Di sekitar Lembah Maut yang telah menghilang, Fernando, Heatherway dan Bergna melayang di udara sambil memperhatikan panorama mengerikan. Mereka menghitung suhu dan daya hancur ledakan dari jejak suhu tinggi yang menakutkan dan kawah raksasa yang tersisa.
"Jika ini benar-benar sihir ledakan, apakah matahari sebenarnya planet yang terus-menerus meledak seperti ini?" tanya Bergna dengan wajah kehilangan arah.
Ini bukan karena dia memusuhi "ledakan fusi", tetapi begitu memikirkan "matahari" yang menempati posisi penting dalam sihir Astral dan peta bintang Takdir akhirnya menanggalkan lapisan misterinya dan mengungkap sebagian Misterinya, sebagai seorang Peramal, perasaan kehilangan tak terhindarkan menyelimutinya.
Setelah Fernando membunuh semi-dewa liche, Bergna tidak pergi dengan emosi, sebab jika mengikuti alasan Kangus, jelas dua Arkanis Agung yang hidup lebih penting daripada seorang Penyihir Legendaris yang mati. Sedangkan jika tidak mempertimbangkan pembelaan Kangus dan murni melihat Peraturan Dewan, tindakan Fernando justru lebih benar.
Mungkin karena Storm Master selalu mematuhi peraturan Dewan Sihir, orang-orang lupa bahwa karakter pemarah dan impulsifnya tidak hanya muncul dalam debat akademis. Mereka melupakan profesi legenda dan julukannya, hingga saat dia tiba-tiba menyerang, Bergna baru menyadari bahwa tindakan seperti ini memang pantas untuk "Penguasa Badai". Dengan senyum pahit, dia menerima hasil ini sebagai sesuatu yang wajar.
Fernando menggelengkan kepala: "Secara teknis, ini bukan sihir ledakan. Di sini tidak ada jejak khusus yang biasa ditinggalkan oleh sihir ledakan tradisional, hanya pelepasan energi murni dan suhu tinggi yang tak terbayangkan."
Dia sengaja menambahkan kata "tradisional" sebelum menyebut sihir ledakan aliran elemen, jelas menganggap ini sebagai bentuk ledakan baru yang mendekati misteri cahaya matahari. Dengan mengikuti jalur penelitian ini, aliran terang-gelap dan elektromagnetik bisa sebagian dimasukkan ke dalam bidang elemen.
"Hmm." Heatherway mengangguk perlahan, mengakui kesimpulan Fernando.
Peramal Bergna yang tidak terlalu ahli di bidang elemen menghela napas: "Aku tidak bisa membayangkan Lucien Evans mampu menciptakan sihir seperti ini. Tapi aku merasakan bayangan perubahan era. Mungkin sejak detik ini, tidak, sejak Lucien mengajukan teori kuantum energi, Okultisme dan Sihir telah memasuki era yang misterius dan menakutkan."
Menanggapi pernyataan Bergna, meskipun Fernando dan Heatherway tidak menunjukkan ekspresi khusus, sorot mata dan sikap diam mereka mengindikasikan proses berpikir mendalam. Perkataan seorang Peramal sejati tidak boleh diabaikan secara gegabah.
Pada saat itu, dua siluman terbang mendekat dari kejauhan. Fernando perlahan melepaskan kepalan tangannya yang sejak tadi terkunci, wajahnya berkerut keras sambil membentak: "Kali ini kau benar-benar bertindak bodoh! Ada yang memasang jebakan di tubuhmu tapi tak kau sadari! Hingga kau terpaksa masuk ke Gerbang Antar Dimensi! Jika masih ceroboh begini, kuburkan jenazahmu pun tak mungkin—bahkan mayatmu pun tak akan ditemukan!"
Lucien langsung disambut oleh "badai geraman" yang telah lama tak dialaminya. Memandang ekspresi guru yang nyaris meronta-ronta itu, ia justru merasa hangat. Segera ia mengakui kesalahannya.
"Nenek, kenapa datangnya pagi sekali? Kami kira baru malam atau subuh." Natasha yang sering mendengar cerita Lucien tentang "geraman sang guru" hanya menyimak sambil menahan tawa. Tangannya siap merekam adegan ini untuk bahan olok-olok di kemudian hari. Namun entah mengapa, tak lama kemudian ia malah mengalihkan topik pembicaraan.
"Heatherway menatap Natasha, ekspresinya sedikit melunak, berkata datar: "Kami membunuh Kangus, datang melalui Gerbang Antar Dimensi yang dia persiapkan."
"Kalian membunuh Kangus?" Lucien terkejut sekaligus gembira. Awalnya masih khawatir "Blaze Abadi" tidak bisa membunuh Kangus yang memiliki jimat kotak nyawa secara tuntas, khawatir dia kabur dan menjadi masalah tak berujung. Tak disangka Guru sudah menyelesaikan masalah ini.
Pasti Guru dan yang lain menahan tekanan sangat besar ya?
"Dia pantas mati!" Fernando tetap konsisten dengan karakternya. Lalu dia menyembunyikan ekspresi "marah sampai kumis bergerak", berkata dengan nada setengah tertawa: "Tentang sihirmu ini bagaimana? Matahari ilusi yang kami lihat waktu itu pasti juga karyamu kan? Bagaimana dengan Bulan Perak dan makhluk dari dunia mayat hidup itu?"
"Guru, kalian juga melihat?" Lucien sama sekali tak menyangka Guru yang berada sangat jauh juga bisa melihat. Berarti dugaan awalnya kurang satu mata rantai terpenting. Alam semesta ternyata lebih rumit dari yang dibayangkan.
Heatherway berdiri diam di samping, kemudian menyela: "Semua orang melihatnya. Apakah itu mantra legenda yang dikembangkan dari Alkimia Baru?"
Perempuan yang sedang mendalami "Alkimia Baru" ini memiliki ketajaman yang melebihi siapa pun.
"Benar. Saat meneliti peluruhan atom, aku menemukan beberapa fenomena dan merangkum banyak hal. Setelah membunuh Kangus untuk kedua kalinya, semuanya menjadi jelas. Aku mendapat umpan balik dari alam semesta, memperoleh dua konsep mantra legenda, dan memicu tayangan yang kalian lihat. Kemudian, dengan bantuan kekuatan Bulan Perak, aku menyelesaikan dan melepaskan 'Blaze Abadi' - inti dari mantra legenda 'fusi atom'." Lucien sengaja tidak menyebut teori relativitas khusus dan rumus massa-energi, melainkan berangkat dari fenomena eksperimen dalam Alkimia Baru.
Sebenarnya penurunan teori relativitas khusus tidak terlalu sulit. Dengan tingkat kecanggihan Majelis Sihir saat ini dan capaian sebelumnya, siapa pun yang bisa mengatasi pandangan yang sudah mendarah daging pasti bisa merumuskannya dalam beberapa tahun. Namun justru pandangan kolot inilah yang membuat Lucien ragu untuk segera menunjukkan makalah penelitiannya kepada sang Guru.
Jika teori gelombang atau partikel cahaya masing-masing menjadi dasar aliran berbeda, sebagai bagian dari dunia kognitif dan metode meditasi, maka pandangan tentang waktu dan ruang adalah salah satu "common sense" dasar setiap Ahli Sihir Oskur dalam memahami alam semesta, yang berasal dari pengalaman sehari-hari yang intuitif tanpa disadari mengandung kesalahan. Seperti perasaan orang biasa bahwa waktu mengalir diam-diam tanpa 'terpengaruh' oleh apapun.
Oleh karena itu, bagi setiap Ahli Sihir Oskur, konsep waktu absolut, independen, dan matematis adalah landasan pandangan hidup dan dunia mereka. Mereka umumnya meyakini bahwa sihir sembilan cincin "penghentian waktu" hanya membekukan area tertentu dan memperlambat gerakan, bukan benar-benar mengendalikan waktu, lebih merupakan penyempurnaan dari Slow Spell.
Konten revolusioner dalam teori relativitas khusus bukanlah rumus massa-energi, melainkan pandangan relatif tentang ruang-waktu yang diajukan. Seolah menyatakan bahwa waktu adalah fungsi kecepatan yang bergantung pada zat, yang dampak revolusionernya tidak kalah dari badai yang ditimbulkan teori kuantum energi. Bersamaan dengan itu, teori ini juga menandai akhir dari konsep "Eter".
Bagaimanapun penelitian awal fisi dan fusi tidak membutuhkan bimbingan rumus massa-energi, jadi Lucien sementara menyembunyikannya, perlahan-lahan membuat Guru menerima terlebih dahulu.
Memikirkan ini, Lucien dalam hati mengaku dosa dengan khidmat: "Setiap kali ada teori revolusioner, Guru selalu jadi yang pertama terkena dampak. Sungguh terlalu mengecewakannya. Hmm, fisi dan fusi seharusnya bisa membantunya naik ke tingkat lebih tinggi, kan?"
Fernando berkata dengan khidmat: "Fusi? Yang satunya lagi fisi?"
Peluruhan elemen yang ditemukan saat ini jelas-jelas adalah fisi, maka dia bertanya demikian, dengan ekspresi yang menyembunyikan sedikit kegembiraan.
"Fisi melepaskan energi, fusi juga?" Heatherway bertanya langsung ke esensi, wajah cantik nan polosnya dengan sepasang mata keabuan memancarkan secercah fanatisme.
Mereka benar-benar lupa bahwa ini adalah area di bawah kendali Gereja, lupa peristiwa ledakan "Ivan Besar" yang mengerikan dan bertujuan gila baru saja terjadi di sini. Dengan begitu mengambang di udara, mereka mulai mendiskusikan masalah fisi dan fusi atom.
Natasha yang pernah "diberi penjelasan ilmiah" oleh Lucien mendengarkan dengan penuh minat, sesekali menyela. Sementara Bergna si Peramal yang sama sekali tidak mahir elemen, merasa pusing tujuh keliling dan memilih berjaga-jaga di samping.
Setelah memberikan penjelasan singkat, Lucien berkata: "Guru, Yang Mulia Heatherway, ledakan fusi sebelumnya mungkin telah menarik perhatian Valen di timur laut. Lebih baik kita segera pergi dari sini. Masalah ini juga tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat."
"Valen? Hmph, berani dia mengganggu?" Storm Master melototi Lucien. Dua Arkanis Agung plus seorang Peramal legenda dua, masa takut pada pemimpin pertapaan yang bahkan gelar santo pun tidak punya?
Bahkan jika Paus sendiri yang datang, dalam situasi tidak bisa menggunakan Sihir Ilahi, Fernando yakin dengan kekuatan pihak mereka. Meski tidak bisa menang, melarikan diri dengan mengorbankan luka-luka tidak sulit. Penyihir Legendaris jauh lebih sulit dibunuh daripada profesi mana pun. Kecuali dikepung dan ruang diblokir. Dengan kehadiran Peramal, mustahil ada serangan mendadak untuk mengepung mereka.
Namun meski begitu, Fernando berhasil menahan diri dari keinginan eksplorasi okultisme-nya. Dia melanjutkan, "Pulang dulu ke Alin. Buat laporan tentang pertemuanmu dengan bulan perak dan makhluk dunia mayat hidup. Jika mau, ceritakan juga tentang Maskelyne. Kau sendiri takkan mampu menghadapi dunia mayat hidup sendirian."
Ada beberapa data sisa-sisa dari Kanggs yang membuat Fernando memahami alasan mereka terus membuntuti Lucien.
Natasha pun mendadak pamit, bersiap kembali ke Ksatria yang dikirim Kadipaten Viorate.
“Nanti kita ngobrol lagi setelah kembali.” Natasha tanpa kesedihan perpisahan, tersenyum pada Lucien sambil membuat gestur transmisi elektromagnetik. Secara pribadi, ia juga bertukar beberapa kata dengan Heatherway sebelum terbang pergi dengan santai.
Memandang bayangan Natasha yang menjauh, Fernando menunjukkan senyum mesum: "Lucien, perjalanan cintamu penuh kesulitan ya."
Terbaca begitu jelas? Lucien tersipu malu: "Apa yang Guru maksud?"
"Haha, jangan malu-malu! Gurumu ini punya pengalaman cinta yang sangat kaya. Apa yang belum pernah kualami? Meski sekarang lajang, itu karena aku sudah mencapai fase 'kembali ke kesederhanaan' sepertimu bilang. Bisa konsultasi masalah asmara padaku kapan saja." Fernando tanpa sungkan mengolok muridnya.
※※※
Ibu kota Kerajaan Holm, Lentat, Istana Neckther.
Di dalam kandil perak, seekor lilin putih menyala, cahaya redupnya menciptakan nuansa pilu dan sepi di tengah hujan deras dan kilat yang menyambar-nyambar di luar.
Salder yang mengenakan topi lunak putih dengan janggut dan rambut seputih salju memandang Raja Fertis yang terbaring di ranjang: "Yang Mulia, nyawa Paduka sebenarnya telah sampai di ujungnya beberapa bulan lalu, hanya bertahan berkat sihir ilahi. Namun kini, bahkan sihir pun tak mampu lagi memperpanjangnya. Tapi semua persiapan telah rampung, Paduka boleh tenang kembali ke pelukan Tuhan. Percayalah, maut bukanlah akhir. Paduka akan memperoleh kebahagiaan abadi dan penebusan di Gunung Surga."
Mata keruh Fertis tiba-tiba jernih kembali, memancarkan secercah penyesalan diri yang segera tergantikan oleh tekad penuh tanggung jawab. Suaranya terputus-putus: "Santo Salder... Rex... Serahkan... urusan selanjutnya... pada kalian. Kerajaan Holm... selalu... dan akan tetap menjadi... negeri yang dikaruniai Tuhan."
"Ketua Dewan Perwakilan Kaum Bangsawan, Adipati Flenburg Rex" menghadap raja yang telah lama ia layani dengan wajah penuh kesedihan. Ia berlutut satu kaki sambil menggenggam tangan kanan Fertis: "Yang Mulia, hamba tidak akan mengecewakan amanat Baginda."
"Menambah kejayaan Tuhan adalah tugas hamba, Yang Mulia. Tenanglah, Yang Mulia Pangeran tidak akan jatuh ke Neraka." Salder membuat lambang salib di dada.
Kresek! Kilat raksasa menyambar, menerangi seluruh ruangan. Fertis menutup mata dengan senyuman, tangan kanannya terkulai lemas.
※※※
Di kediaman Menteri Keuangan Kerajaan, Pangeran Haisong dibangunkan dari tidurnya.
"Apa? Raja telah dipanggil Tuhan? Cepat, persiapkan kereta kuda!" Pangeran Haisong bangkit mendadak dari tempat tidur. Masih mengenakan piyama, ia langsung bergegas keluar. Permaisuri Pangeran segera menyelimutkan gaun panjang hitam di tubuhnya dan menyerahkan tongkat.
Pangeran Haisong yang kehilangan sikap elegannya yang biasa hampir berlari kecil menaiki kereta kuda di depan villa, lalu berkata dengan suara melengking: "Cepat, segera ke Istana Neckther!"
Tanpa mengaktifkan darah keturunannya, kecepatan larinya jauh kalah dengan kereta kuda yang ditarik kuda bersisik naga. Dibopong orang justru akan mengekspos kegelisahan hatinya. Maka meski hati gundah gulana, ia hanya bisa duduk di kereta sambil merapikan pakaiannya, berusaha tampil tenang untuk memberikan keyakinan pada bangsawan lain.
Boom! Kilat menyambar disusul gemuruh guntur dahsyat, seolah mencerminkan kegelisahan batin Pangeran Haisong. Kereta kuda yang dipacu kusir habis-habisan melesat cepat, menyemburkan lumpur tinggi ke segala penjuru.
Empat roda berputar gila-gilaan, nyaris melemparkan seluruh gerbong saat membelok di jalanan gelap gulita.
Jendela kereta terbuka akibat guncangan, angin kencang menerobos masuk membawa hujan lebat sebesar kacang polong. Di luar, malam gelap bagaikan tinta seolah menyimpan kegelisahan tak berujung.
Kereta kuda berhenti di luar Istana Neckther. Pangeran Haisong langsung berlari masuk ke dalam istana di tengah hujan deras. Tiba-tiba, dia melihat Adipati James dan Adipati Russell yang berdiri di depan pintu gerbang.
"Bagaimana kabarnya? Di mana Yang Mulia Pangeran?" tanya Pangeran Haisong terengah-engah. Wajahnya yang sudah berkerut menunjukkan usianya yang tak lagi muda.
Ekspresi James gelap bagai mendung, suaranya parau menjawab: "Yang Mulia Pangeran terlalu berduka... dan telah dipanggil Tuhan."
"Apa?!"
Boom! Boom! Boom!
Teriakan kaget Pangeran Haisong tenggelam dalam gemuruh guntur yang mengguncang bumi. Dia tetap berdiri tak bergerak di tengah hujan, membiarkan badai mengguyur tubuhnya. Pandangannya kabur, sesekali silau kilat menyambar lalu kembali gelap gulita.
(Bagian Kelima Selesai)
Bagian Keenam Takhta yang Membara
