Kota Nyanyian Suci Alto, Istana Latasha.
Setelah mendengar kabar yang disampaikan oleh Uskup Philip, Kardinal baru Keuskupan Vaorit, Natasha tak bisa menyembunyikan kesedihannya: "Tak kusangka kakek dan paman ternyata telah dipanggil Tuhan secara berturut-turut."
Meski sudah mengetahui Raja Fertis yang tua renta dan Pangeran Patrick yang sakit-sakitan, serta telah mempersiapkan mental untuk mendengar kabar duka dalam beberapa tahun terakhir, namun menghadapi kenyataan ini, Natasha tetap tak bisa mengendalikan duka yang membanjiri hatinya. Seiring bertambahnya usia, keluarga sedarah yang mencintainya tanpa pamrih satu per satu meninggal, membuatnya merasakan pengalaman paling menyakitkan dalam hidup.
“Patrick masih belum bisa mewarisi takhta…” Adipati Viorate yang lebih memahami Keluarga Kerajaan Hofenberg daripada Natasha menghela napas pelan, namun tidak berkomentar lebih jauh. Beliau memandang Natasha yang mengenakan gaun istana putih dengan penuh kasih, “Apakah kau bersedia pergi ke Lentat untuk mewarisi takhta Kerajaan Holm?”
Natasha teringat pada Heatherway dan Lucien. Matanya menatap ayahnya yang tampak semakin tua di hadapannya, melihat helai rambut ungu yang mulai bercampur uban keperakan. Dengan tegas ia menggelengkan kepala: “Kerajaan Holm masih memiliki banyak pewaris, sedangkan Ayah hanya memiliki aku.”
“Sejak kecil aku diajari untuk memikul tanggung jawab Keluarga Violet dan Kadipaten Viorate. Bagaimana mungkin aku meninggalkan tempat ini?”
Adipati Viorate yang terharu menepuk bahu Natasha. Memandangi putrinya yang kini sudah sedikit lebih tinggi darinya, beliau tersenyum lembut: “Bagaimana jika Ayah berkata, Ayah ingin kau pergi?”
Ah? Natasha membeku.
Uskup Philip yang berjanggut lebat menambahkan dengan ramah: "Pergi bukan berarti tidak bisa kembali. Meskipun Gereja melarang penggabungan Kerajaan Holm dengan Kadipaten Viorate, Anda bisa merangkap jabatan. Nantikan keturunan berbeda untuk mewarisi masing-masing wilayah. Jadi, Anda bisa setahun di Kerajaan Holm, setahun di Kadipaten Viorate. Teleportasi terbuka untuk Anda - ini penghargaan Gereja atas kesetiaan Anda dan keluarga selama bertahun-tahun."
Dengan begini, selain memudahkan pengendalian Natasha, juga membiasakan para bangsawan dengan "otonomi" sambil memicu kontradiksi antara kekuasaan kerajaan dan bangsawan biasa.
“Dan kondisi fisikku masih sangat prima, setidaknya bisa menjadi Adipati selama dua dekade lagi.” Adipati Woriot berkata setengah bercanda, “Ibumu meninggalkan orang tua dan kakak laki-lakinya, menikah jauh ke Woriot dengan sikap keras kepala. Tahun demi tahun menyaksikan ayahnya menua dan kakaknya sakit-sakitan, pasti ada rasa menyalahkan diri sendiri di hatinya. Bahkan saat nenekmu meninggal, dia tidak sempat melihat wajahnya untuk terakhir kali, merasa sangat menyesal dan berutang budi besar pada Keluarga Hofenberg. Karena itu, kuharap kau bisa pergi ke Kerajaan Holm saat mereka paling membutuhkan stabilitas internal, untuk menebus penyesalan ibumu.”
Natasha terdiam, kedua tangannya tanpa sadar mengepal menjadi tinju. Akhirnya dia mengangguk perlahan: “Baik.”
Uskup Philip berkata setengah bercanda setengah serius: "Yang Mulia Putri Mahkota, Gereja tahu preferensi Anda berbeda dengan gadis biasa. Karena itu kami membantu menolak permintaan pernikahan wajib. Tapi keturunan harus tetap ada. Saya yakin ini harapan besar Adipati dan bangsawan kedua kerajaan. Nanti, Anda bisa mempertimbangkan untuk langsung memanggil malaikat ke dalam tubuh Anda, mengandung janin suci. Ini kehormatan yang hanya dimiliki umat beriman sejati."
Salder mengaitkan kejadian di Alto dengan Lucien, menyatakan bahwa Lucien memanfaatkan keinginan Putri Natasha untuk menghibur Adipati. Jadi Gereja paham orientasi seksual Natasha tak berubah, dan Adipati pun perlahan mengetahui beberapa kebenaran.
Bulu mata lebat Natasha menutupi perubahan perasaannya. Dengan suara rendah ia berbisik: "Aku akan berusaha."
Tapi di hatinya ia berpikir: "Apakah konsepsi aseksual yang dikatakan Lucien benar? Hmm, langsung meminjam 'itu' darinya?"
Setelah menetapkan isi hatinya, Lucien telah menyiapkan berbagai rencana. Untuk mencegah Natasha menikah asal dengan seorang bangsawan demi melahirkan keturunan sebelum berhasil didekatinya, ia rutin memberikan "pengetahuan ilmiah" tentang inseminasi buatan dan bayi tabung kepadanya.
Mendengar jawaban Natasha, Uskup Philip berkata dengan ramah: "Saya tidak ingin mengganggu perpisahan Yang Mulia dengan Adipati. Untuk memastikan keamanan dan kenyamananmu, lebih baik pilih regu Ksatria kecil untuk mengawal. Jika keluarga mereka tidak terlalu banyak, bisa ikut melalui teleportasi."
Ksatria resmi memiliki komposisi berbeda sesuai fungsi, terdiri dari 100 hingga 500 ksatria berbagai tingkatan, pelayan ksatria sepuluh kali lipat jumlah tersebut, dan pasukan yang lebih banyak. Ksatria menengah biasanya merupakan ksatria keluarga bangsawan besar dengan sekitar 30 ksatria, rasio pelayan ksatria dan pasukan yang sangat tinggi. Sementara ksatria kecil adalah pengawal pewaris takhta atau kadipaten, terdiri dari satu Ksatria Langit, tiga Ksatria Besar, enam ksatria, 100 pengawal, dan 500 pasukan. Namun maksud Uskup Philip tentang ksatria kecil jelas hanya mencakup ksatria resmi beserta keluarga mereka.
Setelah berkata demikian, dia berpamitan. Sang Adipati tersenyum pada Natasha: "Tadi kukatakan masih bisa memimpin dua dekade lagi, tapi jangan buatku menunggu terlalu lama. Aku ingin segera melihat cucu dan masa depan Keluarga Violet."
“Aku akan berusaha.” Natasha berpikir kacau dalam hati, Lucien, jangan sampai "teknisi"mu bermasalah.
Sang Adipati tersenyum samar mengawasi Natasha: "Aku berharap kau pergi ke Kerajaan Holm bukan hanya untuk mengisi penyesalan ibumu, tapi juga karena dia ada di sana. Kalian tak perlu terpisah lagi, jadi urusan cucuku harus segera diselesaikan."
"Ayah, apa yang kau bicarakan? Siapa dia?" Natasha pura-pura bingung dengan wajah memerah. Mengapa ayah masih salah paham?
Sang Adipati tertawa terkekeh: "Siapa lagi kalau bukan Lucien Evans? Meski dulu kalian berpura-pura jadi pasangan, intuisiku mengatakan sekarang itu nyata. Ayah sangat senang."
Ayah, kau terlalu berimajinasi... Natasha menggerutu dalam hati. Tapi karena perpisahan sudah di depan mata, dia tak tega menghancurkan perasaan baik sang Adipati. Tanpa penjelasan, dia bertekad menggunakan darah Lucien untuk menciptakan keturunan.
"Jangan pikir aku tidak tahu, siapa yang jadi objek komunikasi harianmu selama ini lebih dari satu jam? Siapa yang sesekali mengelus-anting komunikasi sambil tertawa bodoh?" Adipati Woriot tiba-tiba merasa putrinya tidak sepeka yang selama ini diklaimnya.
Natasha terkekeh kaku: "Kami teman baik kok, aku juga tidak pernah berniat menyembunyikanmu, kalau tidak kau pasti tidak akan tahu."
"Sudahlah, pergilah pilih Ksatria kecilmu. Camille akan ikut ke Holm bersamamu." Adipati Woriot memutuskan untuk memberi instruksi khusus pada Camille agar mencari kesempatan "mengingatkan" Natasha.
Natasha mengangguk: "Baik, setelah tiba di Holm, aku akan sering berkomunikasi denganmu, Ayah."
Dalam hatinya mulai merancang: "Akan kuajak keluarga John, memberi kejutan untuk Lucien..."
※※※
Di dalam Gereja Cahaya, teleportasi diaktifkan, cahaya suci berkilauan.
Teleportasi ini digunakan untuk memberikan bantuan ketika Majelis Sihir melakukan serangan penuh, termasuk kategori terbesar yang bisa mengangkut 50 ksatria sekaligus. Bahkan dengan kemampuan finansial Gereja Selatan, hanya bisa dipersiapkan di lima lokasi: Kota Suci Rennes, Antifleur, Alto, Lentat, dan ibukota provinsi utara Kekaisaran Suci Heilz yaitu Heim.
Dalam cahaya putih susu, Natasha, Camille, sembilan ksatria beserta istri, anak, orangtua mereka total lebih dari 40 orang muncul di teleportasi. Joel dan orang biasa lainnya terlihat pusing dan mual.
Dari sembilan ksatria ini, hanya Ksatria Besar level tiga John yang membawa seluruh keluarga termasuk orangtua dan adik. Ksatria lain menganggap akan kembali ke Alto dalam setahun, jadi tak perlu repot dan hanya membawa istri serta anak.
"John, kenapa ke mana-mana selalu bawa orang tua? Belum dewasa ya?" Ksatria Besar lainnya, Fingal, mulai bercanda. Sebagai teman John, dia tahu sifat asli John yang ramah namun tegas, bukan tipe orang yang suka tersinggung. Sekadar ledekan kecil takkan membuatnya marah.
Setelah pulih dari pusing, John sibuk merawat Joel, Elisa, dan Evan. Dengan senyum dia menjawab, "Ini kesempatan langgeng ke negeri asing. Pantas saja orang tua dan adik diajak melihat pemandangan berbeda. Lagipula bukankah Yang Mulia Putri Mahkota yang memerintahkan agar membawa seluruh keluarga?"
"Tidak ada perintah seperti itu. Salah dengar kali?" Fingal menatap Natasha yang sedang merapikan pakaian di depannya dengan kebingungan.
Di tengah cahaya putih susu, para dayang dari Istana Neckther berdatangan. Mereka merapikan rambut dan alis Natasha, lalu memakaikan mantel bertuliskan lambang Keluarga Hofenberg di atas baju zirah putih susunya. Lambang itu berupa pola awan ungu kemerahan yang mengelilingi mahkota suci di tengah, diapit tongkat kerajaan emas dan pedang biru di kedua sisinya.
"Yang Mulia Putri Mahkota, mohon pimpin Ksatria menuju Istana Neckther. Kemudian berkudalah menyusuri rute yang ditandai kembali ke Gereja Cahaya untuk penobatan sebagai raja." Ketua Dewan Perwakilan Kaum Bangsawan Rex memberi hormat dengan khidmat.
Dengan wibawa, Natasha berfirman: "Adipati Flenburg, mohon memimpin jalan."
John dan ksatria lainnya segera menata keluarga mereka, lalu berbaris rapi mengawal di belakang Natasha. Bersama sang putri, mereka meninggalkan Gereja Cahaya menuju Istana Neckther di area bangsawan.
Saat ini adalah tengah malam setelah hujan deras berhenti, lembap dan gelap.
"Mulai!" Rex di depan mengayunkan lengannya.
Seorang ksatria mengangkat terompet dan meniupnya keras-keras.
Wu!
Dalam bunyi terompet, John dan tiga ksatria lainnya memacu kuda terlebih dahulu. Di belakangnya, Natasha yang gagah duduk tegak di atas kuda.
Wu!
Lampu kristal sihir di villa-villa menyala berturut-turut, lampu jalan berpendar seperti galaksi bintang menyambut raja baru.
"Ini..." John dan yang lain tertegun oleh tayangan galaksi terbalik yang belum pernah mereka lihat.
Wu!
Di rumah-rumah biasa sepanjang jalan, cahaya kandil bermunculan. Mata-mata penuh hormat mengintip dari jendela dan celah pintu menyembah tuan tanah baru mereka.
Natasha tiba-tiba merasa cemas: Bisakah imannya lolos pemeriksaan saat menerima mahkota di bawah cahaya suci selama ritual penobatan?
Begitu terpikir, hatinya tiba-tiba merasakan sesuatu. Kepalanya sedikit miring, melihat sosok pria berambut hitam berdiri di balik jendela. Wajah tampan dan monokel khas itu begitu familiar dan menenangkan.
Begitu melihat Lucien, sudut bibirnya tak kuasa melengkung. Hatinya langsung tenang. Jika bahkan mampu menahan kejaran legenda, apa lagi yang perlu ditakuti?
Apakah hatiku tak punya belas kasih, kesetiaan, maupun keberanian?
Maka Natasha terus berjalan tegak. Kecantikan luar biasa dan sikap perkasa penuh semangatnya meninggalkan kesan mendalam pada bangsawan dan warga Kerajaan Holm.
Melewati jalan-jalan sempit, rombongan upacara tiba di Gereja Cahaya tepat saat fajar menyingsing. Sinar pertama pagi hari menyinari tubuhnya.
Turun dari kuda, menapaki tangga, Natasha dengan tenang berjalan melewati bangsawan-bangsawan biasa yang sedang memberi hormat di kedua sisi, memasuki aula, lalu menghadap Kardinal Salder. Di depan lambang salib, ia berlutut dengan satu lutut.
Setelah tanya-jawab, ia berdiri menghadap semua bangsawan. Tangan kirinya menekan 《Kitab Suci》, tangan kanan teracung dengan tiga jari mengarah ke langit:
"Aku, Natasha Viorite, dengan khidmat dan beriman menyatakan di hadapan Tuhan:"
"Sebagai umat beriman Gereja Kebenaran, aku akan setia menjalankan 《Kitab Suci》 dan 《Kodeks Hukum》 Kerajaan Holm. Dengan nyawaku akan kuperjuangkan keduanya, siap setiap saat berperang demi kemuliaan-Mu dan kepentingan Kerajaan Holm, berakhir dengan kematianku!"
Salder membawa Kitab Suci mendekati Natasha. Cahaya suci lembut memancar dari tubuhnya, memeriksa ketulusan imannya.
Dalam ketenangan hati, Natasha menguji segala perbuatannya di bawah cahaya suci, memastikan tidak melanggar sumpah kesatria yang pernah diikrarkannya. Ketika jawabannya adalah tidak, cahaya suci tiba-tiba berpendar terang bagaikan turunnya malaikat ke dunia.
Salder tersenyum ramah: "Engkau adalah umat beriman yang teguh dan ksatria pemberani yang pantang menyerah. Engkau layak menjadi raja Kerajaan Holm."
Sambil berkata demikian, ia mengambil mahkota emas yang terletak di atas beludru merah menyala di sampingnya, lalu mengenakannya di kepala Natasha yang sedikit menunduk:
“Aku umumkan, atas anugerah Tuhan, Natasha Viorite dinobatkan sebagai Ratu Kerajaan Holm beserta wilayah dan koloninya, Pelindung Iman, Putri Bangsawan Violet, Penguasa Kepulauan Billbis, Penguasa Sollah dan Bangsa Balmoral, Adipati Perempuan Emden, Penguasa Ksatria Pedang Kebenaran yang Paling Mulia, Penguasa Ksatria Pemutus yang Paling Gemilang, Penguasa Ksatria Salib Suci yang Paling Tua dan Terhormat.”
Natasha mengangkat mahkota bertabur batu permata, secara simbolis menerima "Pedang Kebenaran" yang suci berkilauan, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dengan bantuan sihir ilahi hingga memancarkan kilauan tajam.
Adipati Rex, Adipati Sorenfen, Adipati James, Adipati Russell, dan para bangsawan lainnya serentak berlutut satu kaki:
“Sang Raja Yang Mulia!”
