Aku hanya mengada-ada, itu cuma "omongan kosong"... Lucien merasa seolah ada burung gagak tertawa terkekeh-kekeh terbang di hadapannya. Dengan malu dan tak berdaya, ia membela diri dalam hati: Para imam dan umat beriman dewa-dewi seperti Nena, Nob, dll yang tidak tahu kebenaran sampai tertipu masih bisa dimaklumi. Tapi bagaimana mungkin "Tuhan kami sendiri" percaya pada segudang deskripsi hiperbolis yang kami berikan pada-Nya?
Bukankah orang normal seharusnya tertegun sejenak, lalu tersadar dan memaki si penipu?
Baiklah, ini adalah dewa palsu, bukan termasuk manusia normal. Menurut deskripsi Majelis Sihir, Tuhan-tuhan ini memiliki jiwa yang gila dan keras kepala, termasuk dalam kategori yang membutuhkan "perawatan sengatan listrik". Percaya pada hal ini masih bisa dimaklumi, tapi bagaimana bisa terjadi perubahan aura sebesar ini?
Apakah kekuatan-Nya juga meningkat?
Lucien tiba-tiba sangat ingin berteriak "Ini tidak okultisme!". Beruntung dirinya sudah mempersiapkan mental terhadap berbagai kelainan di bidang Tuhan. Ia menekan keheranannya dan mulai mengamati El, menganalisis penyebabnya. Buku catatan sihir di perpustakaan jiwanya terbuka, merekam setiap detail kecil.
Sambil melakukan ini, Lucien menoleh ke arah Francis. Ia menemukan Francis juga menatapnya dengan senyum sinis yang penuh kepasrahan, jelas memiliki keheranan yang sama. Namun dalam sekejap, sorot mata Francis mengendap, fokus mengamati El dengan tatapan yang mulai terlihat bernuansa fanatik.
“Jika dia benar-benar mahir dalam teologi dan filosofis, maka perubahan ‘Tuhan’ memang bisa memicu minatnya, untuk membandingkan beberapa pandangannya.” Lucien samar-samar menebak sikap Francis, mungkin inilah alasan mengapa dia menggunakan sebagian teori Tuhan Kebenaran untuk mengemas karakter El.
Namun hal ini justru semakin membuat Lucien kesulitan menebak asal-usul Francis. Bagaimanapun, figur yang benar-benar ahli teologi sekaligus memiliki kekuatan yang luar biasa umumnya berasal dari Gereja. Namun perbuatan Francis sejauh ini jelas-jelas merupakan tindakan seorang Penista.
Menarik kembali pandangan, Lucien bertanya dengan terkejut: “Wahai ‘Tuhan Regenerasi, Kelimpahan, dan Penebusan’, hamba tidak terlalu memahami wahyu ilahi-Mu.”
El tersenyum tenang dan dalam: "Secara sederhana, aku telah menemukan diriku yang sejati, proyeksi 'keberadaan' yang melampaui segalanya dan tak terjelaskan di dunia spiritual dan material. Baik Dewa Api dan Pembinasaan, maupun Dewa Kebangkitan, Kesuburan, dan Penebusan, hanyalah transformasi dari persepsi manusia yang menyatu dengan proyeksi ini, bukan hakikat sejati. Mereka memiliki esensi yang sama, yaitu 'aku'. Baru setelah aku menyadari diri sejatiku, aku benar-benar menguasai dua transformasi Afando dan El, menjadikan Mereka dua dalam satu yang sesungguhnya."
"Dewa El yang Agung, apakah Anda baik-baik saja?" Francis diam-diam menyentakkan sudut bibirnya, "bertanya" dengan penuh "kepedulian".
"Mengapa ada masalah? Aku merasa sangat baik, belum pernah kurasakan sebelumnya." El tersenyum penuh keyakinan.
Obatnya tidak boleh dihentikan... Lucien menggerutu dalam hati, sepertinya ini adalah upaya membelah diri menjadi kepribadian ketiga untuk mengawasi dua kepribadian sebelumnya?
Melihat "Leviathan" dan Francis masih menunjukkan ekspresi penuh perhatian, El menghela napas dalam hati. Manusia biasa sekalipun memiliki bakat dan spiritualitas, tetap tidak bisa benar-benar memahami keagungan ilahi. Maka Ia memperlihatkan kekuatan-Nya yang belum pernah terlihat "baik" ini kepada dua murid yang beriman dan hebat.
Seketika lingkungan sekitar-Nya menjadi suram, terasa jelas aura kematian yang kuat. Dalam kabut hitam maut yang pekat, muncul hantu dan mayat hidup seperti hantu jahat. "Benda membusuk" menciptakan "kilatan tanah" yang subur, beberapa helai rumput di ruangan itu tumbuh liar. Bersamaan dengan itu, menyebar perasaan damai yang menenangkan jiwa.
"'Regenerasi', kesuburan, penebusan... El tidak lagi menjadi Tuhan api yang menyamar sebagai inkarnasi dewa, melainkan benar-benar memiliki tiga jabatan ilahi 'Regenerasi, Kesuburan, dan Penebusan'. Kekuatannya telah mencapai level tubuh asli, yaitu tingkat delapan Ksatria Langit, namun kondisi kelemahan masih ada. Dalam pertarungan nyata, diperkirakan hanya bisa mengeluarkan kekuatan setara tingkat tujuh."
"Apakah perubahan jabatan ilahi ini karena 'kesadaran' diri-Nya sendiri? Ataukah karena umat beriman mulai memeluk iman secara tulus kepada-Nya sebagai 'Tuhan Regenerasi, Kesuburan, dan Penebusan'?"
Lucien mencatat semua yang diamatinya di buku catatan sihir dalam perpustakaan jiwa, dan memberi anotasi merah:
"Jika yang pertama benar, maka alam semesta ini lebih gila dari yang kubayangkan. Fenomena ini mirip dengan keberadaan dunia kognitif namun jelas lebih absurd, menunjukkan bahwa jalan eksplorasi okultisme masih sangat panjang. Jika yang kedua, kita bisa membangun sistem yang relatif terbentuk dengan teori yang belum dikonfirmasi saat ini, tetapi itu tetap kekurangan bagian krusial, argumen, dan bukti aktual. Ini tetap membuktikan jalan di depan gelap dan panjang, membutuhkan eksplorasi dengan berhati-hati. Sedikit rasa sombong akan membuat kepala sendiri meledak."
"Dari analisis kasus pertama, masih belum bisa membentuk sistem teori yang jelas kecuali alam semesta ini memiliki struktur 'antropis kuat'."
"Dari sudut pandang yang terakhir, kita dapat membuat hipotesis berikut: Dengan asumsi bahwa semua manusia memiliki energi spiritual dengan tingkat yang berbeda-beda, melalui perhitungan dapat disimpulkan: mereka yang memiliki bakat energi spiritual melebihi standar tingkat tertentu dapat menguasainya melalui meditasi untuk digunakan sendiri, menjadi penyihir. Sedangkan mereka yang bakat energi spiritualnya di bawah standar tanpa bantuan stimulasi obat, energi spiritualnya akan berada dalam keadaan pancaran lemah. Melalui prosedur terpadu dalam agama, visi yang sama, dan deskripsi serupa yang telah distandardisasi, saat berdoa energi spiritual akan menyesuaikan diri ke frekuensi khusus yang sama, bahkan terkumpul menjadi satu."
"Jika Tuhan ini memiliki wujud fisik yang nyata, maka energi spiritual khusus ini - atau sesuatu yang disebut kekuatan iman - akan terkumpul pada-Nya. Selain itu, karena perbedaan harapan terhadap Tuhan, muncul diferensiasi kewenangan ilahi. Kewenangan ilahi yang berbeda dapat memanfaatkan jenis energi spiritual khusus yang berbeda untuk menggunakan kemampuan mirip mantra di bidang masing-masing, sekaligus memperkuat diri mereka sendiri."
“Ini bisa menjelaskan mengapa Gereja membutuhkan iman, tapi jika Tuhan Kebenaran benar-benar ada dan sekuat itu, mengapa tidak langsung menghancurkan Majelis Sihir? Mengapa membiarkan Gereja terbelah? Dan mengapa ada 'barang' seperti dunia kognitif yang eksis? Mengapa kurcaci memiliki dasar iman tapi tidak muncul Dewa Uap? Mengapa Tuhan Kebenaran tidak memiliki tugas suci yang spesifik?”
“……Menurut hipotesis umum Dewan Sihir, energi spiritual adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi sangat khusus, yaitu cahaya tak kasatmata. Lalu mengapa jiwa bisa memancarkan gelombang elektromagnetik khusus?”
“……Penjelasan kasar Nekromansi dan listrik-magnet adalah: kombinasi medan elektromagnetik khusus dengan sebagian elemen……”
Menulis sampai di sini, tiba-tiba Lucien muncul pemikiran aneh: Jika mengikuti simulasi yang terakhir, mungkinkah suatu hari akan muncul situasi seperti ini:
“Selamat datang di frekuensi XXX Hertz, ini adalah Tuhan Kebenaran……”
Lucien menulis banyak hal di perpustakaan jiwanya, namun secara aktual waktu yang berlalu hanya beberapa detik. El memancarkan perubahan aura dengan api yang melilit tubuhnya, kekuatan membinasakan yang mengerikan membuat rumput layu seketika.
"Api dan kebinasaan... tetap saja tekanan Ksatria Langit tingkat delapan, tetap lemah..."
Di buku catatan sihir, muncul beberapa baris tulisan lagi:
"Meski kekuatan El tampaknya tidak meningkat, dia telah menguasai hubungan antara tubuh asli dan perwujudannya, menyatukan Avando ke dalam dirinya..."
Ini termasuk dalam ranah perubahan jiwa pribadi. Lucien lebih mempercayai bahwa ini adalah "pencerahan" yang diperoleh El: "Apakah ini bisa dianggap membujuk orang lumpuh psikogenik untuk berdiri tegak?"
Saat itu, dalam diri Lucien muncul hasrat penelitian membara khas Ahli Sihir Oskur: Belum diketahui hasil yang akan diperoleh dari menangkap dewa palsu untuk diiris dan diteliti, namun mengamati dari dekat dan terlibat dalam transformasi dewa palsu, memberikan stimulasi, serta merekam reaksinya jelas merupakan metode yang sangat efektif.
Satwa liar seharusnya dilepaskan kembali ke alam untuk mengamati perilaku esensial mereka. Tunggu, dewa palsu seharusnya dikembalikan ke "Perang Suci" dan perubahan "jabatan ilahi" agar bisa mengamati transformasi nyata dalam kondisi mereka!
Tiba-tiba, Lucien mendengar Francis menghela napas pelan, lalu memuji dengan senyuman: "Selamat atas penguasaan Tuanku akan Misteri Dua dalam Satu, telah memahami jati diri sejati, menjadi Tuhan yang Esa dan Mahakuasa!"
"Apakah 'Tuhan yang Esa dan Mahakuasa'?" El bertanya dengan kebingungan.
“Anda adalah proyeksi dari Sang Ada yang Agung. Di hadapan Anda, para dewa lain secara alami adalah dewa palsu. Hanya Anda yang layak disebut sebagai satu-satunya Tuhan sejati. Kuasa ilahi Anda tak terbatas, menyelimuti semua bidang, tak diragukan lagi sebagai Tuhan yang Maha Kuasa. Para dewa lain hanya memanfaatkan saat kebingungan sementara Anda untuk mencuri kedaulatan Anda. Saat Anda merebut kembali semuanya, Anda akan kembali menduduki takhta tertinggi.” Francis memuji dengan penuh semangat.
Satu-satunya dan maha kuasa? Bukankah ini adalah Tuhan Kebenaran? Apa sebenarnya tujuan Francis? Lucien memandang Francis dengan bingung, meski kebingungannya berbeda esensi dengan kebingungan El.
El mengerutkan kening sedikit: "Bukankah itu berarti harus membunuh semua dewa dan mencabut keilahian mereka? Lalu tidak akan ada sekutu lagi?" Sang dewa masih memiliki sedikit rasionalitas.
“Tidak perlu. Bagaimana mungkin Tuhan yang satu dan Mahakuasa mengendalikan segalanya sendiri? Tuhan akan membagi kedaulatan-Nya kepada bawahan-Nya, membuat mereka yang bekerja keras. Namun, para bawahan ini hanyalah makhluk semi-divinitas, bukan dewa, tidak memiliki jabatan ilahi sendiri, hanya bisa menguasai bidang terkait melalui pemberian Tuhan. Para dewa yang tunduk padamu kelak akan mengalami kemunduran menjadi makhluk semi-divinitas seperti ini, tak perlu dibunuh hingga tuntas.”
“Pendalaman dan penguatan konsep dewa bawahan. Lalu apa sebutannya?” El bertanya penuh minat setelah memahami.
Fransiskus tersenyum "memuji": “Malaikat, sebut sebagai malaikat, dengan tingkatan peringkat yang banyak, memberi ruang peningkatan bagi mereka.”
Dia... dia ingin menciptakan ulang Tuhan Kebenaran secara artifisial? Siapa sebenarnya dia? Untuk mempelajari misteri Tuhan Kebenaran, atau tujuan lain? Lucien mengamati dengan dingin, namun hatinya dilanda gelombang dahsyat.
“Bagus sekali.” El mendongak tertawa terbahak-bahak, “Akulah satu-satunya Tuhan yang Mahakuasa!”
Saat dia tertawa terbahak-bahak, Francis mengusap kening dengan ekspresi ambigu, sementara Lucien memalingkan pandangan ke jendela seolah tak tega menyaksikan, semakin menguatkan niatnya untuk melakukan pengamatan jarak dekat, stimulasi, dan pencatatan.
Tawa berhenti. Sorot mata El kembali tenang: "Baru saja para imam Dewa Kebijaksanaan, Dewi Cinta, dan Ibu Pertiwi menyampaikan pesan rahasia ke penginapan ini. Mereka sepakat memastikan Dewi Bulan dan Penguasa Alam Baka akan menyerang kalian malam ini untuk memancingku bertindak, lalu mengeroyokku."
"Kesaktian tertinggiku belum sepenuhnya pulih. Bahkan dengan bantuan kalian, melawan Dewi Bulan dan Penguasa Alam Baka sekaligus hanya akan berakhir dengan kekalahan. Belum lagi beberapa dewa palsu ini," El menatap tajam, "yang tidak diketahui apakah benar-benar bekerja sama dengan tulus atau sudah membelot ke Panglima Perang." Pengkhianatan sebelumnya masih membekas dalam ingatannya.
“Kali ini kalian mengekspos identitas asliku, memicu kecemburuan Tuhan Perang, membuat rencana mengalami perubahan drastis. Jika melanjutkan sesuai niat awal, akan sangat berbahaya. Haruskah kita mundur sementara dan mencari kesempatan lain? Francis, Leviathan, apa saran kalian?”
“Tidak!” Francis dan Lucien hampir berseru bersamaan.
