Setelah serangkaian kejadian sebelumnya, Ramillo telah menghilangkan kecurigaan terhadap "Leviathan". Dia yakin bahwa pria ini hanyalah seorang "Yang Diberkati Tuhan" biasa yang mengandalkan "Bibit Spiritual" untuk memiliki kekuatan setara Ksatria Besar level empat, sama sekali tak sebanding dengan dirinya yang berada di puncak Ksatria Langit. Kecerobohan dan kesombongan tak terhindarkan menyelinap dalam hatinya. Namun sebagai Night Watchers peringkat tinggi yang pernah melakukan pembunuhan rahasia dan pertarungan frontal melawan banyak petarung kuat, pengalamannya dalam situasi berbahaya cukup banyak. Saat ini, selain senyum tak bermakna di wajahnya, penampilan dan gerakan tubuhnya sama sekali tak mencurigakan untuk mencegah kewaspadaan "Leviathan" yang akan membuatnya gagal menyerang dengan satu pukulan mematikan.
Di dalam tubuhnya, organ-organ seperti jantung dan usus mulai melunak seperti adonan daging, sebentar lagi akan berubah menjadi bola daging yang membungkus Leviathan sepenuhnya untuk dicerna dan diserap - Demi keamanan, dia mengurungkan niat untuk melakukan interogasi yang memakan waktu, memutuskan hanya akan menyerap kenangan lapisan permukaan saja.
Di depan, Leviathan masih "sama sekali tidak menyadari". Ramillo mengencangkan pergelangan kakinya, seluruh tubuhnya hampir menerjang. Namun tiba-tiba dari belakang terdengar suara Francis yang bernada sedikit tertawa: "Akhirnya bisa menyusul kalian."
"Sialan! Ini kedua kalinya kau menggagalkan rencanaku!" Ramillo menahan daya ledaknya secara paksa hingga nyaris terjatuh. Dengan cerdik ia berputar sambil berpura-pura pucat: "Francis, kau mengikutiku diam-diam? Hampir saja kau membuatku mati kaget!"
Lucien juga kaget: "Ada masalah di sana?"
Francis memahami reaksi Ramillo yang nyaris terjatuh itu. Ia terkekeh: "Pintu itu seharusnya melewati 'Jembatan Jiwa' di Sungai Lethe untuk masuk ke area inti. Tapi baik sungai maupun jembatannya sekarang sudah hancur berantakan, menyisakan status kehampaan yang mengerikan. Jadi aku putuskan kembali lewat sini."
“Mari kita jangan menunda, kalau tidak daerah sini juga mungkin akan hancur sampai tidak bisa maju lagi.” Lucien memberi isyarat pada keduanya untuk bergegas.
Francis mengangguk, tetap memimpin di depan. Ramillo berjalan di belakang dengan perasaan muram: "Keberhasilan melacak umat beriman El, menemukan Anthusius, bertemu Leviathan yang hanya diperkuat tenaga fisiknya - semua itu berkat perlindungan Tuhan. Tapi dua kali berturut-turut mendapat kesempatan membunuh Leviathan, malah dihancurkan Francis. Apakah ini pertanda keberuntunganku sudah habis, kembali ke kondisi penuh rintangan seperti dulu?"
"Engkaulah Yang Esa dan Segala, Awal dan Akhir. Berikanlah aku kesempatan untuk menyerap Leviathan."
Di ujung koridor, kegelapan pekat kembali muncul. Sebuah sungai keabu-abuan mengalir dari kejauhan dunia arwah, membawa ribuan mayat yang mengambang menuju tempat tak dikenal.
"Inikah Sungai Kematian?" Lucien menatap penasaran.
Ramillo mengangguk: "Hm, yang dijuluki Sungai Lethe dengan setiap tetes airnya mengandung jiwa penuh kesakitan dan dendam. Jangan sampai terkontaminasi aura-Nya. Selain Penguasa Segalanya, semua dewa akan menjadi gila karenanya."
Di tepi sungai terparkir sebuah kano, namun Sang Pengantar telah menghilang seiring dengan keruntuhan wilayah Underworld.
Francis bertanya dengan nada filosofis: "Bagaimana sebenarnya bidang ilahi terbentuk? Antara zat dan kesadaran, mana yang primer?" Tentu pertanyaan ini ditujukan pada "Penjaga Ajaran senior" Anthusius.
Kalimat pertama sebelumnya juga merupakan kebingungan Lucien. Awalnya dia mengira bahwa ranah ilahi adalah sesuatu yang mirip dengan semiplanar Penyihir Legendaris, hanya karena tenaga Tuhan yang istimewa sehingga muncul perubahan diturunkan peringkatnya dan ilusi. Namun setelah menemukan bahwa dunia bawah runtuh bersamaan dengan keruntuhan Penguasa Segalanya, Lucien mulai menyadari perbedaan besar antara keduanya—semiplanar Penyihir Legendaris tidak akan binasa bersamaan dengan keruntuhan penyihir itu sendiri. Satu-satunya pengecualian adalah jika keruntuhan tersebut disebabkan oleh runtuhnya dunia kognitif, maka semiplanar juga akan terpengaruh dan hancur.
Ramillo berkata dengan senyum palsu: "Kekuatan iman berkumpul, para Tuhan mengkristalkan keilahian darinya. Sisa-sisa kekuatan iman kemudian berdiri di atas Dia dan keilahian-Nya menjadi alam ilahi yang maya. Di dalam alam ilahi, kekuatan seorang Tuhan minimal dapat meningkat satu lapisan. Jika Tuhan mati dan keilahian-Nya tak berpemilik, atau Tuhan yang menyerap keilahian-Nya tak mau lagi memelihara alam ilahi, maka alam ilahi akan berangsur hancur, kekuatan iman pun akan tertarik oleh keilahian dan berkumpul di sekitarnya."
"Keilahian" yang tak berpemilik juga akan berangsur menghilang seiring waktu.
"Pantas disebut sarjana ilahi yang dipuji langsung oleh Tuhan El yang agung." Francis tertawa sambil menaiki perahu kecil.
Ramillo menggerutu dalam hati, mana mungkin Anthusius yang asli memahami sejernih penjelasanku?
Setelah Lucien dan Ramillo naik ke perahu, Francis menginjak kuat dengan kakinya. Perahu kecil itu meluncur di atas sungai maut yang tenang bagai tak bernyawa, menuju seberang.
Setelah tiba di tepian, bangunan yang terselimuti kabut kelam muncul di hadapan Lucien dan yang lain. Ini adalah kompleks istana hitam nan megah, dengan pilar-pilar batu menyangga kubah raksasa. Tak lagi terlihat maya seperti sebelumnya, melainkan terasa sangat nyata.
"Inilah kediaman Penguasa Segalanya Alam Baka. Lima ribu manusia biasa direkrut ke dunia bawah untuk membangunnya, lalu dikorbankan di sini setelah selesai. Tak kusangka Istana sebesar ini juga dipindahkan-Nya dari Lembah Kematian." Penjelasan Ramillo ini diketahui baik oleh Lucien maupun Francis, tercatat jelas dalam Kitab Suci Penguasa Segalanya Alam Baka.
Dalam agama primitif yang bertahan hidup melalui intimidasi ini, ritual darah, pengorbanan manusia, dan pemakaman hidup-hidup adalah upacara yang tak terhindarkan. Terutama para dewa palsu yang jabatan keilahiannya terkait sehingga terpengaruh sifat ketuhanan, mereka semakin semena-mena. Seperti Afandor si "Tuhan Api dan Pembinasaan" sebelumnya yang kerap melakukan praktik semacam itu. Namun setelah menjadi Tuhan Penebusan, El menjadi lebih tenang dan dalam, tidak menunjukkan kecenderungan di bidang ini.
"Istana ini sangat besar, mari kita lakukan pencarian terpisah." Ramillo kembali mengusulkan.
Francis melihat kegelapan yang menyebar telah merambat ke dekat istana ini. Mempertimbangkan waktu untuk keluar, ia pun mengangguk setuju. Bagaimanapun nanti dia bisa menggunakan kemampuannya sendiri untuk melakukan pemeriksaan diam-diam terhadap hasil yang diperoleh keduanya.
Lucien juga tidak keberatan, dia sedang mencari kesempatan untuk mengumpulkan adamantium, mithril, seng, besi es, batu jiwa, baja bergaris darah, dan besi meteor langit berbintang guna membuat aloi tujuh elemen eksklusif Elemen Kehendak. Tujuannya untuk memperbaiki Cincin Mahkota Holm. Tentu saja, material untuk medali Bulan Perak, Tongkat Okultisme, Sabuk Kesehatan, Sarung Tangan Kekuatan Raksasa Kanibal, dan peralatan lainnya juga menjadi objek pengumpulannya.
Membuka gerbang istana, Francis berjalan lurus ke depan, Lucien belok kiri, sementara Ramillo memasuki istana di sebelah kiri.
Beberapa saat kemudian, sosok Ramillo tiba-tiba muncul di aula utama. Dengan wajah suram, dia melirik waspada ke arah lorong bawah tanah tempat Francis masuk. Setelah memastikan tidak ada tanda-tanda kepulangan Francis, tubuhnya mulai merayap perlahan menyatu dengan kegelapan, bergerak sunyi seperti bayangan.
"Aku tidak percaya kali ini pembunuhan Leviathan akan kauhentikan lagi!"
Kecepatan Ksatria Langit yang mengerikan itu melesat melewati koridor, melintasi ruangan, dan segera melihat "Leviathan" di depan yang memegang pedang panjang dengan siaga sambil memeriksa setiap sudut.
Di ujung koridor ini terdapat gerbang logam hitam bergambar tengkorak putih dan sungai darah, di mana tenaga maut dari Penguasa Segalanya di dunia bawah hampir sepenuhnya menghilang.
Pedang baja biasa di tangan Lucien adalah hadiah dari El saat keberangkatan dari Kota Berilitan, bukan pedang yang ada di tas penyimpanan.
Setelah pengamatan seksama, Lucien memegang erat pedang dengan kedua tangan dan menghujamkannya ke tengah tengkorak putih, lalu melepaskan genggaman hingga pedang itu jatuh sambil masih membelit sisa-sisa tenaga maut terakhir.
Haa... Saat pedang baja itu menyentuh ubin, terdengar suara seperti kayu busuk yang jatuh.
Lucien mendorong gerbang terbuka. Di hadapannya terpampang kemewahan yang menyilaukan mata. Emas, perak, batu permata, dan harta lainnya memenuhi sebagian besar ruangan, memancarkan kilau mempesona di bawah sinar kandil-kandil. Di tengah tumpukan kekayaan ini, tersusun logam-logam berwarna-warni, benda-benda magis aneh, serta peralatan yang memancarkan aura sihir ilahi.
"Gudang harta Penguasa Segalanya?" Lucien langsung mengenali mithril dan batu jiwa, sementara benda lain belum sempat diidentifikasi. Seluruh tubuhnya semakin siaga, energi spiritualnya perlahan membuka diri. Siapa yang tahu apakah masih ada penjaga neraka di gudang ini? Siapa yang tahu apakah Francis dan Anthusius yang tampak mencurigakan akan menyelinap di belakang untuk membunuhnya dan mencaplok harta ini?
Di tempat tersembunyi, Ramillo melihat "Leviathan" seolah terpana oleh kemilau harta karun, membeku di depan pintu. Dalam hatinya berbisik:
"Kesempatan!"
Dengan tenaga penuh, ia melesat keluar dari persembunyian.
Tapi baru saja dia menghindar, sudah merasakan aura asing mendekat dari sisi lain koridor!
"X! Terus-terusan disela!" Ramillo hampir tak kuasa menahan frustasi, mulai curiga dirinya dikutuk nasib malang.
Tanpa pilihan lain, sambil berlari ke perbendaharaan dia berbisik pada Lucien melalui getaran udara: "Cepat sembunyi di dalam! Ada yang mendekat!"
Lucien sudah menyadari gerakan saat Ramillo mulai memberikan tenaga di bawah kakinya. Aura asing itu tentu saja tidak bisa disembunyikan darinya. Oleh karena itu, ia mengikuti masuk ke dalam perbendaharaan, bersembunyi di balik deretan perak, dan memilih sudut yang tidak terpantulkan.
Setelah setengah menit, siluet anggun dengan gerakan mencurigakan masuk ke dalam. Melalui pantulan balok logam, Lucien melihat seorang wanita cantik luar biasa berambut pirang bermata biru. Setiap gerakannya memancarkan pesona magis, namun aura tubuhnya terasa agak familiar.
"Siapa ini? Kenapa tidak pernah kulihat sebelumnya?" Lucien bergumam dalam kebingungan di hatinya.
Wanita cantik jelita ini berjalan ke sisi lain perbendaharaan, tubuhnya memancarkan cahaya fajar yang berkilauan, membuka sebuah pintu rahasia. Namun di balik pintu itu kosong melompong.
"Hilang? Bukankah Tuhan mendapatkan benda mistis yang bisa memperkuat diri-Nya di hulu Sungai Solerna?" gumam sang wanita dengan suara serak berkarakter magnetis penuh kebingungan.
"Dewi Bulan Ah Sin? Bagaimana Tuhan bisa menjadi wanita?" Lucien dan Ramillo serentak mengenali identitas si pirang ini, sekaligus merasakan kilau keilahian dari tubuhnya, "Tuhan memperoleh keilahian lain? Sepertinya jabatan ilahi di bidang sensualitas, kecantikan, dan fajar..."
Mengingat kekuatan Ah Sin saat ini sekitar tingkat tujuh, sementara Lucien dan Ramillo masih ragu-ragu menghadapinya dan takut terekspos kemampuan sejati, mereka memilih tetap bersembunyi. Mereka mengawasi Ah Sin mengambil beberapa benda sihir ilahi secara acak, lalu membuka saluran rahasia lain untuk melanjutkan penelusuran, seolah berencana akan kembali menjarah perbendaharaan nanti.
Sekitarnya kembali sunyi. Ramillo keluar dari persembunyiannya, tersenyum: "Aku menyadari kehadiran Ahsin, jadi diam-diam mengikuti-Nya ke sini."
Percaya omong kosongmu! Lucien menggerutu dalam hati sambil juga keluar.
Melihat ekspresi serius "Leviathan", Ramillo menoleh ke sekeliling lalu tertawa: "Tak percaya? Tak masalah, akhirnya tak ada yang mengganggu sekarang."
Syukur atas perlindungan Tuhan! Setelah tiga kali interupsi, akhirnya bisa menyerap "Leviathan"!
Begitu ucapannya selesai, raganya tiba-tiba bergerak-gerak tak bertulang seperti cacing.
"Dia?!" Seketika Lucien menyadari identitasnya, segera mengubah rencana dari Sihir Pengungkung dan mantra labirin. Jika tidak, ledakan bunuh diri akan membuatnya kabur!
Ramillo yang telah berubah menjadi gumpalan daging langsung menerjang ke arah Lucien, memblokade semua sudut penghindaran kecuali jalan mundur.
Tiba-tiba, pikirannya membeku dalam keterkejutan saat melihat mata "Leviathan" menyala hijau redup, merasakan resistensi sihirnya menurun drastis.
"Kutukan?"
"Dia seorang Penyihir Gelap?"
Niat itu baru saja muncul, dia melihat jubah luar Lucien berkilauan dengan cahaya redup, mengerahkan sinar abu-abu keputihan yang lepas vitalitas ke arahnya.
Tanpa persiapan sama sekali dan kecepatan sinar yang luar biasa, Ramillo langsung terkena. Terbelit efek kutukan, dia sulit bertahan. Energi negatif membanjiri raganya, kemampuan sihirnya merosot satu tingkat secara langsung.
"Sinar Kemunduran? Dia Mage Agung lingkaran sembilan?"
"Sial!"
Pada detik itu, keputusasaan dan kekecewaan memenuhi hati Ramillo, bahkan mulai mempertanyakan Tuhan Kebenaran:
"Mengapa tidak memberi peringatan bahaya? Mengapa tak melindungiku?"
Tetapi dia segera "tersadar":
"Tidak, tiga kali interupsi berturut-turut, Tuhan telah mengingatkanku tiga kali, tapi aku terkaburkan oleh kesombongan!"
