum.
"Guru, saya tidak suka pekerjaan di Area Tugas, terlalu berisik. Bolehkah saya bergabung dengan Lembaga Penelitian Atom Guru?" Annik yang biasanya pendiam dan malu-malu tiba-tiba memberanikan diri bertanya.
"Kebetulan saya sedang kekurangan personel." Lucien tidak menolak.
"Kami juga mau!" Haiti dan Leirilya ikut nimbrung dengan semangat, sementara Carterina setelah beberapa saat ragu-ragu akhirnya menyatakan keinginannya.
Setelah Lucien menyetujui semua permintaan, Haiti bercanda: "Kalau dilihat begini, Institut Atom dan Kelas Pelengkapan Okultisme sebenarnya satu tempat yang sama ya."
"Gadis kecil tidak mengerti, ini namanya dua bendera satu pasukan..." Lucien berpikir dalam hati.
