Karena penelitian tentang ruang dan waktu yang belum mendalam serta belum adanya sistem teori yang terbentuk, ledakan diri Ramillo terhadap interferensi "Gerbang Antar Dimensi" dianggap sepenuhnya acak oleh semua Ahli Sihir Oskur Majelis Sihir. Mustahil menyimpulkan lokasi teleportasi ruang dengan presisi. Ditambah statusku sebagai Sang Pengelabu Takdir, keunikannya serta gangguan kuat alam semesta terhadap mantra jarak jauh dan prediksi, membuat para Penguasa Elemen dan Storm Master yang erat hubungannya denganku belum bisa menemukanku.
Oleh karena itu, Lucien menyimpulkan sementara bahwa arwah pengintai ini telah menyatu dengan raga dan jiwanya sebelum memasuki Gerbang Antar Dimensi, sehingga bisa menentukan posisinya.
Kalau tidak, bagaimana mungkin dalang sebenarnya bisa menemukanku lebih cepat dari guru Fernando, para Peramal, dan lainnya, lalu memanfaatkan kesempatan saat diriku belum pulih untuk menempelkan arwah penasaran?
Sebagai Arkanis Agung yang juga mahir dalam sihir nekromansi, jika arwah penasaran yang bisa "dibasmi" oleh Keadilan Pucat ini sudah lama bersembunyi di tubuhku, pastilah guru Fernando bisa melihat keanehan saat berhadapan langsung. Dengan demikian, rentang waktu saat diriku "dikuasai arwah penasaran" dapat dipastikan berada antara momen guru Fernando memasuki Gerbang Antar Dimensi hingga saat aku terpaksa ikut masuk karena ledakan diri Ramillo.
"Kemungkinan terbesar adalah dalang sebenarnya telah memanipulasi Ramillo. Saat dia meledakkan diri, arwah penasaran menyusup ke tubuhku. Daya hancur ledakan itu juga menghapus semua jejak. Ditambah lagi aku terlempar ke Gerbang Antar Dimensi, bahkan jika Yang Mulia Heatherway curiga, tidak akan ditemukan petunjuk apa pun."
"Mampu mengetahui waktu tepat pembukaan Gerbang Antar Dimensi oleh Dewan Sihir, membuat Ramillo melakukan pembunuhan gelap tanpa sadar, sekaligus ahli dalam metode pantauan seperti ini—apa yang ingin diketahui Sang Penguasa Arwah, semi-dewa liche, atau Mata Kutukan dariku?"
Teknik Rajut Memori dan sugesti kuat sama-sama bisa mencapai tingkat kontrol sementara terhadap tindakan Ramillo tanpa memicu kewaspadaannya, membuatnya mengira itu keputusan sendiri.
Kilasan-kilasan kenangan bermunculan di otak Lucien, mencari celah yang terlewat atau belum dipikirkan mendalam.
Tiba-tiba, kilatan ide menyambar Lucien: "Saat memasuki reruntuhan bawah tanah kurcaci dulu, aku pernah diserang diam-diam oleh mayat hidup tingkat tinggi dari dunia mayat hidup. Waktu itu kuduga ini karena rencana Tuan Rhine ketahuan."
“Saat Alder ditangkap oleh Sang Penguasa Arwah dan dikirim ke Alin, tidak ada ingatan tentang Yang Mulia Maskelyne dan Tuan Rhine yang terjebak di dunia mayat hidup. Saat itu aku berpikir karena peringkat Alder tidak tinggi sehingga tidak bisa mengakses rahasia yang lebih tersirat, tapi jika dikaitkan dengan kejadian sebelumnya, ini sangat kontradiktif!”
“Dari kenangan paling mendalam mayat hidup tingkat tinggi itu terlihat, meski sangat membenci Alder, dia hanya bisa mengutuknya agar dibersihkan secara total oleh Gereja Kebenaran. Jelas statusnya lebih rendah dari Alder, mungkin asisten atau bawahannya. Jika bahkan dia tahu rencana Tuan Rhine, bagaimana mungkin Alder tidak tahu?”
“Jika Alder benar-benar tidak tahu, mengapa mayat hidup tingkat tinggi itu menyerangku diam-diam? Untuk membalas dendam atas kematian majikannya yang bodoh, Felipe?”
“Kedua peristiwa ini membentuk paradoks. Penjelasan terbaik adalah Alder memang mengetahui banyak hal: mengetahui Yang Mulia Maskelyne dan Tuan Rhine terjebak di dunia mayat hidup, mengetahui hubungan mereka denganku, sehingga ada tindakan yang menargetkanku. Namun Alder yang tahu banyak ini tiba-tiba kehilangan pengetahuannya setelah dikirim ke Alin – pasti ada yang menghapus memorinya.”
“Dari sini, kecurigaan pada Yang Mulia Mata Kutukan berkurang. Entah apakah Sang Penguasa Arwah yang bertindak, setidaknya dia memberikan izin diam-diam dan membiarkannya! Apakah mereka ingin menemukan Tuhan melalui hubunganku dengan Aetna bulan perak atau entitas mistis dunia mayat hidup?”
“Tidak heran Ramillo datang ke Semenanjung Eldor untuk pencarian! Tidak heran dia bisa langsung menemukan Anthusius! Tidak heran dia berulang kali ingin menyerangku – mana mungkin ada begitu banyak kebetulan!”
Lucien menarik napas dalam-dalam untuk tetap tenang. Perasaan diawasi oleh seorang legenda benar-benar tidak nyaman.
Sebenarnya dalam kasus ini, tersangka juga termasuk Arkanis Agung lainnya. Misalnya, jika arwah penasaran sudah lama merasuki tubuh dan Fernando tidak "melihat"nya, maka penalaran Lucien sebelumnya akan memiliki celah besar. Sementara itu, Heatherway yang saat itu berjaga di Alin juga punya cukup waktu dan kemampuan untuk melakukan manipulasi. Hanya saja, dibandingkan dengan yang lain, kecurigaan terhadap kedua orang ini sangat minim.
Dengan sifat asli Heatherway yang terlihat, tingkat kemampuannya yang biasa dalam ilmu sihir kematian, serta prospek cerah yang dibawa 'Alkimia Baru' baginya; Dengan interaksi sehari-hari bersama guru Fernando, serta karakter tak berubahnya selama ratusan tahun; Lucien memilih untuk mempercayai mereka.
"Aetna bulan perak sudah muncul, tapi Sang Penguasa Arwah atau semi-dewa liche belum bertindak. Apakah ini menunjukkan tujuan utama mereka adalah entitas mistis di dunia mayat hidup?"
“Tidak, saat pertama kali melewati wilayah ilahi Penguasa Segalanya, Aetna sudah mengawasiku, tapi tidak muncul untuk bertemu. Seperti sekarang yang bersandar padaku dan tertidur panjang. Jika dikatakan khawatir mengganggu tindakan-Nya, itu tidak masuk akal. Dengan bantuanku, membunuh Penguasa Segalanya akan jauh lebih mudah.”
“Tampaknya alasan Dia tidak muncul kemungkinan karena menyadari adanya pantauan padaku. Jadi, runtuhnya tiba-tiba dunia bawah menyebabkan pantauan gagal sesaat. Aetna bisa meredam arwah penasaran ini dengan keunggulan esensial, baru kemudian menampakkan diri. Kalau Dia bersembunyi dengan 'daging sapi kering', mana mungkin aku menemukan-Nya?”
Begitu memikirkan ini, punggung Lucien kembali merasakan dingin yang menusuk - bukan karena arwah penasaran belum hilang, tapi ketakutan yang berasal dari lubuk hati. Jika dia gegabah membunuh arwah penasaran, bukankah legenda di belakang layar sudah menyadarinya?
Dengan cepat, Lucien langsung melompat dari balik jendela, hanya berharap legenda itu khawatir membangunkan bulan perak dan makhluk dunia mayat hidup, bersembunyi di tempat yang sangat jauh!
Di belakang adalah hutan kecil yang suram, tapi bagi Lucien yang memiliki kemampuan Ksatria Langit setelah transformasi, jaraknya sesingkat dua sisi tempat tidur. Beberapa kali lompatan, ia sudah mencebur ke sungai, membatalkan transformasi ksatria, berubah menjadi ikan kecil, lalu berenang ke hilir.
Kemudian Lucien merangkak ke tepi, mengeluarkan mantra penghapus jejak, lalu kembali melompat ke sungai menuju area padat kuil. Jika Penyihir Legendaris itu masih bisa melacak pergerakannya, ia akan menggiringnya ke "Mata Satu" aneh yang disebut Aetna - ini adalah perjalanan mencari kehidupan di tengah maut!
Setelah berenang sampai ke area Kuil Perang, Lucien sengaja memperlambat kecepatannya. Dengan cermat ia merasakan sekeliling, terutama memperhatikan perubahan di tangan kirinya. Jika sang Penyihir Legendaris di belakangnya berhasil dielakkan dan tidak mengikuti, maka tidak perlu ia menghadapi Perang Pemimpin Anatanas. Dengan keistimewaan Sang Pengelabu Takdir dan kemampuan bulan perak dalam memblokir diri, peluang untuk benar-benar keluar dari konspirasi ini sangat besar.
Begitu terus berenang diam-diam selama beberapa menit, tiba-tiba Lucien merasakan air sungai bergetar hebat, seolah terjadi gempa bumi di kejauhan.
Menjulurkan kepala dari balik ganggang air, Lucien menemukan langit di atas pegunungan luar kota dipenuhi petir sementara aura kematian menutupi bulan. Puncak gunung yang menjulang ke langit runtuh dengan dahsyat.
"Ada petarung tingkat tinggi yang sedang menyerang?"
"Apakah El dan yang lain sedang mengepung Dewa Petir?"
Baru saja pikiran itu muncul, Lucien mendengar raungan marah. Sebuah anak panah berwarna hitam legam tanpa kilau melesat dari Kuil Perang, dalam sekejap sudah mencapai tempat yang jauh.
Karena jarak terlalu jauh, Lucien tidak bisa merasakan apakah "Panah Annatanas" tepat mengenai sasaran atau tidak, hanya samar melihat aura kematian abu-abu keputihan yang semakin suram.
Kemudian, gumpalan debu menyebar dari Kuil Perang, membawa aroma ekspedisi militer yang pekat dan suara terompet panjang yang melesat ke luar kota. Tuhan tampaknya sudah mempersiapkan diri, hanya dalam hitungan detik sudah bertautan dengan aura kematian itu.
Saat itu, di dalam kuil "Bintang Fajar dan Senja", sebuah bintang berkilauan yang terlambat dua tiga detik juga terbit, mengikuti "maju ke medan tempur" Tuhan Perang.
Tapi tepat ketika hendak melewati Sungai Sonar, kabut gelap mengerikan tiba-tiba menyergap dari kegelapan malam di ketinggian.
Bintang berkilauan itu berkedip sesaat, kemudian jatuh dari ketinggian dan menghantam tanah tepi sungai dengan keras, menampakkan sosok seksi yang matang sepenuhnya.
Ahsin berkata dengan panik: "Francis?"
"Suara belum selesai, dari belakang Tuhan muncul bulan perak jernih yang bertabrakan keras dengan-Nya."
Ahsin yang nyaris menghindar dari Guncangan utama terguling, lalu melompat ke langit dengan wajah semakin pucat. Pedang melengkung di tangannya ternyata hampir patah:
"El?"
Saat teriakan-Nya menggema, cahaya bintang berkilauan muncul di sekitar El yang mistis, berdistorsi membentuk sangkar untuk mengurung-Nya.
Aura kematian mengalir dari tubuh El, mengurangi sangkar cahaya bintang. Dengan tenang Dia berkata: "Francis, kau tahan Dia! Aku akan gunakan sihir perintah untuk mencabut keilahian-Nya. Avatarku, malaikat petir, malaikat bumi, dan malaikat kebijaksanaan tak bisa menahan Annatanas lama! Setelah ku serap keilahian-Nya, baru bisa lawan Annatanas frontal!"
Lucien di sungai menyambut pertempuran mereka dengan antusias, karena ini bisa membantu menyamarkan jejaknya. Dalam hati ia berpikir, "Ternyata dewa-dewa palsu lain telah bergabung dengan El? Apakah Sophia yang merencanakan ini?"
Begitu El selesai bicara, suara berat bergema, "Benarkah?"
"Annatanas?!" El terkejut melihat seorang pria bermata satu bertubuh tinggi keluar dari Kuil Perang. Ia memegang martil perang yang mengerikan, mengawasinya dengan tenang seperti gunung. Di belakangnya berdiri pria muda kekar - Bero, Dewa Matahari.
Ternyata itu tubuh asli Annatanas? Yang dikirim hanyalah avatar? Dan mereka bahkan tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyergap?
Annatanas menyunggingkan senyum tipis: "Jangan berpura-pura terkejut, Aku tahu Bero sedang menipu-Ku. Tujuan kalian kali ini bukan Ahsin, tapi langsung mengincar-Ku. Keluarlah semua, biar Kulihat dari mana asal keyakinan kalian!"
"Apa?" Dewa Matahari Bero di belakang-Nya terperanjat mundur beberapa langkah, perisai di tangannya secara tidak sadar langsung menghadang di depan dada.
Memang benar dia bersekongkol dengan El, sengaja berpura-pura berkhianat untuk membocorkan rencana kepada Tuhan Perang. Memberitahu-Nya bahwa El dan kawan-kawannya sedang mempersiapkan konspirasi untuk mengincar "Dewa Cinta dan Kecantikan" Ahsin, membuat-Nya menggunakan metode khusus untuk mengaburkan avatar dan tubuh asli, bersembunyi di dalam Kuil Perang, dan memanfaatkan kesempatan untuk memberikan serangan mematikan kepada El dan kawan-kawannya.
Padahal, target rencana mereka sejak awal adalah Annatanas. Asalkan Dewa Matahari Berro bisa memanfaatkan kelengahan Annatanas saat menyerang El untuk memberikan trauma berakibat fatal, maka dalam situasi kepungan, ada peluang cukup besar untuk benar-benar mengalahkannya. Tapi sepertinya Annatanas sudah tahu segalanya?
Siapa yang berkhianat? Mengapa Annatanas bisa tenang seperti ini?
Francis berkata dengan tenang: "Rencana ini hanya untuk menyederhanakan segalanya. Karena Tuhan Perang telah melihat masalahnya, mari kita hadapi Anda secara terbuka, agar kematianmu jelas-jelas dipahami."
Dari kegelapan di sekeliling, perlahan muncul tiga sosok: seorang pria berwajah suram dan kejam yang pernah dilihat Lucien, seorang tua berbaju putih bersih, dan seorang wanita cantik luar biasa dengan zirah ungu, membawa perisai di tangan kiri dan pedang di tangan kanan.
"Natasha?" Lucien di dasar sungai hampir tercekik rintihan terkejut.
