Natasha mengerutkan sudut mulutnya, dengan bijak mengakhiri topik ini. Hal-hal yang membuat pusing hanya dengan deskripsi sederhana seperti ini sebaiknya diserahkan kepada Ahli Sihir Oskur untuk dipahami.
Ia menatap Lucien dari atas ke bawah dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan perhatian: "Selain dunia kognitif yang terwujud secara substansial, mencapai level lingkaran kesembilan, adakah hasil lain? Aku dengar dari Nenek Heatherway dan ibuku, ketika meneliti capaian serupa, dunia kognitif akan berinteraksi dengan prinsip realitas di dunia nyata, menghasilkan model-model sihir berbeda. Dengan kegaduhan yang kau buat tadi, pasti beberapa mantra baru tentang waktu dan ruang, massa dan energi telah tercipta?"
Perubahan dunia kognitif menjadi tanda utama kemajuan penyihir di tahap lanjut: semi-stabilisasi setara dengan tingkat tinggi, stabilisasi penuh setara dengan Mage Agung, sedangkan semi-stabilisasi yang bisa memproyeksikan dan mempengaruhi dunia nyata setara dengan level legenda.
“Mendapatkan dua rancangan awal mantra legenda di bidang konversi massa menjadi energi.” Lucien memahami bahwa itu adalah konstruksi sihir tidak lengkap dari fisi dan fusi. Meskipun struktur ruang-waktu dalam dunia kognitifnya juga mengalami perubahan, masih kurang teori yang bisa langsung memanipulasinya. Paling-paling hanya bisa mengoptimalkan mantra seperti "Penghentian Waktu" agar lebih sederhana dan mudah dipelajari. Untuk benar-benar mendapatkan mantra legenda yang bisa mengendalikan ruang-waktu, mungkin harus menunggu sampai pandangan ruang-waktu dari teori relativitas umum atau mekanika kuantum muncul.
Bahkan konstruksi dua mantra legenda fisi dan fusi ini hanya bisa diperoleh Lucien karena dia yang mengajukan model inti atom, memahami konsep peluruhan, mengetahui kedua fenomena tersebut serta reaksi berantai. Bagi orang lain, meskipun sudah menurunkan rumus massa-energi, tetap harus menguasai pengetahuan terkait dan membuat terobosan dalam penelitian sebelum bisa menghasilkan interaksi.
Perhatian Natasha langsung tertarik: "Mantra legenda? Pantas saja... Lucien, kamu mau memberi nama apa?"
Kelahiran sebuah mantra legenda selalu tidak mudah, menyaksikan langsung memberikan perasaan menyaksikan sejarah, terutama karena sang pencipta ini baru berusia dua puluhan.
"Bocah kecil Ivens? Bom Besar Lucien?" Lucien menjawab sembari lalu.
Berdasarkan perkiraan model sihir yang belum lengkap tersebut, mantra fusi saat ini membutuhkan legenda tingkat puncak untuk mengkonstruksikannya dalam jiwa tanpa melukai diri saat digunakan. Semakin terampil penguasaan dan mendalam pengetahuan, semakin besar daya hancurnya namun kebutuhan tingkat kemampuan justru semakin rendah. Namun setelah pemahaman menyeluruh, minimal penyihir tingkat dua legenda tetap dibutuhkan untuk melepaskannya dengan koordinasi mantra proyeksi jarak jauh yang dikembangkan khusus, Teknik Super Sihir "Jangkauan Tambah", teknik penundaan mantra, dan material yang telah dimurnikan.
Sedangkan sihir tipe fisi setelah melalui eksperimen terkait dan analisis mantra yang lengkap, legenda tingkat satu seharusnya sudah bisa mengkonstruksikannya. Jika ada material murni yang dikordinasi, lingkaran kesembilan juga berharap bisa menggunakannya. Memikirkan ini, pikiran Lucien melayang: "Entah apakah sihir fusi pada tingkat melebihi mirip dewa bisa menjadi helium flash, semburan sinar gamma... Itu benar-benar cara sempurna membinasakan alam semesta..."
Natasha mendengar dua nama ini, seketika tersenyum nakal sambil melihat bagian bawah Lucien: "Menurutku dua nama ini kurang baik, seolah mengisyaratkan dua kondisi berbeda dari suatu hal. Lebih baik diganti."
Lucien langsung tersipu, khas Natasha "pria terhormat", mengibaskan tangannya: "Model sihir masih belum lengkap, pertimbangkan namanya setelah direvisi dan dilengkapi."
"Baiklah, nanti aku akan membantumu memberi nama salah satu mantra legenda. Pengetahuan sastrawiku sangat baik!" Natasha memutuskan untuk mengambil alih hal menyenangkan ini, tapi dengan baik hati menyisakan satu untuk Lucien, "Ngomong-ngomong, kira-kira mantra seperti apa ini?"
Lucien menjelaskan secara garis besar. Mendengar bagian akhir, Natasha tak kuasa menoleh memandang kegelapan di luar, terkejut sekaligus bergurau: "Mungkin di masa depan kau akan mendapat gelar seperti Dewa Matahari atau Blaze Abadi."
"Untuk mencapai tingkat serupa, kurasa bahkan Tuhan Kebenaran sekalipun takkan mampu..." jawab Lucien dengan jujur sambil terus melakukan penyerapan bertahap terhadap pandangan agama Natasha, berusaha membuat-Nya mengalami kemunduran ke bidang spiritual. Ini adalah pekerjaan jangka panjang dan berat terkait kebahagiaan masa depan, Lucien bersiap untuk terus konsisten.
Natasya tampak serius memikirkan: "Dari daya hancur Sihir Ilahi waktu itu, masih jauh dari gambaran ultimate yang kau deskripsikan. Tapi mungkin karena efeknya dikendalikan dengan presisi. Sayang, 'anak kecil'-mu belum lengkap, bahan mantranya juga belum cukup murni dan bermassa tinggi. Kalau tidak, kita bisa menyiapkan perangkap sihir yang terlihat seperti kutukan tapi sebenarnya ledakan nuklir. Dengan Cincin Kangus sebagai pendukung, mungkin kita bisa mengalahkan semi-dewa liche sekali lagi. Baru benar-benar aman."
Untuk sementara dia menggunakan nama yang sebelumnya diberikan sembarangan oleh Lucien sebagai sebutan.
“Segalanya tidak akan pernah berjalan semulus yang kita bayangkan. Lagipula, aku baru mencapai tahap terwujud secara substansial dunia kognitif. Energi spiritualku masih berada di tingkatan tujuh cincin, masih termasuk calon penyihir tujuh cincin yang belum menyusun magis tingkat tujuh. Jarak menuju energi spiritual sembilan cincin masih jauh - meskipun kali ini ada pengaruh dua makhluk mirip dewa yang mempercepat peningkatannya, kurasa dalam satu minggu energi spiritualku paling-paling hanya akan mencapai lapisan delapan cincin. Untuk naik ke sembilan cincin, mungkin butuh beberapa tahun lagi.”
Lucien mengevaluasi kondisinya secara objektif tanpa rasa frustasi, tersenyum berkata: "Tujuan awal kita hanya mengenakan 'Cincin Kangus' untuk meningkatkan harapan selamat. Selama tujuan itu tercapai, tidak ada yang perlu disesalkan."
Meskipun jika makalah penelitian ini langsung "dilempar" ke Kangus, ada kemungkinan kepalanya akan meledak dan dirinya runtuh total, Lucien yakin setelah dua kali mengalami kerugian, Kangus pasti tidak akan berani lagi membuka-buka atau menerima barang-barangnya sembarangan.
Sambil berbicara, Lucien mengenakan cincin besi hitam bergaya kuno dengan pola khas itu.
Begitu menyentuh daging, cincin itu langsung menyerap energi spiritual Lucien dengan gila-gilaan. Seiring cepatnya energi spiritual terkuras, dunia kognitifnya mulai bergetar halus. Namun ruang yang telah terwujud substansial dan pemetaan formula berhasil meningkatkan energi spiritual dengan cepat, memperlambat aliran pengurasan ini.
Setelah beberapa detik, daya tarikan gila-gilaan itu perlahan mereda. Lapisan luar besi hitam cincin kehilangan kesuramannya, memancarkan kilau logam yang aneh dan dingin.
Lucien menggerakkan tubuhnya dengan takjub, "Peningkatan resistensi sihir, konstitusi fisik, dan pertahanan tubuh dari 'Cincin Kangus' bisa ditumpuk dengan benda-benda magis lain! Meski tidak boleh melebihi batas maksimalnya, ini benar-benar 'artefak suci'!"
Dengan begini, bahkan tanpa berubah wujud, Lucien sudah memiliki resistensi sihir setara cincin delapan dan konstitusi ksatria level lima.
“Dan kebal serta melemahkan banyak sihir.” Natasha memuji sambil memandangi "Cincin Kangus".
Lucien menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Kekebalan bukan segalanya. Bisa diakali dengan cara tidak langsung menyasar tubuhku, tapi memengaruhi lingkungan sekitar lalu menggunakan perubahan lingkungan untuk melukaiku. Selain itu, dengan memakai cincin ini, aku tak bisa memberi diri sendiri pertahanan sihir di bawah lingkaran kesembilan. Persiapan mantra pemicu sebelumnya tidak terpengaruh. Jadi, kita harus memilih apakah akan memakainya sesuai situasi."
"Yang penting sekarang kau bisa menggunakan mantra legenda. Kita tak lagi selemah dulu saat menghadapi semi-dewa liche. Selanjutnya kemana kita pergi?" Meski waktu masih mendekati subuh dan jarak kedatangan semi-dewa liche masih satu hari, Natasha sangat paham: semakin banyak persiapan, semakin besar harapan.
Lucien mengusap-usap cincinnya berkata: "Satu mantra legenda saja sudah bisa menguras habis tenaga yang terkandung dalam cincin ini dan energi spiritualku, jadi kita harus memanfaatkan kesempatan dengan baik. Sekarang, mari kita pergi ke Lembah Maut 'mencari' El."
"Bukannya kau sudah memakai cincin itu? Tidak perlu lagi menangkap El kan?" Natasha terlihat bingung.
Lucien tertawa: "Ada yang aneh dengan El, kita harus menyelidiki untuk mengantisipasi kejutan. Justru karena aku sudah memakai cincin ini, kita harus menangkap El. Semi-dewa liche pasti tidak menyangka aku bisa mewujudkan dunia kognitif secepat ini. Ketika melihat kita bersama El, menurutmu Tuhan akan waspada terhadap siapa yang menggunakan mantra legenda?"
Karena ada pengaruh Aetna dan entitas mistis dunia mayat hidup yang merasuki dirinya, Lucien berani membahas strategi melawan Penyihir Legendaris. Jika tidak, mungkin rencana mereka baru saja disusun, sang semi-dewa liche sudah merasakan bahaya seperti yang dilakukan Sang Penguasa Arwah sebelumnya.
“Kau memang licik.” Natasha menghela napas.
“Baiklah, mari kita berangkat.” Lucien mengemas platform alkimia dan makalah penelitiannya. Saat hendak melangkah, dia teringat sesuatu dan bertanya, “Natasha, sebelumnya kau bilang aku membuat kegaduhan besar?”
Natasha mengangguk tegas: “Saat kau menulis makalah, ada sensasi perubahan ruang-waktu samar di sekitarmu. Saat hampir selesai, muncul matahari baru yang panas mengerikan di tengah malam, membuat monster dan binatang buas sampai sekarang masih ‘meratap’. Meski hanya bertahan 1-2 detik, aku yakin ini bukan halusinasiku.”
“Bagaimana mungkin ini terjadi?” Lucien terkejut. Bukankah fenomena seperti ini pertanda dunia kognitif semi-stabilisasi mulai mempengaruhi dunia nyata? Tapi dirinya masih jauh dari level legenda.
Setelah menjelaskan pemahamannya tentang hal ini, Lucien menatap Natasha dengan bingung, berharap dia bisa memberikan sedikit ide.
Natasha memandangi Lucien dengan putus asa: "Aku sama sekali tidak paham tentang hal-hal seperti ini. Mmm, mungkin dunia ini memang istimewa, mengingat bahkan energi spiritual dan kehendak pun ikut teredam."
"Mungkin..." Lucien mulai merenungkan hal tersebut, namun tak mendapat petunjuk. Matanya menangkap cahaya keilahian Ahsin yang melingkari lengan kiri Natasha, sudut mulutnya berkedut samar. Ia memutuskan untuk tidak mengingatkannya, menunggu barang itu menghilang dengan sendirinya.
Natasha yang menyadari pandangan Lucien menoleh, matanya tertuju pada lengan kirinya: "Ini cahaya keilahian?"
"Kau bisa melihatnya?" Lucien semakin terkejut.
Natasha mengedipkan mata, tak mengerti mengapa Lucien begitu terkejut. Dengan polos ia menjawab: "Selama ini selalu bisa melihat. Orang lain juga bisa, ada masalah?"
“Ini tidak masuk akal. Di dunia material utama, orang yang tidak menguasai metode khusus atau memiliki benda-benda magis spesifik tidak bisa melihat cahaya keilahian.” Lucien yakin Natasha tidak akan menipunya. Apakah El yang dulu menyediakan kotak laurel bulan karena Francis dan Yakub tidak bisa menyentuh cahaya keilahian, bukan berarti mereka tidak bisa melihatnya?
“Mungkin karena keunikan dunia ini.” Natasha masih menggunakan alasan itu. Dia benar-benar tidak ahli dalam hal-hal seperti ini.
Lucien mondar-mandir beberapa langkah: "Keunikan dunia ini... Menurut sistem hipotesisku, cahaya keilahian adalah akumulasi gelombang elektromagnetik khusus. Lalu bagaimana caranya membuat orang yang tidak menguasai metode bisa melihatnya?"
Tiba-tiba, Lucien mendapat kilatan ide dan membuat sebuah hipotesis: "Mungkin karena medan magnet tubuh dan jiwa makhluk berakal di dunia ini memiliki perbedaan kecil dengan dunia material utama, membuat 'kekuatan iman' mereka lebih kuat, lebih mudah terpancar. Dan karena dewa palsu di sini tidak memiliki ajaran dan ritual yang jelas untuk menyalurkannya, 'kekuatan iman' yang berupa gelombang elektromagnetik khusus ini telah hilang sebagian besar, menyebar di udara, menyebabkan polusi elektromagnetik parah yang meredam energi spiritual yang mungkin juga berupa gelombang elektromagnetik. Dengan kata lain, kehendak yang terpancar juga karena gelombang elektromagnetik?"
"Demikian pula, karena adanya gelombang elektromagnetik khusus dengan 'frekuensi tertentu' yang menyebar ini, keilahian akan bereaksi dengan sebagian darinya dan menghasilkan cahaya, sehingga bisa dilihat oleh orang biasa. Ketika dunia kognitif saya berubah, terjadi resonansi dengan gelombang elektromagnetik tertentu di dunia luar, sehingga muncul keanehan."
“Tapi, bagaimana dengan interaksi proyeksi dunia realitas dan model sihir baru? Mungkin dugaan sebelumnya hanyalah sebagian kecil fakta, bukan keseluruhan.”
Melihat ekspresi Lucien yang sedang merenung, Natasha menghibur dengan senyuman: “Ini pasti Misteri tersirat yang tak bisa dieksplorasi seketika. Pelajari perlahan nanti, carilah makhluk berakal untuk meneliti perbedaan medan magnet mereka.”
“Benar, prioritas utama sekarang adalah semi-dewa liche.” Lucien mengalihkan pikiran, memberi isyarat pada Natasha untuk bersama menuju Lembah Maut.
Natasha tiba-tiba tersenyum licik: “Aku ingat sesuatu. ‘Tuhan Cinta dan Kecantikan’ Ahsin dulunya seekor centaurus jantan - mayatnya membuktikan itu. Tapi setelah mengasimilasi keilahian ini, Dia berubah menjadi wanita cantik.”
Sambil berbicara, tangannya penasaran mengelus-elus cahaya keilahian di lengan kiri, meski tak bisa menyentuh apapun.
“Jangan kau berpikir macam-macam.” Lucien memandangnya dengan khidmat.
Natasha terkekeh kaku: "Aku ini tipe gadis yang semena-mena? Keilahian bertentangan dengan dunia kognitifmu, mana mungkin aku menyakitimu? Hmm, aku harus minta Nenek Heatherway membuatkan barang supernatural dari keilahian ini. Menurutmu lebih baik anting-anting, cincin, atau ikat pinggang, hiasan kepala, gaun panjang?"
"Pedang." Ekspresi Lucien tetap datar.
Natasha mengernyit: "Kenapa?"
"Pedang yang ditempa dari 'keilahian' Dewa palsu tingkat tinggi pasti hanya bisa diangkat oleh Ksatria Langit atau ksatria biasa berbakat istimewa. Dengan begitu tak akan ada yang salah mengambilnya." Jawab Lucien tetap tanpa ekspresi.
Natasha menyeringai: "Boleh juga. Menurutmu mau diberi nama apa?"
Lucien berpikir sejenak, tiba-tiba tertawa getir: "Pedang Kontrak dan Kemenangan. Saat seorang remaja mengangkat pedang ini, takdirnya akan berubah."
Setelah berkata demikian, tanpa mempedulikan kebingungan Natasha, Lucien langsung keluar dari gua.
