Pedang indah berhiaskan ornamen mewah yang biasa, memancarkan warna lembut namun tegas. Saat kilau perak-ungu di mata Natasha semakin intens dan jernih, dua celah ilusi yang seakan mampu membelah dunia tiba-tiba muncul di permukaannya. Hanya dalam satu detik, pedang itu telah menyambar aksesori kepala Kangus.
Titik vital liche bukan lagi jantung atau leher. Hanya aksesori kepala yang menjadi tempat bersemayamnya jiwa yang dapat melukai mereka secara efektif.
Palet monoton hitam-putih-kelabu di bawah "Keadilan Pucat" mulai retak transparan, memperlihatkan sosok semi-dewa liche dengan dua jarum merah menyala yang masih terperangkap dalam ruang yang membeku.
Haa! Pedang itu seperti menyambar kayu busuk. Efek sihir otomatis seperti "Pemicu Mantra", "Daftar Mantra", dan "Penata Mantra" pada tubuh Kangus gagal berfungsi normal akibat pengaruh entitas mistis dunia mayat hidup.
"Ah!" Teriakan melengking yang menusuk tiba-tiba menggema, tubuh Natasha terlempar ke belakang. Sudut mata, hidung, mulut, dan pelipisnya mengeluarkan garis-garis tipis darah.
Ini bukan "Teriakan Semi-Dewa Liche", melainkan guncangan energi spiritual Kangus yang muncul dari amarahnya yang memuncak. Meski ditangkis oleh "Keadilan Pucat", Natasha tetap mengalami luka parah. Sementara Lucien lebih parah lagi: kepala pusing, penglihatan kabur, hidung dipenuhi bau anyir darah.
"Kalian... sungguh hebat!" Kangus mengeluarkan suara gigit gigi yang samar dan mengambang.
Lucien dan Natasha terkejut. Setelah semua ini, masih belum bisa menghancurkannya?
Tiba-tiba, jubah hitam legam Kangus terbelah di tengah. Kerangka putih bersihnya berhamburan ke lantai dengan suara berderak, langsung membusuk dan menguning sambil mengeluarkan bau busuk menyengat.
Di atas tengkorak, muncul dua retakan dalam yang memancarkan kilatan cahaya suci nan ramah.
Krack! Tengkorak pecah, memperlihatkan kerangka kecil keemasan di dalamnya yang juga memiliki luka ilusi tak terdefinisi, seolah telah patah.
Tanpa perlindungan dan pertahanan sihir, kerusakan yang diderita Kangus akibat serangan ini hampir setara dengan serangan Aetna bulan perak sebelumnya.
"Keadilan Pucat", musuh bebuyutan kejahatan, pada detik ini ia adalah senjata legendaris!
Cahaya bulan perak menyurut, meredam dengan kuat warna hitam-putih-abu yang membeku di tangan kiri itu, mencegahnya menyebar dan menjangkiti Lucien dan Natasha.
"Aku akan kembali! Semoga kalian bisa menciptakan trik kotor yang lebih baik!" Kangus mengumumkan dengan penuh kebencian. Tengkorak emasnya tiba-tiba terbelah tiga, jatuh ke tanah mengeluarkan dentingan logam, sementara jiwanya segera menghilang dari tempat itu.
“Ini pun tidak bisa membunuhmu secara tuntas! Lich, bukan, penyihir gelap benar-benar sangat menyebalkan!” Natasha mengeluh setengah lega setengah bercanda.
Lucien sudah terbaring di tanah, tak bisa bergerak, rasa sakit yang menusuk membuat sarafnya berdenyut-denyut. Tapi hatinya dipenuhi kegembiraan. Bagaimanapun, hanya mengandalkan sumber daya yang ada dan refleksi spontan, dia dan Natasha ternyata berhasil membunuh semi-dewa liche sekali. Meski levelnya mentok di tahap awal legenda selama ratusan tahun, tetap saja dia adalah petarung legenda sejati! Dari segala aspek, seharusnya bisa menghancurkan kami berdua dengan mudah.
“Di antara semua sihir, hmm, penyihir, yang paling sulit dibunuh adalah aliran nekromansi! Dan yang kita hadapi adalah seorang semi-dewa liche!” Aura Lucien tidak stabil, rasa sakit menusuk otak, membuat ucapannya terputus-putus. Namun setelah meneguk ramuan "Nyanyian Air", lukanya mulai stabil. “Lagipula, metode regenerasi yang dia siapkan di dunia ini sudah habis terpakai sebelumnya. Dari situasi tadi, pasti dia akan beregenerasi dari jimat kotak nyawa di dunia material utama. Waktu perjalanan pulang-pergi plus pembentukan raga baru memberi kita waktu aman lebih dari satu hari.”
Natasya membalikkan badan dan berdiri, dengan hati-hati mengangkat lengan kiri Lucien kembali ke sisinya: "Waktu lebih dari sehari? Kita bisa melakukan beberapa persiapan. Nanti selama bisa mengulur waktu sehari lagi, atau fragmen dunia mayat hidup tidak kehilangan kendali seperti hari ini, Nenek Heatherway dan Gurumu seharusnya bisa tiba. Dan semakin lama waktu tertunda, semi-dewa liche semakin tidak berani melanjutkan pengejaran. Eh, bisakah tanganmu disambungkan kembali?"
"Aku bukan Ksatria Langit." Meski berkata demikian, Lucien perlahan bangkit duduk. Tangan kanannya menerima lengan kiri, menekannya pada luka besar yang terputus. Daging dan urat mulai bergerak-gerak, tulang memancarkan kilatan cahaya putih susu samar.
Dengan membawa lambang suci El, dia memiliki konstitusi fisik setara Ksatria Besar, ditambah penguatan dari darah Moonlight, ramuan "Nyanyian Air", dan Aetna bulan perak. Meski tidak bisa pulih sepenuhnya, setidaknya lukanya bisa tersambung kasar. Namun rasa gatal dan nyeri di bekas luka membuat Lucien menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan jeritan kesakitan.
Tiba-tiba, tangan dingin menyentuh wajah Lucien, meredakan penderitaannya sambil menyampaikan Kehendak yang teguh.
Natasha mengerutkan alis namun sengaja bercanda untuk mengalihkan perhatiannya: "Akhirmu mengerti rasa sakit saat perutku ditembus waktu itu? Kemampuan regenerasi Ksatria Besar itu berkah sekaligus siksaan."
Butiran keringat dingin mengalir dari dahi Lucien, diusap bersih oleh Natasha. Setelah beberapa menit, Lucien akhirnya menyunggingkan senyum: "Saat itu sama sekali tidak terlihat, kamu malah tersenyum sambil membahas cara memanggang organ dalammu sendiri dengan ekspresi menyukai hal ekstrem."
"Hehe, maukah aku memanggang sepotong untukmu sekarang? Haruskah disambung? Bagaimana penyembuhannya?" Natasha, melihat siksaan panjang yang dialami Lucien akhirnya berakhir, mulai mengungkapkan kebingungannya.
Lucien mengangguk: "Aetna baru saja melepas kendali, membuat fragmen-fragmen entitas mistis dunia mayat hidup bisa bernapas. Tanpa amplifikasi dari kekuatan darah dan energi spiritualku, mungkin Dia tidak bisa mengendalikannya. Saat itu terjadi, belum tentu kita bisa kabur tepat waktu hingga 300 meter."
Kemudian, Lucien sedikit menggerakkan lengan kirinya sambil mengevaluasi: "Mengangkat tangan dan melakukan gerakan sederhana masih bisa dilakukan, tapi gerakan rumit sulit diselesaikan, apalagi gerakan mantra sihir yang presisi. Hanya bisa menunggu hingga nanti menggunakan ritual dan sihir regenerasi anggota tubuh aliran Nekromansi untuk pulih sepenuhnya."
Melihat tidak ada efek samping permanen, Natasha sedikit lega. Wajahnya menampakkan senyum bangga sambil mencondongkan pedang "Keadilan Pucat" dalam pose merayakan kemenangan: "Haha, meski gagal membunuh Semi-dewa Liche Kangus sampai tuntas, tapi aku pasti ksatria pertama di tingkat tujuh yang berhasil membunuh legenda dalam duel frontal! Luar biasa! Benar-benar hebat!"
Dia mondar-mandir dengan girang, pipinya sedikit memerah yang membuatnya semakin memancarkan pesona.
“Inilah kehidupan petualangan yang selalu kubayangkan! Rekan yang harmonis tanpa perlu kata, musuh yang perkasa, situasi penuh keputusasaan, pertempuran yang semakin berbahaya semakin membuat darah berdesir panas! Jika bisa pulang hidup-hidup, kurasa ini akan menjadi kenangan tak terlupakan seumur hidupku!”
“Bagiku juga begitu,” kata Lucien sambil mengawasi bibir Natasha dengan keseriusan. “Tapi lebih baik kita tidak mencari-cari pertempuran berbahaya seperti ini. Jika tidak, cepat atau lambat kita akan runtuh.”
“Tentu saja, kalau bukan karena kamu, setelah pertempuran di Kuil Perang selesai, aku akan langsung kembali ke wilayah yang dikendalikan Yang Mulia Valen.” Natasha selalu memiliki kesadaran sebagai penguasa, kali ini meninggalkan pasukan dan datang ke Semenanjung Eldor juga karena sebelum memasuki dunia ini, menerima sinyal dari Heatherway, mengetahui Lucien hilang jejak, sehingga memanfaatkan hak mentor yang merupakan anggota Dewan Kardinal untuk mendapatkan tugas inspeksi keliling, membantu Heatherway dan Storm Master mencari Lucien di area kendali Gereja yang tidak memungkinkan mereka bertindak langsung.
Setelah lebih dari dua bulan melakukan inspeksi, di area utama tidak ditemukan petunjuk apapun, akhirnya dia datang ke Semenanjung Eldor yang terpencil.
Setelah mengatakan itu, Natasha kembali bersemangat: "Aku harus merekam peristiwa ini dalam sejarah Keluarga Violet! Di masa depan orang akan berkata, lihat, inilah Ksatria sejati, Ksatria sejati yang pemberani dan teguh, eh, dan partner penyihirnya."
Tiba-tiba, dengan mata berbinar penuh tawa, Natasha menatap Lucien sambil terkekeh: "Harus dicatat juga, dia tidak hanya mengalahkan semi-dewa liche, tapi juga merebut ciuman pertama seorang Arkanis Agung. Hmm, kamu pasti akan menjadi Arkanis Agung."
Dia menyatakan keyakinannya akan pencapaian Lucien di masa depan. Saat ini, dengan membayangkan masa depan indah, barulah bisa menyambut bahaya sehari kemudian dengan sikap lebih tegas.
Berbekal harapan, barulah tak akan hancur diterpa keputusasaan.
Lucien tersenyum canggung, lalu bertanya hati-hati: "Tidakkah kau merasa jijik berciuman denganku, eh, dengan pria?"
Natasha mengusap dagunya sendiri, juga tampak bingung: "Awalnya kukira akan sangat menjijikkan, tapi tak seekstrim yang kubayangkan. Rasanya aneh. Mungkin karena kau sahabat terbaikku, jadi aku mengabaikan gendermu? Atau mungkin karena kau belum pernah berciuman sebelumnya, jadi lebih... bersih?"
Ia menjilat bibirnya seolah sedang mengecap kembali sensasi tadi.
Benar-benar "wanita jagoan"! Lucien bergumam dalam hati, namun merasa lega. Setidaknya Natasha tidak merasa jijik atau terganggu. Perkembangannya lebih baik dari perkiraannya: "Baik, mari kita pergi dari sini ke Lembah Maut. Semoga ada cara lain untuk mengulur waktu selama sehari lebih itu."
"Oke." Dengan sikap khasnya yang tegas, Natasha mengusap sisa darah di wajahnya. Ia membantu Lucien yang masih limbung akibat kehilangan banyak darah untuk berdiri, lalu bersiap meninggalkan gua.
Baru beberapa langkah, kilatan cahaya samar tiba-tiba menyapu pandangan mereka.
"Apa itu?" Natasha menyipitkan mata. Di antara tulang tengkorak emas yang membusuk, tersembunyi sebuah cincin bergaya kuno dengan pola unik.
Mata Lucien tiba-tiba bersinar: "Saat Kangus ditembus pedang Aetna, semua benda sihir di tubuhnya hancur berkeping-keping. Dia juga tidak sempat kembali ke dunia material utama atau semiplanar. Satu-satunya yang masih tersisa di tubuhnya sekarang adalah..."
"Benda legenda!" Serempak mereka berseru, sorot mata keduanya dipenuhi kejutan dan sukacita.
Lucien perlahan mendekati cincin itu, tidak langsung mengambilnya. Ia menjelaskan pada Natasha: "Banyak barang sihir memiliki sifat misterius. Seperti jubah sihirku yang bisa menyembunyikan jiwa dan mengambil alih tubuh saat ada yang mencoba mengontrol. Cincin ini mungkin satu-satunya benda legenda milik semi-dewa liche itu. Lebih baik berhati-hati. Gunakan 'Keadilan Pucat'-mu untuk melindungiku. Dalam hal melawan jiwa dan kutukan, pedang ini setara dengan pedang legenda."
Natasha mengangguk, mengeluarkan pedangnya dan fokus waspada.
Lucien menenangkan perasaannya, lalu melemparkan "Spell Identification" ke arah cincin tersebut.
