Blurgh, hujan deras seperti air terjun yang mengalir dari langit, langit menjadi gelap dan menekan. Melihat kabut air putih yang bertebaran di luar aula, menimbulkan ilusi seolah terisolasi dan ditinggalkan oleh dunia.
"Hujan di Bulan Api benar-benar tak terduga." Di aula jamuan makan, Drummond berdiri di dekat jendela sambil memegang gelas anggur, mengagumi hujan deras. Anggur merah tua dalam gelasnya bergoyang perlahan.
Isabella yang mengenakan mahkota kristal mendengar ucapannya, membandingkan suasana hangat di dalam aula dengan kegelapan luas di luar, lalu tersenyum lembut: "Kekuatan alam jauh lebih hebat dari sihir kita. Kecuali Yang Mulia dari bidang legendaris, siapa yang bisa mengendalikan cuaca dalam skala sebesar ini, menciptakan pemandangan mengerikan seperti ini?"
"Halilintar dan badai pasti akan mereda, sama seperti berbagai rintangan yang kita hadapi. Entah itu teori sihir warisan kuno maupun Gereja yang kuat dan menakutkan, pada akhirnya akan dikalahkan oleh Okultisme dan Sihir. Takdir bagaikan roda raksasa yang terus menggelinding ke depan, siapa yang menghalangi akan terinjak-injak, sementara yang tak bisa mengikuti pasti akan tertinggal selamanya. Aku paling menyukai cuaca setelah hujan, segar dan indah seolah dunia yang penuh kotoran telah dicuci bersih, membangun dunia baru." Drummond berkata dengan penuh semangat, sementara kilat terus menggelegar di luar dan hujan mengguyur deras.
※※※
Di sekitar Alin, awan badai berkumpul rapat dengan kilat yang menari-nari. Sinar matahari cerah tiba-tiba tergantikan oleh kegelapan, membentuk kontras tajam dengan pemandangan teduh di Lentat yang tak jauh dari sana.
Lucien sama sekali tidak menyangka, kemarahan dan teriakan seorang Arkanis Agung ternyata bisa memicu perubahan cuaca yang begitu mengerikan. Udara di sekitarnya mengeras bagai zat padat menekan tubuhnya, menciptakan sensasi sesak napas yang tak tertahankan.
"Dunia tidak kontinu?"
"Dunia tidak kontinu!"
Teriakan Fernando bergema di telinga, lebih dahsyat daripada gemuruh guntur di luar:
"Tapi itu hanya syarat hipotesis agar rumus ini valid! Itu cuma asumsi belaka!"
"Storm" menghadang di depan, Lucien tidak menunduk. Di tengah tekanan yang bagai zat padat, ia berbicara dengan tenang namun penuh ketegasan dingin:
"Bahkan jika hanya sebuah hipotesis, setidaknya itu satu-satunya hipotesis yang kita miliki sejauh ini!"
Bruuk!
Seolah-olah ribuan petir bergemuruh bersamaan, kilatan listrik keperakan berkerlap-kerlip di kedua mata Fernando:
“Satu-satunya hipotesis? Kau berani menyingkirkan semua kemungkinan lain sekarang? Ada deduksi ketat? Ada konfirmasi eksperimen? Ada verifikasi sihir?!”
Pupil hitam Lucien dalam bagaikan air danau, tak tergoyahkan oleh geraman maupun badai:
"Dari penelitian selama ini, setidaknya analisis dari sudut pandang lain sudah ditolak. Jika hipotesis ini benar, adakah bukti konkret atau deduksi yang menggulingkannya?"
Penelitian selama ini dilakukan melalui diskusi berdua. Setiap penolakan penjelasan dari sudut berbeda telah disetujui Fernando sendiri, setiap kesulitan telah diatasi melalui pengalaman langsungnya. Dalam premis seperti ini, ia tak bisa menyangkal pernyataan Lucien. Hatinya mulai goyah, hanya bisa menggeram:
"Bukti? Seluruh dunia ini adalah bukti!"
"Lucien tiba-tiba tersenyum lembut: "Guru, esensi dunia ini penuh misteri yang dalam. Apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan terbatas oleh diri sendiri. Apakah pandangan Ahli Sihir Oskur biasa dan Arkanis Agung terhadap dunia sama? Apakah Arkanis Agung yang mendukung teori partikel dan gelombang memiliki pandangan dunia yang sama? Namun rumus ini nyata. Sebelum menemukan penjelasan lain, kita harus menerima hipotesis ini sementara."
"Guru, Anda pernah berkata padaku: Terkadang pengalaman dan pengetahuan masa lalu justru menjadi penghalang kemajuan kita!"
Mendengar motto yang dirangkum para Arkanis Agung dari peristiwa berdarah, Storm Master Fernando yang bertubuh pendek dengan kilat melompat di mata bagai dewa, berdiri tegak. Jubah sihir merah menyala-nya berkibar-kibar ditiup angin kencang. Setelah lama, kilat keperakan di matanya menghilang, awan badai di luar pun sirna.
"Untungnya ini masih sebatas hipotesis sementara. Aku akan melanjutkan pekerjaan ini, mencari penjelasan dari sudut pandang lain." Fernando menghela napas pelan, suaranya terdengar menua.
Melihatnya tampak mulai menerima, Lucien bertanya dengan penuh perhatian: "Guru, kau baik-baik saja?"
"Untungnya ini masih sebatas hipotesis sementara." Fernando mengulangi kalimat itu, "Jika saat kau mengajukan hipotesis ini sudah ada bukti tak terbantahkan yang mendukung, mungkin sekarang aku sudah 'bum!' berubah menjadi badai sesungguhnya, badai daging. Tentu, mungkin juga dunia kognitifku hancur membeku, kemungkinan peningkatan dalam sihir menjadi sangat kecil."
"Dan sekarang mengingat ini masih sebatas hipotesis, aku masih punya waktu penyangga. Proses mencari penjelasan dari sudut lain untuk membantahnya sendiri sebenarnya adalah proses perubahan bertahap menuju penerimaan. Tentu saja, diskusi kita selama ini membuatku paham, tanpa teori baru yang muncul, kemungkinan menemukan penjelasan lengkap makna rumus ini dari sudut berbeda sangatlah kecil. Hei, mungkin teori baru yang muncul justru berbasis pada hipotesismu ini."
Guru, ketidakkontinuan energi dan kuantisasi hanyalah permulaan. Di jalan ini masih ada banyak 'setan' yang lebih mengerikan dan lebih meruntuhkan common sense dibandingkannya. Bahkan Einstein, salah satu ilmuwan terhebat di Bumi, mengalami "dunia kognitif yang membeku dan hancur, tak bisa melangkah lebih jauh" karena mereka.
Tentu saja Lucien tidak mungkin mengucapkan kata-kata ini. Jalan mendekati kebenaran dunia selalu begitu mengerikan dan sulit dipercaya. Namun melihat kondisi emosional Fernando yang masih stabil, bahkan bisa bercanda, Lucien akhirnya lega. Ia sama sekali tidak ingin membuat kepala gurunya meledak. Terutama mengingat tak pernah ada penyihir di bawah tingkat legenda yang mencoba membuat kepala seorang legenda meledak akibat runtuhnya dunia kognitif - tak ada yang tahu seberapa dahsyat daya hancurnya.
Mungkin seperti ahli sihir tingkat menengah dan tinggi yang duduk diam di kursi lalu meledak, paling-paling hanya mengotori tubuh orang lain. Atau mungkin menghancurkan semua benda dalam radius tertentu di sekitarnya.
Setelah terdiam sejenak, Fernando kembali menghela napas. Kali ini ia tak lagi tampak sebagai Storm Master yang keras dan pemarah, melainkan seperti seorang tua di ambang senja: "Aku lebih suka tak pernah melakukan eksperimen radiasi panas, tak pernah terlintas pikiran ini. Tapi segalanya tak bisa diputar balik. Mungkin kita telah melepaskan monster mengerikan yang bisa membinasakan sistem Okultisme, Majelis Sihir, bahkan seluruh dunia. Sebelum hari ini, tak pernah terbayang olehku bahwa energi mungkin tidak kontinu, dunia mungkin terputus-putus seperti kumpulan gambar yang dikarang-karang. Menurutmu, bagaimana reaksi penyihir lain ketika melihat premis dan makna rumus ini?"
Secara metaforis, seluruh dunia ini seperti film yang terdiri dari frame-frame terpisah, Lucien membetulkan pemikirannya dalam hati secara refleks. Lalu ia tersenyum getir: "Sebagian besar akan gemetar ketakutan, lalu menghibur diri bahwa ini hanya hipotesis. Akhirnya mereka akan mengabaikan masalah ini secara tidak sadar, hanya menggunakan rumusnya. Sedangkan segelintir kecil akan marah, membantah, menuduh... lalu BOOM!"
"Kau paham itu baik. Pengajuan makalah ini dan cara melontarkannya perlu didiskusikan lagi. Meski masih berupa hipotesis, dampak guncangannya harus diminimalkan. Benar-benar hipotesis yang mengguncang!" Fernando telah kembali ke wujud khidmatnya. "Susunlah pekerjaan hari ini dalam bentuk makalah dan kirim ke Douglas. Mungkin dialah Arkanis Agung yang paling bisa menerima hipotesismu. Hei, energi tidak kontinu melainkan terkuantisasi, bukankah seperti partikel-partikel? Baik, sebut saja kuantum."
"Adapun Heatherway dan yang lain, bagi makalah menjadi dua bagian. Beri mereka waktu penyangga sehari. Terkadang, hal yang ditemukan sendiri lebih mudah diterima daripada diberi tahu. Setidaknya pengalamanku tadi membuktikan itu."
Sesuai perintah Fernando, Lucien menyelesaikan makalahnya. Saat hendak mencantumkan nama, Fernando yang bersandar di kursi tiba-tiba duduk tegak. Dengan sungguh-sungguh ia berkata: "Cantumkan namamu sendiri sebagai penulis tunggal. Aku mundur saat merumuskan hipotesis ini. Hasil ini sepenuhnya milikmu."
"Guru..." Lucien menatapnya terkejut.
Fernando membelalakkan matanya: "Lakukan seperti perintahku, aku tidak mau mencantumkan nama di makalah yang bahkan belum aku akui."
Setelah mengirimkan surat, Fernando menutup mata untuk menstabilkan dunia kognitifnya sambil merenungkan penjelasan formula dari sudut pandang lain, ruangan pun kembali sunyi.
Lucien juga menyesuaikan kondisinya. Saat fokus sebelumnya tak terasa, kini baru sadar betapa tubuhnya telah basah keringat dingin menghadapi tekanan mengerikan Storm Master, jantungnya berdebar kencang hampir keluar dari dada.
Dalam kesunyian aneh ini, waktu mengalir perlahan hingga menjelang tengah hari. Tepat saat Lucien hampir tak tahan dan hendak pamit pulang untuk menganalisis sihir, cahaya terang tiba-tiba menyembur dari sudut kosong di ruang baca.
Entah mengapa, Formasi Sihir di ruang baca sama sekali tidak bereaksi. Dari cahaya tersebut muncul seorang pria tua tinggi berambut putih. Matanya biru, mengenakan gaun malam hitam yang rapi sempurna, namun wajahnya yang ramah terlihat sangat muram dengan sedikit ketakutan.
Di tangannya tergenggam belasan lembar kertas putih. Dengan suara keras ia berteriak: "Fernando, ini hanya sebuah hipotesis!"
"Tapi tetap satu-satunya hipotesis yang kita miliki sekarang!" Fernando membalas teriakan itu tanpa gentar.
Percakapan ini terdengar familiar bagi Lucien. Tiba-tiba udara di ruangan terasa mencekam seolah gaya gravitasi berubah drastis. Apakah ini Ketua Majelis Sihir, "Kaisar Sihir", "Pilihan Sihir" Douglas?
"Bagaimanapun juga, belum ada bukti empiris!" Douglas mengerutkan kening. "Ini lebih sulit dipercaya daripada kehancuran Kekaisaran Sihir!"
“Pengalaman dan pengetahuan masa lalumu sedang mengikatmu, Douglas! Sejauh ini, hanya ini penjelasan yang bisa kita berikan untuk rumus ini—dan itu sepenuhnya valid!” Secara pribadi, Fernando tidak suka menambahkan sebutan "Ketua Parlemen" setelah nama Douglas.
"Kita masih butuh lebih banyak pekerjaan." Menghadapi teriakan menggelegar bagai halilintar, Douglas tak mundur setapak, menyampaikan pendapatnya dengan tenang.
Setelah kedua raksasa ini saling berteriak beberapa saat, perasaan mereka perlahan mereda. Sesuai pernyataan sebelumnya, setidaknya untuk sementara ini masih berupa hipotesis belaka.
“Lucien, mungkin hanya pemuda sepertimu yang tidak memuja-muja pengalaman masa lalu yang bisa mengajukan hipotesis mengerikan dan menakutkan ini.” Douglas menghela napas sambil menatap Lucien, tak kuasa menggunakan dua kata sifat untuk menggambarkan hipotesis ini, “Meski masih sebatas hipotesis, perumusan formula dan penjelasan teoretis ini sendiri merupakan kontribusi luar biasa di bidang termal, dapat secara efektif mengurangi kesulitan banyak sihir. Saya yakin Pondok Palmeira dan Utara tak akan mengabaikan hasil kerjamu. Menurutku kau layak menerima Medali Es.”
