“Dewa Uap yang Agung, Penguasa Kehidupan dan Maut, hamba-Mu Augustus bersujud dalam doa.”
“……Berdasarkan petunjuk-Mu, kami telah menyusup ke seluruh tanah warisan Vlad, memengaruhi semua kastil vampir tingkat menengah di sekitarnya, membuat 23.786 kurcaci menyebut nama-Mu dan mengagungkan-Mu sebagai Yang Maha Suci……”
“……Sebanyak 2.609 umat beriman telah gugur dalam pertempuran melawan vampir dan pelayan darah. Kami telah mulai menarik perhatian vampir tingkat tinggi, membuat operasi semakin berbahaya……”
“Turunkanlah kembali petunjuk-Mu, bebaskan kurcaci yang beriman dari perbudakan vampir, jauhkan dari Dataran Malam, dan anugerahi kehidupan baru.”
“Uap yang Maha Kuasa.”
Patung suci di depan Augustus terlihat sangat aneh, berbentuk panjang seperti menara yang besar dan bulat berwarna abu-abu kusam, diukir dengan banyak pola unik yang misterius. Ini dibentuk berdasarkan senjata pemusnah massal yang mereka lihat di "Atlantis" - menurut perkataan Lucien, ini disebut "ajaran pemujaan bom nuklir".
Raga-nya sepenuhnya meniarap di tanah, Augustus dengan penuh iman berdoa agar Dewa Uap kembali menurunkan wahyu ilahi. Meskipun lebih dari tiga tahun telah berlalu tanpa petunjuk apapun, tak ada secuil keraguan dalam dirinya, hanya menganggapnya sebagai ujian dari Tuhan.
Namun, hatinya dipenuhi kecemasan dan kegelisahan. Saat pasukan masih kecil dulu, dengan memanfaatkan kondisi Pangeran Vlad yang tertidur panjang dan kematian Nyonya Tess, para kurcaci bisa hidup penuh kendali di tanah warisan ini. Dengan tambahan pengetahuan serta penguasaan sebagian tambang dan bengkel tukang besi, perlengkapan mereka diperbarui dengan cepat. Senapan uap bertekanan tinggi, peluru pembasmi vampir, serta baju zirah berlapis mithril yang efektif menahan cakar vampir - semua senjata ini memberi mereka kemampuan bertahan melawan pelayan darah dan vampir tingkat rendah, tak lagi menjadi pihak yang hanya pasif menerima serangan.
Tapi, ketika jumlah kurcaci penganut agama uap semakin bertambah dan mulai berkembang ke wilayah vampir tingkat menengah di sekitarnya, situasi langsung menjadi genting. Kekuatan fisik yang luar biasa, kemampuan mirip mantra, serta kecepatan yang mengerikan membuat mereka harus kehilangan ratusan prajurit hanya untuk melukai vampir tingkat menengah hingga mundur. Bahkan setelah menciptakan peluru ledakan yang tak pandang kawan sekalipun, hasilnya tetap tidak efektif.
Menurut perkataan Harold dan Quikins, kecuali kita bisa merekonstruksi kapal perang besar dan meriam dari peradaban uap kuno yang mampu menghancurkan area luas dengan satu tembakan, mustahil untuk membunuh vampir tingkat menengah dengan kecepatan luar biasa itu.
"Tapi dengan pengetahuan, tingkat teknologi, dan syarat yang kita miliki sekarang, mustahil membuat meriam mengerikan seperti itu..." ujar Quikins, pemimpin pasukan pemberontak kurcaci saat itu dengan nada agak putus asa.
Sedangkan Uskup Agung "Gereja Uap Tuhan" Augustus menyatakan kekhawatirannya: "Ini baru vampir tingkat menengah. Jika kita membangunkan vampir tingkat tinggi, atau menunggu Pangeran Vlad bangun, maka bahkan kapal perang dan meriam besar pun tak akan berguna, kecuali..."
"Kecuali..." tidak diucapkan sampai selesai, namun baik Quikins, Harold, maupun Mielna sama-sama memahami maksud Uskup Agung: senjata pamungkas peradaban uap di kota Atlantis yang konon mampu menghancurkan seluruh Dataran Malam dan menciptakan matahari legendaris untuk sesaat.
Memikirkan hal ini, Augustus pun semakin khusyuk berdoa. Situasi paling genting adalah momen ujian kepercayaan yang paling menentukan.
"Engkaulah penguasa segalanya, yang mengendalikan batas antara hidup dan mati. Rajanya para raja, Tuhannya segala tuhan."
Usai berdoa, saat hendak bangkit, tiba-tiba terdengar suara agung nan megah dalam benak Augustus:
“Masa depan yang tak lama lagi telah tiba, ambillah tongkat kerajaan dan bimbinglah para kurcaci meraih kehidupan baru.”
Augustus membuka matanya lebar-lebar, tubuhnya bersemangat kembali bersujud sambil bergumam: “Kusebut nama-Mu, kuturuti perintah-Mu.”
Tiba-tiba ia melihat kilatan cahaya menyilaukan, gua bawah tanah yang gelap menjadi terang bak bulan perak bersinar. Halusinasi ini muncul dari luapan kebahagiaannya yang meluap.
Setelah agak tenang, barulah ia menyadari dan bertanya dengan penuh kekaguman: “Wahai Dewa Uap yang Agung, bagaimana cara hamba membimbing para kurcaci meninggalkan tempat ini?”
Meski dari legenda turun-temurun ia tahu leluhur kurcaci berasal dari tempat lain, sama sekali tak terbayang cara meninggalkan Dataran Malam.
“Lakukanlah sesuai petunjukku, jangan banyak bertanya.”
“Kami mengagungkan-Mu sebagai Yang Maha Suci, di bawah sinar kemuliaan-Mu, bebaskan kami dari segala penderitaan dan kejahatan.” Augustus yang telah mendapat perintah itu, wajah keriputnya bersinar terang. Ia melangkah keluar altar upacara, membuka Pintu Batu, lalu berseru penuh semangat pada para kurcaci di luar: "Sampaikan perintah ini ke seluruh penganut Uap Suci! Dalam tiga hari, semua harus berkumpul di sini. Dewa Uap yang Agung telah menurunkan wahyu ilahi—kita akan meninggalkan Dataran Malam!"
Setelah hening sejenak, dipimpin gadis kurcaci Milna, seluruh kurcaci yang hadir berseru serempak: "Uap yang Maha Kuasa!"
Air mata kebahagiaan dan kegembiraan mengalir deras di wajah mereka.
※※※
Tiga hari kemudian.
Gua bawah tanah di wilayah Pangeran Vlad ini dipadati kurcaci yang diam-diam datang dari berbagai daerah, jumlahnya hampir 21.000 orang.
Mereka ada yang membawa ransel uap bertekanan tinggi, memegang senapan uap raksasa, berjaga di pintu masuk gua yang berkelok-kelok. Ada yang berpakaian compang-camping dengan bekas cambukan di sekujur tubuh. Satu-satunya kesamaan adalah cahaya harapan berkilauan yang memancar dari wajah mereka.
"Waktu wahyu ilahi telah tiba. Aku puas semua umat beriman Gereja Uap yang masih hidup telah berkumpul di sini. Ini membuktikan kesalehan kalian, dan kalian pasti akan mendapat penebusan!" Augustus mengenakan jubah yang bagi manusia seukuran jaket pendek, mengangkat tongkat kerajaan berwarna abu-abu perak seperti 'misil', "Dan aku, Juru Bicara Dewa Uap di Bumi, akan memimpin kalian maju!"
"Sepanjang perjalanan, betapapun berbahaya dan putus asanya, jangan takut! Jangan berhenti! Kita memiliki perlindungan Tuhan!"
"Berangkat!"
Kurcaci serentak menjawab "Uap yang Maha Kuasa", lalu berbaris rapi sesuai "Buku Panduan Pelatihan Militer" yang diturunkan Tuhan, bergerak sunyi dalam gua bawah tanah.
Mereka semua mengerti, tinggal di Dataran Malam sama sekali tidak memberikan harapan hidup, cepat atau lambat akan mati dalam kehinaan. Kemunculan Dewa Uap seketika memberikan pengharapan terakhir bagi jiwa mereka yang sedang putus asa. Kiri juga mati, kanan juga mati, lebih baik mencoba sekali. Meski sebagian kecil kurcaci ragu dan takut, mereka tetap ikut arus karena pengaruh orang-orang sekitar.
Melewati satu demi satu gua, kontur tanah mulai meninggi, di sekeliling mulai bermunculan nisan-nisan yang rapat bagai sarang lebah.
"Ini adalah pahlawan-pahlawan yang selama tiga tahun berkorban untuk kelangsungan hidup dan harapan bangsa kurcaci. Sebagian adalah prajurit, sebagian lagi kurcaci biasa dan perempuan yang melindungi prajurit. Pada momen genting yang menyangkut hidup-matinya bangsa kurcaci, setiap kurcaci adalah pahlawan." Augustus berseru keras di barisan terdepan sambil memberikan penghormatan mendalam.
Dua ribu enam ratus sembilan nisan memandang sunyi saat mereka lolos, suasana tiba-tiba berubah khidmat dan sakral. Tiba-tiba, teriakan melengking memekakkan telinga bergema dari belakang gua! Tujuh delapan vampir biasa, dipimpin dua tiga vampir kuat, membuka sayap kelelawar mereka dan terbang mengejar!
"Itu Sanelson!" teriak seorang kurcaci histeris, mengenali vampir level lima yang telah membantai ratusan kurcaci ini. "Mereka mengejar kita!"
"Ada pengkhianat?"
"Apakah ada yang tertangkap dalam perjalanan?"
Perasaan panik, putus asa, dan kegelisahan menyebar di barisan kurcaci. Beberapa vampir ini mendekati tingkat tinggi. Di lingkungan padat dan sempit seperti ini, korban jiwa di pihak mereka akan sangat mengerikan.
Harold melihat rekan-rekannya, hatinya ragu sejenak, lalu meludah keras sambil berteriak: "Prajurit Ksatria Mesin, maju! Saatnya kita mati syahid untuk Dewa Uap, momen kejayaan untuk bangsa kurcaci!"
X, mati pun harus berdiri, mati pun harus bernilai!
Pada momen ini, dia berhasil mengalahkan ketakutan akan maut dalam dirinya.
Prajurit Ksatria Mesin yang membawa senapan uap raksasa ada yang ragu-ragu, ada yang mengertakkan gigi lalu maju. Tembakan beruntun menggelegar di antara kepulan uap ke belakang, tapi hanya mengenai satu vampir biasa yang menjerit-jerit berguling di tanah.
Tepat saat Harold mulai putus asa, suara Augustus bergema: "Sepanjang perjalanan ini, betapapun berbahaya dan putus asanya, jangan takut! Jangan berhenti! Kita punya perlindungan Tuhan!"
"Siapa pun itu, simpan senjata, terus berjalan, jangan berhenti, kita punya perlindungan Tuhan!"
Perlawanan masih ada secercah harapan, terus berjalan seperti ini hanya akan berakhir dengan kematian menyedihkan! Harold menatap Augustus dengan kebingungan, namun terintimidasi oleh pandangan kerasnya, terpaksa memberi perintah: "Semua personel ikuti untuk maju."
Kurcaci berjalan perlahan di tengah kebingungan, ketakutan, dan teriakan melengking vampir, seolah sudah bisa merasakan aura bahaya dari tekanan mengerikan itu.
Tiba-tiba, mereka tercengang melihat nisan-nisan di sekitar mulai bergoyang. Mayat-mayat kurcaci merangkak keluar dari kuburan, sebagian sudah menjadi tulang putih, sebagian lagi masih berupa daging yang membusuk.
Saat mereka mengira ini adalah kemampuan mirip mantra vampir untuk mengendalikan mayat, lebih dari dua ribu nisan di sekitar runtuh. Mayat-mayat yang padat berjejalan berdiri, seolah dunia orang mati telah turun ke bumi, suram dan mengerikan.
"Pemandangan dahsyat ini sepenuhnya melampaui imajinasi para kurcaci, bahkan ada yang mengira ini adalah kebangkitan mayat-mayat."
"Namun, mayat-mayat ini justru bergerak tanpa suara menyerang ke belakang, saling terhubung membelit vampir-vampir, sesekali mengeluarkan ledakan dahsyat."
"Apakah mereka masih melindungi kita meski sudah mati?"
"Apakah obsesi mereka untuk membebaskan bangsa kurcaci begitu mengakar?"
"Santo lain dari Dewa Uap adalah 'Penguasa Kehidupan dan Maut'..."
Harold mengedipkan air mata, menatap para mantan rekan perang yang meledakkan diri satu per satu, mengepalkan tangan berbisik: "Aku harus mewujudkan keinginan kalian!"
"Inilah obsesi terkumpul bangsa kurcaci selama puluhan ribu tahun!"
Maka dia mengangkat tangan berseru: "Uap yang Maha Kuasa, terus maju!"
Setelah melewati "Pemakaman Pahlawan Kurcaci", keluar dari gua bawah tanah, tampak sebongkah Batu Raksasa di depan.
Sesuai petunjuk "Dewa Uap", Augustus berhasil membuka gerbang Istana Bawah Tanah. Para kurcaci masuk berurutan, dan di tengah aula mereka melihat gerbang mistis berkilauan dengan cahaya bintang.
"Di balik gerbang ini adalah dunia baru, dunia penebusan." Augustus menunjuk gerbang itu, "Kurcaci yang tidak ragu dan tidak curiga sekarang bisa masuk."
Siapa yang masih ragu pada tahap ini? Dipimpin Harold yang menjaga ketertiban, para kurcaci memasuki gerbang dan menghilang di tempatnya, getaran ruang semakin sengit. Namun para Pangeran Vampir Dataran Malam tidak berada di kastil mereka - semua sedang terlibat dalam "operasi penyelamatan" leluhur. Vampir tingkat tinggi tak sewasit itu, satu-satunya yang dekat, Pangeran Vlad, masih berusaha keras melepaskan diri dari blokade dengan penuh amarah.
Ketika hanya tersisa anggota Ksatria Mesin di lokasi, vampir-vampir seperti Sanelson akhirnya terbebas dari gangguan mayat hidup dan menyerang.
"Apa yang harus kita lakukan?" Anggota Ksatria Mesin saling memandang, bersiap memisahkan beberapa orang untuk menghadang vampir bermuka terdistorsi dan mengerikan itu, sementara sisanya berusaha melarikan diri.
Harold menekan dadanya dan berkata: "Jangan takut, jangan ragu, kita harus terus maju."
Begitu kata-katanya terucap, Harold bersama kurcaci-kurcaci dan vampir bermata merah darah tiba-tiba mendengar suara "ding" nyaring, menyaksikan koin perak yang berkilauan berputar-putar naik di atas gerbang.
Saat koin berputar, muncul medan magnet yang terdistorsi dan arus keperakan di sekitarnya, dengan cepat membelit dan membentuk ular listrik raksasa dengan koin sebagai intinya.
Kemudian, Sanelson melihat dengan ngeri kilatan listrik yang menyilaukan memenuhi seluruh aula, tenaga mengerikan yang dahsyat langsung menelannya sepenuhnya tanpa bisa dihindari.
