Selubung sihir yang ilusif menghilang, garis-garis keabuan di lantai telah menghitam sepenuhnya, seolah digambar dengan arang.
Lucien di tengah ruangan merasakan jiwa dan dunia kognitifnya terhubung lebih erat, menjadi luar biasa kuat. Seolah dengan perkembangan ini, suatu saat nanti ia mampu memproyeksikan jiwa dan lingkungan kognitifnya ke dunia material, mengubah ilusi menjadi kenyataan!
"Inikah perasaan menjadi penyihir tingkat tinggi?" Lucien dengan girang mengangkat kedua tangannya, menatapnya lekat-lekat. Masih ramping dan kuat, tak ada perubahan fisik. Namun perubahan pada jiwa, energi spiritual, dan dunia kognitifnya sangat nyata.
Namun Lucien juga menyadari, rasa mampu mengubah yang ilusif menjadi nyata dan segalanya berada dalam kendali hanyalah persepsi yang membesar setelah baru saja naik tingkat. Untuk benar-benar mencapai tingkat itu, setidaknya harus menjadi Penyihir Legendaris. Seperti saat dunia kognitif gurunya berguncang, seluruh Alin dan wilayah sekitarnya langsung mengalami perubahan cuaca ekstrem: gelap mencekam disertai halilintar menggelegar, bagaikan kiamat datang.
"Guru, apa itu Takdir Tanpa Jejak?"
Suara penuh kebingungan itu membangunkan Lucien. Takdir Tanpa Jejak? Apa maksudnya? Apa hubungannya dengan perubahan Bintang Nasib Utamanya? Apakah ada fenomena aneh yang muncul dalam formasi sihir saat itu?
Segudang pertanyaan ini langsung membanjiri otak Lucien. Andaikan tidak ada yang menanyakannya, pasti dia akan memilih menyembunyikannya lalu mencari referensi di Perpustakaan Okultisme dan Sihir Tinggi untuk memahami kondisi setengah Bintang Nasib Utamanya yang berubah menjadi lubang hitam!
Pertanyaan ini diajukan oleh Tang Pu. Ia merasakan aura mengerikan yang seolah bisa menelan segalanya dalam ritual sihir saat itu, mendengar kata yang tanpa sengaja terucap oleh Guru, sehingga timbul rasa penasaran yang kuat dan kebingungan yang mendalam. Bahkan anggota komisi seperti dirinya, seorang Penyihir Gelap cincin delapan, belum pernah mendengar istilah "Takdir Tanpa Jejak". Perubahan apa yang sebenarnya terjadi pada Lucien?
Fernando tidak menjawab pertanyaannya. Ia mengelus kepala Alfres yang masih bingung tak memahami situasi, lalu menatap Lucien: "Sudah naik ke tingkat tinggi?"
"Ya, akhirnya berhasil menghentikan ekspansi Langit Berbintang Takdir." Lucien menjawab jujur, kemudian dengan sama "bingung"-nya bertanya: "Guru, apa itu Takdir Tanpa Jejak? Saat aku berusaha mengendalikan Langit Berbintang tadi, Bintang Nasib Utama sepertinya mengalami perubahan aneh."
“Hmph, kau anak brengsek ini selalu membuat masalah!” Fernando bermuka masam memarahi, “Tidakkah bisa tenang menunggu 3-4 tahun untuk promosi ke tingkat tinggi? Harus nekat naik tingkat lebih cepat.”
Setelah memarahi, dia berhenti sejenak: “Sebenarnya tentang dunia kognitifmu, aku tidak sepatutnya menanyakan secara detail - ini rahasiamu sendiri. Tapi karena kau ingin tahu, akan kujelaskan sedikit.”
“Penyihir Tak Bertanda Takdir mengacu pada jenis penyihir spesial. Saat menghubungkan Bintang Nasib Utama dan membentuk bayangan, karena berbagai faktor internal dan eksternal, bayangan mereka runtuh menjadi kehampaan. Bintang utama kehilangan kilatannya, sehingga jalurnya tak bisa lagi diamati melalui Astrologi atau ramalan sejenis. Dari sudut pandang pengamat, seolah penyihir ini melompat keluar dari sungai takdir, tak terikat oleh nasib.”
Tang Pu terkagum: “Ada penyihir seperti itu? Ini hampir seperti Anak Takdir!”
Sambil berkata, pandangannya yang bingung beralih ke Lucien, seolah melihat entitas yang tak terpahami—apakah Lucien adalah Penyihir Tanpa Jejak Takdir?
Setiap penyihir yang menguasai astrologi pasti dipenuhi ketakutan akan takdir yang abstrak, sulit diprediksi secara presisi, dan tak bisa diubah. Sungguh tak terbayangkan ada penyihir yang kebal terhadap pengaruh takdir!
"Anak Takdir apaan! Lihat, mereka juga akhirnya runtuh dan mati!" Fernando menyelipkan ironi khasnya.
"Runtuh, Guru, siapa saja Penyihir Tanpa Jejak Takdir yang pernah ada?" tanya Lucien penasaran. Apakah dirinya termasuk dalam kategori ini?
Fernando terkekeh: "Hanya lima yang kuketahui. Paling termasyhur adalah 'Raja Matahari' Tanos, senator Kekaisaran Magis Kuno Hilvanas. Empat lainnya juga Penyihir Legendaris, tapi semuanya telah menemui ajal."
“Apakah Yang Mulia Raja Matahari Tanos adalah orang yang tak terlacak takdirnya? Lalu bagaimana dia bisa menjadi Raja Matahari? Mengapa tidak ada catatan literatur?” Tang Pu sama sekali tidak bisa memahami fakta ini, “Raja Matahari” adalah profesi legenda astral kuno yang konon harus mengubah Bintang Nasib Utama menjadi matahari untuk naik tingkat. Bintang nasibnya saja sudah runtuh, dengan apa dia bisa naik level?
Lucien juga merasa bingung, jangan-jangan Raja Matahari seperti dirinya?
Fernando menggelengkan kepala sambil tersenyum: “Rahasia seperti ini hanya bisa diakses oleh kewenangan Majelis Parlemen Tertinggi. Para penyihir kuno yang sudah ada sebelum Raja Matahari runtuh mungkin bisa menebak sedikit.”
“Saat Tanos naik ke tingkat legenda, dia menggunakan sejumlah besar Batu Matahari yang dikombinasikan dengan mayat makhluk jahat kuno bernama Chilchira untuk membuat matahari buatan. Saat itu setiap Penyihir Legendaris mengira dia tidak akan bisa maju lagi dengan metode ini, tapi ternyata dia justru mencapai puncak tertinggi semua penyihir.”
“Ternyata benar Yang Tak Berjejak Takdir selalu menciptakan keajaiban. Dan setiap mereka menjadi Penyihir Legendaris, benarkah mereka anak takdir?” Tang Pu berkata sambil melirik ke arah Lucien.
Fernando menatap Tang Pu dengan khidmat: “Tidak semenyeramkan yang kau bayangkan. Yang Tak Berjejak Takdir paling-paling hanya kebal terhadap Magis Ramalan berbasis astrologi, selebihnya sama seperti penyihir biasa.”
“Mengenai catatan literatur bahwa setiap Yang Tak Berjejak Takdir menjadi Penyihir Legendaris, sebaiknya kau berpikir terbalik. Mereka yang gagal menjadi Penyihir Legendaris bahkan tak layak diteliti, mungkin mati di tahap Mage Agung, penyihir tingkat tinggi, penyihir tingkat menengah, bahkan magang sihir yang baru menyambung Bintang Nasib Utama. Aku yakin, banyak sekali Yang Tak Berjejak Takdir seperti ini, bahkan yang non-penyihir sejak lahir.”
“Kekebalan terhadap Magis Ramalan astrologi tetap mengerikan...” Lucien tiba-tiba berharap dirinya adalah Yang Tak Berjejak Takdir.
“Hmph, aku tidak percaya ada Yang Tak Terdeteksi Nasib yang sebenarnya.” Fernando tersenyum sinis, “Lebih tepatnya, astrologi dan jenis magis ramalan Astral lainnya tidak bisa mengamati jejak Bintang Nasib Utama Tanos dan kawan-kawannya. Bukan berarti mereka benar-benar lepas dari Sungai Takdir.”
“Ini terjadi karena metode observasi sihir Astral yang terbelakang dan kurangnya pemahaman tentang Bintang Nasib Utama aneh semacam ini. Aku yakin, dengan terobosan Okultisme, penentuan lokasi bintang sejati, serta perkembangan sihir Astral, pasti akan ada cara lain untuk menentukan jejak Bintang Nasib Utama 'Kosong' ini. Bahkan jika tidak bisa ditentukan langsung, kita bisa menduga melalui pengamatan perubahan langit berbintang di sekitarnya. Tak berjejak, bukan berarti benar-benar tanpa jejak!”
Suara Fernando semakin bersemangat di akhir kalimat, penuh keyakinan. Ini adalah sikap percaya diri yang dimiliki setiap penyihir yang melewati Era Perkembangan Besar Okultisme, terutama para perintis seperti Fernando sendiri.
“Guru, apakah Lucien adalah individu tak berjejak takdir?” Tang Pu tak tahan bertanya, sementara Alfres juga mendengarkan dengan penasaran. Naga kecil ini jelas bukan makhluk bodoh yang minim pengetahuan sihir.
Fernando menatap Lucien sejenak lalu menggelengkan kepala dengan ekspresi bingung: "Awalnya aku juga mengira Lucien tak berjejak takdir. Heran mengapa perubahan baru muncul saat promosi ke tingkat tinggi. Tapi sekarang sepertinya tidak, Bintang Nasib Utamanya masih terpantau. Sebenarnya apa yang terjadi di dalam dunia kognitifmu tadi?"
"Awalnya aku berusaha keras mengendalikan letusan Bintang Nasib Utama dan ekspansi langit berbintang, tapi hasilnya kurang memuaskan. Saak hampir tak sanggup menahan, Bintang Nasib Utama tiba-tiba terbelah tanpa alasan. Sebagian meledak dahsyat lalu runtuh secara drastis, membentuk pusaran kehampaan yang seolah bisa menelan segalanya. Ini menghentikan pembakaran bagian lain Bintang Nasib Utama, dan aku pun bisa mengendalikan ekspansi langit berbintang."
Lucien dengan sengaja menggambarkan perpecahan dalam dirinya sebagai perubahan yang tidak jelas penyebabnya. Bagaimanapun, Majelis Sihir sendiri belum memahami alasan sebenarnya munculnya "takdir tanpa jejak", bahkan mungkin Yang Mulia Raja Matahari Tanos dan yang mengalami langsung pun tidak mengerti.
Fernando mengetuk punggung tangan kirinya dengan tangan kanan penuh kebingungan, mengikuti irama melodis yang kuat: "Bintang Nasib Utama bisa terpecah? Apa penyebabnya? Bagaimana komposisi dunia kognitifmu? Jika tidak ingin menjelaskan, tidak perlu dipaksakan."
"Tidak ada yang perlu disembunyikan." Lucien tersenyum sambil menjelaskan dunia kognitifnya, hanya menyembunyikan bagian batas kabur antara "api-angin-air" dan dunia es. Bagaimanapun, semua yang hadir di sini sudah tahu bahwa dia mengajukan hipotesis energi tidak kontinu, dan percaya bahwa elektron adalah bagian dari struktur internal atom - yang sebelumnya tidak bisa diberitahukan pada Gurunya adalah peran hipotesis energi tidak kontinu dalam proses awal materialisasi dunia kognitifnya.
Fernando mungkin bisa menebak adanya bagian bersalju dalam dunia kognitif Lucien, namun tidak mengungkapkannya. Dengan kebingungan, ia menggerakkan lima jari tangan kanannya: "Aku tidak melihat hubungannya dengan pemisahan Bintang Nasib Utama. Lucien, kapan tanggal lahirmu?"
Tanggal lahir dan beberapa faktor lain memang bisa menyebabkan gangguan terhadap pilihan Bintang Nasib Utama.
Hati Lucien berdebar. Apakah kemampuan Bintang Nasib Utamanya untuk terpisah terkait dengan ketidaksesuaian antara raga dan jiwa?
Sambil berpikir demikian, Lucien menjawab dengan jujur sesuai identitas setelah melintas ke dunia ini. Fernando tentu saja tidak menemukan masalah. Akhirnya, ia mengeluarkan bola kristal yang jernih dan transparan, bersiap menggunakan astrologi untuk memeriksa kondisi Lucien saat ini.
Lucien juga ingin mengetahui apa sebenarnya fungsi "bintang kembar" takdirnya ini. Bersama Tang Pu dan yang lain, ia menatap penuh harap ke bola kristal sang Guru tanpa berusaha mencegah. Bagaimanapun, Tang Pu sudah tahu tentang anomali Bintang Nasib Utama saat promosinya ke tingkat tinggi. Beberapa kali percobaan astrologi diam-diam mungkin cukup untuk mengungkap kondisinya.
Bola kristal yang suram dan gelap itu mulai dipenuhi titik-titik bintang yang muncul tiba-tiba, membentuk jejak misterius.
Di hadapan ramalan Arkanis Agung, Lucien sama sekali tidak merasakan firasat atau kewaspadaan. "Lubang hitam" di balik Bintang Nasib Utamanya masih terus menyerap atau mendistorsi cahaya.
Ekspresi Fernando tiba-tiba berubah serius. Ia meningkatkan intensitas ramalannya, dan baru berhenti setelah beberapa menit berlalu.
"Guru, ada situasi apa?" tanya Lucien dengan nada agak panik.
Fernando mengusap-usap bola kristal di tangannya, suaranya perlahan: "Dari jarak sedekat ini, dan aku sudah mengunci targetmu, seharusnya Astrologi bisa meramalkan posisi dan informasi lainmu dengan presisi. Tapi umpan balik yang kudapat dari Astrologi menunjukkan kamu berada dua meter di depan kiri aku."
Lucien melihat posisinya sendiri. Memang tepat di depan kiri Fernando, tapi jaraknya jelas lebih dekat - sekitar satu meter lebih sedikit!
"Artinya, semua ramalan tentangku akan memiliki penyimpangan dalam rentang tertentu? Semakin besar perbedaan level, semakin kecil penyimpangannya, tapi tidak akan pernah nol?" tanya Lucien dengan gembira. Lagipula ramalan Astrologi tentang masa depan memang tidak akurat!
Fernando mengangguk khidmat: "Mungkin kusebut kau sebagai Sang Pengelabu Takdir."
