Mengaktifkan formasi komunikasi elektromagnetik, suara perempuan dewasa nan merdu terdengar dari monokel: “Lucien?”
Lucien terdiam sejenak, tak langsung mengenali suara tersebut, hingga sang penelepon kembali bersuara, barulah ia teringat—Nyonya Florensia, istri Yang Mulia Oliver sang Arkanis Agung yang juga anggota Komite Urusan.
“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya Florensia?” tanya Lucien dengan nada bingung.
Florensia tertawa manja: "Kau pikir aku tidak sibuk? Siapa yang mau mengganggumu tanpa urusan penting? Apa pendapatmu tentang makalah penelitian Oliver ini? Sudahkah kau baca edisi terbaru 《Okultisme》?"
Lucien semakin bingung, hal semacam ini seharusnya dibahas secara pribadi dengan suaminya, mengapa harus menanyai orang luar seperti dirinya? Namun ia teringat kabar perselisihan pasangan suami-istri tersebut, lalu tersenyum: "Sudah. Bahkan sudah didiskusikan dengan Yang Mulia Lavady dan Tuan Gaston. Jika Nyonya tidak keberatan, bolehkah saya langsung memulai?"
"Baik." Jawab Florensia singkat.
Setelah bertukar pandangan tentang makalah tersebut, Florensia terdiam sejenak, suaranya merendah: "Lucien, apakah Oliver memintamu berkoordinasi dalam mencipta opera? Lebih baik Anda jangan menyetujuinya."
“Bagaimana kamu tahu?” Rencana Oliver secara pribadi mempersiapkan diri untuk memuji istrinya ternyata diketahui Florensia? Ini membuat Lucien cukup terkejut, bukankah ini seharusnya dirahasiakan?
Suara tertekan Florensia menyiratkan keceriaan dan kebanggaan: "Dia selalu mengeluh tidak ada musisi sejati di Holm yang bisa mengadaptasi naskahnya menjadi opera yang menonjol. Jadi jika dia ingin menulis opera baru untuk merayuku, mana mungkin melewatkan maestro seperti kamu yang posisinya sangat tinggi dalam sejarah musik?"
"Lalu bagaimana kamu tahu dia akan menggunakan opera untuk merayumu?" Baru sekarang Lucien paham Florensia menyimpulkan berdasarkan pemahaman terhadap suami dan keharmonisan tak terucap antara suami-istri. Dengan rasa penasaran khas orang yang baru memulai kehidupan romantis, dia bertanya.
Florensia tertawa manis dengan nada emosional yang kompleks: "Dia selalu seperti ini. Bukan perhiasan buatan tangannya sendiri atau puisi penuh perasaan, pasti opera baru. Dua taktik rayuan pertama sudah dipakai dalam dua kesempatan terakhir. Mengingat sifat aslinya yang tidak suka mengulangi cara dalam waktu singkat, mudah ditebak pasti opera baru."
"Lalu mengapa Nyonya melarangku menerima? Tidak ingin memaafkannya?" Lucien bertanya sebelum menepuk pipinya sendiri, menyadari pertanyaan pribadi seperti itu seharusnya tidak dilontarkan langsung. Rupanya dirinya pun punya sisi gemar gossip.
Florensia berdecak kering, nada bercanda yang menyiratkan kepahitan: "Setelah kau menulis 'Untuk Silvia', Silvia mati. Jika kau menulis opera yang bertujuan memperbaiki hubungan suami-istri justru berakhir memisahkan mereka, musik cintamu akan menjadi kutukan di hati orang. Laranganku ini untuk kebaikanmu sendiri."
Lucien dengan tajam menangkap maksud di balik ucapan Florensia: "Nyonya, apakah Anda ingin mencabut ikatan pernikahan dengan Yang Mulia Oliver?"
"Ya." Florensia menjawab dengan diam, lalu seolah ingin mencurahkan isi hati, "Aku terus menerus memaklumi, tapi dia tak pernah benar-benar bertobat. Aku lelah, putus asa, tak ingin lagi terlibat dengannya. Aku punya penelitian okultisme dan sihir sendiri, memiliki guru, teman sejawat, sahabat. Hidupku tak kehilangan nilai hanya karena berpisah darinya. Terkadang, cinta tak bisa menutupi segalanya. Mungkin setelah berpisah, aku bisa menemukan kebahagiaan baru."
Dia menjelaskan dengan tenang, tanpa histeria maupun tangisan. Hal ini membuat Lucien merasakan keteguhan dalam keputusannya—sebuah pilihan yang telah melalui pertimbangan matang, bukan sekadar dorongan sesaat. Alih-alih mendamaikan, Lucien tersenyum: "Kalau begitu, kudoakan semoga Nyonya dapat membuka babak baru dalam hidup."
Namun, dari kedekatan dan pemahaman Florensia terhadap Oliver yang tak disadari tadi, apakah ikatan mereka bisa diputuskan begitu saja? Lucien merasa curiga.
Suara Florensia terdengar suram, "Kau memang pria teladan, Lucien. Sering kupikir, andai dulu tak bertemu Oliver, tapi menemuimu sekarang yang lebih berbakat, setia, dan ramah darinya, pernikahanku pasti bahagia hingga membuat iri. Aku sangat iri pada Natasha kecil."
Sebagai murid Morris - anggota keluarga kerajaan Holm dan generasi muda yang dihargai Heatherway, ia kurang lebih memahami percakapan Lucien dengan Heatherway kala itu, juga tahu bagaimana Lucien menolak berbagai godaan selama bertahun-tahun.
"Terima kasih pujiannya." Meski mendapat 'kartu pria teladan', Lucien yang sudah memiliki pasangan sama sekali tak tersinggung, ia membalas dengan senyuman.
Florensia tiba-tiba tertawa genit: "Sebenarnya, dulu pernah terlintas niat balas dendam pada Oliver. Aku berniat mencari pria berkualitas untuk menjalin hubungan ganda antara jiwa dan fisik, persis seperti yang dilakukannya. Hehe, salah satu targetku waktu itu adalah kamu. Tapi kamu benar-benar mengabaikan daya tarikku, dan aku sendiri juga tak bisa melewati hambatan psikologis itu."
"Sekarang kamu sudah memiliki Natasha kecil, aku semakin tak akan melakukannya. Aku sendiri telah mengalami kesakitan ini, tak ingin membuat gadis lain menderita luka yang tak akan pernah terlupakan. Lucien, perlakukan Natasha kecil dengan baik. Jika kamu memiliki wanita lain, aku akan menggoda dia sampai benar-benar meninggalkanmu. Hehe, dia kehilangan ibu sejak belum dewasa, pasti sangat menyukai wanita matang sepenuhnya sepertiku."
Lucien menggaruk-garuk dagunya dengan canggung, berusaha mengalihkan topik: "Nyonya, tadi Anda bilang saya salah satu target. Apakah ada target lainnya?"
Setelah mengeluarkan uneg-unegnya, Florensia merasa lebih lega. Ia menahan tawa dan berkata, "Aku sangat selektif. Hanya sedikit yang memenuhi kriteriaku. Itupun harus memiliki latar belakang kuat agar tidak dibunuh oleh Oliver. Jadi selain kamu, aku pernah berpikir untuk menggoda Guru-ku. Tapi setelah kuanalisis, tingkat kesuksesannya mungkin rendah. Lucien, menurutmu jika gaun panjangku dihiasi material berharga seperti Batu Hailan, Batu Matahari, kristal es, kulit naga, apakah Guru akan langsung terpesona dan jatuh dalam rayuanku?"
Tanpa basa-basi Lucien menjawab, "Menurutku, Yang Mulia Morris akan diam-diam melepas gaun panjangmu, mendorongmu ke ranjang, lalu langsung pergi membawa gaun panjang itu."
"Hahaha! Aku juga berpikir begitu!" Florensia tertegun sejenak sebelum meledak dalam tawa terbahak-bahak.
Lucien mengerutkan dahi, tiba-tiba merasa tidak pantas membicarakan orang tua di belakang mereka. Ia buru-buru bertanya, "Sudah lama tidak melihat Yang Mulia Morris. Ada penelitian apa yang sedang ia tekuni?"
"Setelah Anda mengemukakan Alkimia Baru, Guru nyaris meneteskan air liur. Itu adalah bidang yang mampu menguasai transformasi zat. Jika benar-benar dipelajari tuntas, berapa pun harta bisa didapat. Jadi dia sepenuhnya fokus pada ini," canda Florensia. Sebenarnya, bagi Morris, Donald, Lavendy—para Mage Agung lingkaran sembilan aliran elemen—Alkimia Baru adalah "Fajar" yang membuka jalan menuju legenda. Bagaimana mungkin mereka tidak serius mempelajarinya?
Lucien juga menjawab dengan humor: "Kalau saja Yang Mulia Morris dan Alfres bukan manusia dan naga, kucurigai Alfres adalah anak haramnya. Sungguh hasrat mengumpulkan harta bak naga yang dimilikinya."
Setelah bercakap ringan, Florensia berharap: "Lucien, berusahalah agar segera punya anak dengan Natasha. Andai dulu aku dan Oliver tidak lebih suka dunia berdua, mungkin akhirnya tak akan seperti ini."
“Situasi saat ini terlalu berbahaya, tidak cocok untuk memiliki anak. Ditambah, dia baru dinobatkan kurang dari sebulan, masih ada beberapa tahun sebelum tekanan dan desakan datang.” Pemikiran Lucien ini juga pernah diungkapkan pada Natasha. Di tahun-tahun mendatang pasti akan banyak perubahan, hamil bisa melemahkan kemampuan bertarungnya dan membahayakan dirinya. Karena itu, masalah ini baru akan dipertimbangkan setelah situasi Holm stabil.
Natasha sangat setuju dengan hal ini. Ia berharap bisa menikah dengan Lucien secara terbuka, agar anak mereka lahir dalam keluarga yang utuh.
Mengenai masalah semakin tinggi level semakin sulit hamil, mantra "Pemaksaan Kehamilan" dalam Buku Merah Muda bukanlah dibuat untuk main-main. Itu diciptakan oleh seorang Penyihir Legendaris untuk melanjutkan garis keturunan. Saat pertama kali melihat mantra ini, Lucien tiba-tiba berhalusinasi mendengar slogan "Obati kemandulan di Rumah Sakit Sihir Alin".
Setelah mengakhiri komunikasi dengan Florensia, Lucien merasa sedikit ragu. Dari segi hubungan, Florensia adalah murid Yang Mulia Morris, sementara Yang Mulia Morris sendiri adalah senior Natasha. Mereka termasuk satu kubu, seharusnya memenuhi permintaannya untuk menolak kerja sama dengan Yang Mulia Oliver. Tapi dirinya sudah berjanji pada Oliver, ingkar janji adalah tindakan tidak baik.
Setelah berpikir sejenak, Lucien mengambil keputusan: "Tunda pembuatan opera sampai pernikahan mereka resmi bubar. Nanti, jika Yang Mulia Oliver masih ingin opera dan rekonsiliasi, itu tidak akan bertentangan dengan permintaan Nona Florence."
"...Lagipula, permintaan Nona Florence agar aku tidak mencipta opera, apakah itu menunjukkan hatinya masih goyah, khawatir akan tergoyah oleh serangan opera... Kuharap perceraian pasangan suami istri ini tidak berakhir tragis..."
Tiba-tiba, monokel kembali terasa panas membara, Lucien dengan pasrah mengusap keningnya, lalu mengaktifkan formasi pelaporan.
"Lucien." Suara Morris terdengar dari dalam kacamata.
Lucien mengeluarkan suara "Ah", agak canggung menjawab: "Selamat pagi, Yang Mulia Morris."
"Kenapa kau aneh sekali?" Morris bertanya dengan kebingungan.
Lucien menarik sudut bibirnya, [Aku takkan bilang baru saja mengarang cerita tentangmu bersama muridmu, tiba-tiba merasa bersalah]: "Yang Mulia Morris, ada keperluan?"
"Sudahkah kau baca edisi terbaru 《Okultisme》?" Pertanyaan Morris sama persis.
Demikianlah, sepanjang pagi Lucien habiskan untuk berdiskusi dengan para Mage Agung dan penyihir tingkat tinggi yang dikenalnya, namun Douglas dan para Penyihir Legendaris lainnya tak menghubunginya, karena dengan kebijaksanaan mereka, tak sulit melihat masalah dalam makalah penelitian Oliver tersebut.
Baru pada siang hari Lucien memiliki waktu luang, berencana melanjutkan membaca Jurnal Okultisme setelah makan siang - jika tidak mempelajari dan mengikuti makalah terbaru, meski memiliki perpustakaan jiwa, bisa saja melakukan kesalahan besar.
Saat itu, Rock yang mengenakan gaun pendek hitam masuk dari luar, mengetuk pintu kantor Lucien: "Lucien, ada waktu untuk berbincang?"
"Sudah menyelesaikan tugas wajib?" tanya Lucien dengan gembira memberi isyarat agar dia masuk.
Rock melepas tensi: "Tentu, sebagai anggota Lembaga Penelitian Atom, tugas wajib yang diberikan padaku sangat sederhana. Lazare juga seharusnya segera selesai. Lucien, yang ingin kubicarakan adalah dengan bertambahnya proyek penelitian okultisme, staf dan ruang di Lembaga Penelitian Atom kita mulai tidak mencukupi."
“Aku akan mengajukan permohonan ke Komite Penelitian Sihir untuk menggabungkan laboratorium kosong di lapisan kedelapan belas.” Ucap Lucien santai. Sebagai otoritas tak terbantahkan di bidang penelitian atom, hal ini mudah dilakukan tanpa perlu melibatkan guru Fernando. “Soal personel, bukankah kita punya banyak Ahli Sihir Oskur?”
Termasuk dirinya, total ada sepuluh Ahli Sihir Oskur.
Rock mengangkat tangan dengan pasrah: “Justru karena terlalu banyak Ahli Sihir Oskur, tak ada asisten atau tenaga kasar. Murid-muridmu yang sudah berkembang punya proyek penelitian sendiri. Jadi, kita perlu merekrut magang sihir.”
“Lalu pasang tugas di Area Tugas, atau hubungi sekolah sihir untuk rekomendasi magang elite.” Lucien menjawab sambil curiga. “Kenapa kau memperhatikan hal ini?”
Rock bukan tipe yang peduli urusan seperti ini.
"Aku akan mengajukan permohonan ke Komite Penelitian Sihir untuk menggabungkan laboratorium kosong di lantai 18." Jawaban Lucien santai. Di bidang penelitian atom, dia sudah menjadi otoritas tak terbantahkan. "Soal tenaga kerja, bukankah kita punya banyak ahli okultis?"
Termasuk dirinya, total ada sepuluh ahli okultis.
Rock mengangkat bahu: "Justru karena terlalu banyak ahli okultis, tidak ada asisten atau pekerja kasar. Murid-muridmu yang sudah berkembang punya proyek penelitian masing-masing. Jadi kita perlu merekrut sekelompok magang sihir."
"Kalau begitu buatlah tugas di Area Tugas atau hubungi sekolah sihir untuk merekomendasikan magang terbaik." Lucien mengerutkan kening, "Kenapa kau memperhatikan hal ini?"
Rock jelas bukan tipe yang peduli urusan seperti ini.
Memandang Rock pergi, Lucien menggelengkan kepala sambil tersenyum, tidak yakin dengan idenya. Kemudian ia mengalihkan perhatian kembali ke 《Okultisme》, membacanya sampai akhir bagian yang memuat makalah diskusi dari Annik dan Splinter - Diskusi tentang Perbedaan Antara Efek Aktual dan Efek Ideal pada Siklotron. Mereka secara samar beranggapan energi berubah menjadi daya listrik, tetapi tidak dapat merumuskan persamaan atau menurunkan data konkret untuk penyesuaian.
"Semoga semakin banyak orang mulai memikirkan masalah ini," gumam Lucien sambil menutup jurnal itu, lalu fokus menganalisis sihir cincin delapan.
※※※
3 Juli pagi, gelombang panas menyengat.
Lovi tak ingat sudah berapa kali ia mendatangi Menara Sihir Alin belakangan ini. Yang ia tahu, jika tak segera menemukan tugas yang mampu dikerjakan untuk memperoleh imbalan mencukupi membayar sewa, kelangsungan hidupnya di Alin - pusat okultisme dan sihir yang serba mahal - akan terancam. Ia harus meninggalkan "pusat ilmu magis" ini mencari kesempatan lain.
"Ini semua salahku sendiri, saat di sekolah takut menderita, usaha kurang maksimal, gagal menjadi Murid Elite, sehingga tidak bisa direkomendasikan ke posisi bagus." Lovay tidak menyalahkan orang lain melainkan introspeksi diri. Akar masalahnya adalah kemalasannya dulu. Seandainya bisa menjadi Murid Elite di sekolah, pasti akan direkomendasikan ke departemen-departemen Dewan Sihir seperti Departemen Pengelola Penyihir, Departemen Ujian Magang, Area Tugas, atau ke kantor-kantor organisasi besar, berbagai jurnal, dan perusahaan alkimia di Alin. Dengan begitu bukan hanya bisa berinteraksi dengan banyak Penyihir Gelap Sejati, tapi juga mendapat gaji cukup untuk bertahan hidup di Alin.
Lovay meraba dada, di dalamnya tersimpan sepucuk surat rekomendasi dari sekolah yang ditujukan untuk organisasi sihir lokal di Kabupaten Pephus, Kerajaan Holm.
Meskipun di mata para magang sihir yang dikirim ke kabupaten terpencil, bahkan ke cabang di Kepulauan Solar, mendapatkan rekomendasi ke Kabupaten Pephus - salah satu dari tiga wilayah paling makmur di Kerajaan Holm - merupakan hal yang sangat membanggakan, bagi Lovi yang tersadar saat lulus, selama bukan Alin, itu sama sekali tidak bermakna. Karena ini berarti menjauh dari "pusat penelitian okultisme dan sihir", serta akan semakin tertinggal jarak dengan teman sekelas yang bertahan di sini.
Menurut survei sampel dan statistik dari majalah mingguan Alin Impression yang baru muncul beberapa tahun lalu, dari para magang yang tetap tinggal di Alin setidaknya tiga tahun setelah lulus sekolah sihir, sekitar satu dari sepuluh orang bisa menjadi Penyihir Gelap Sejati. Belum lagi rasio mengerikan tiga banding satu dari magang terbaik yang direkomendasikan ke posisi bagus, jauh lebih tinggi dibandingkan rasio dua puluh banding satu di cabang-cabang luar Lentat di berbagai kerajaan.
"Cabang Kepulauan Solar dan organisasi sihir di kabupaten terpencil bahkan mencapai rasio mengejutkan 30:1, membuat orang berpikir dua kali. Kecuali benar-benar tidak ada pilihan lain, siapa yang mau pergi - setelah adanya saluran 'kebenaran dunia', dikatakan situasi ini telah membaik."
Memikirkan ini, Lowy dengan tegas menggerakkan jarinya menjauh dari dadanya. Tidak boleh ketinggalan sejak awal dibanding yang lain.
Tapi perut yang terasa seperti terbakar membuatnya tersenyum pahit. Untuk menghemat biaya, sudah lama ia tidak menikmati sarapan.
Keluarganya memang tidak kaya. Jika tidak menemukan pekerjaan yang cocok dengan imbalan yang relatif besar, mimpi harus menyerah pada realitas. Kecuali mau menerima tugas-tugas yang terlihat berbahaya.
"Kehidupan atau impian? Sungguh sulit dipilih." Lowy mengolok diri sendiri, menelan ludah untuk meredakan lapar. Ia merapikan jubah murid hitamnya yang mulai terlihat usang, lalu berjalan menuju Area Tugas.
Mencari konter logam keabuan yang sementara kosong, Lawi sedikit mengangkat kepalanya, memperhatikan dengan cermat deretan tugas yang ditampilkan di tirai air sihir berwarna hijau tua.
"Tugas penambangan rahasia di gurun selatan Kekaisaran Gustav: Bayaran tetap satu poin okultisme atau Emas Taler per hari, dengan tambahan imbalan berdasarkan kualitas dan kuantitas bijih besi. Metode kalkulasi silakan cek detail sendiri. Persyaratan kekuatan: Tidak terbatas. Kuantitas: Tidak terbatas. Tingkat bahaya: Sangat tinggi, harus menghadapi monster gurun, waspada terhadap serangan Night Watchers gereja dan petugas gereja, serta bijih mengandung kutukan tak kasat mata."
Bayaran menggiurkan itu membuat mata Lawi berkunang-kunang, namun deskripsi akhir menghentikan langkahnya. Tanpa kekuatan Penyihir Gelap Sejati, mustahil menyelesaikan tugas dengan aman - dari sepuluh Murid, setidaknya tujuh atau delapan akan tewas.
"...Toko kecil Horlanning membutuhkan asisten alkimia selama tiga tahun, bertanggung jawab atas akomodasi dan makan."
Lovell sedikit tergoda. Meski tidak ada imbalan dan tidak bisa membeli material atau meminjam buku-buku, fasilitas makan-tempat tinggal yang disediakan sudah cukup untuk menghindari biaya hidup tinggi di Alin. Apalagi ini posisi sebagai asisten ahli alkimia, mungkin bisa belajar banyak hal.
"Tapi aku adalah penyihir yang lebih condong ke mantra daripada pembuatan benda-benda magis. Menunda tiga tahun hanya akan membuatku tertinggal lebih jauh. Lebih baik ke Kabupaten Pephus, menguasai bidang penelitian terbaru lewat radio sihir."
Lovell menggelengkan kepala dan melanjutkan memindai tugas-tugas. Namun kebanyakan terlalu berbahaya, imbalannya terlalu rendah, atau periodenya terlalu panjang - tidak bisa mengatasi kesulitan yang dihadapinya saat ini.
Setelah setengah jam melihat tugas-tugas baru, Lovell merasa putus asa. Apakah dia benar-benar harus meninggalkan Alin?
Di sekelilingnya, para penyihir dengan pakaian berbagai gaya menerima tugas lalu pergi sambil tertawa, tapi dalam pandangan Lowie, mereka bagai lukisan dari dunia lain yang penuh warna dan cahaya, sementara di sekitarnya hanya ada kabut abu-abu dan kesuraman.
Lowie yang tak mau menyerah mengangkat kepala lagi, berusaha mencari tugas berimbalan rendah dan berdurasi pendek untuk bertahan sehari, menunggu tugas baru besok. Tiba-tiba, layar air hijau tua berkedip, menampilkan informasi baru.
"Tugas Rekrutmen Murid: Lembaga Penelitian Atom di lantai 18 Menara Sihir Alin membutuhkan 10 asisten tingkat murid. Durasi: Tiga tahun. Syarat kemampuan: Minimal magang sihir tingkat tinggi. Imbalan: 10 poin okultisme per bulan, buku dasar okultisme dan sihir gratis, perangkat eksperimen tanpa biaya tambahan. Batas waktu: 10 Juli."
"Asisten tingkat murid?" Lowie mengulang bingung, imbalan di belakangnya terlihat terlalu menggiurkan untuk dipercaya.
Tiba-tiba, pandangannya membeku tajam. Beberapa kata berwarna merah gelap yang kontras dengan latar hijau tua itu melompat ke dalam penglihatannya:
"Lembaga Penelitian Atom?"
"Lembaga Penelitian Atom!"
Lowell tiba-tiba merasakan api membara dari dalam hatinya hingga ke otaknya. Segalanya menjadi tak jelas. Lembaga Penelitian Atom - laboratorium Tuan Lucien Evans sang pencetus "Alkimia Baru", tempat suci bagi setiap penyihir yang bercita-cita di bidang elemen dan zat. Tempat ajaib yang setiap bulan melahirkan hasil penelitian baru, simbol tingkat terdepan dalam bidang atom terkini.
Tempat seperti ini merekrut asisten tingkat murid??
Apa lagi yang ditunggu!
Lowell merasakan mimpinya ada di depan mata, bersinar gemilang. Hidungnya mengeluarkan napas berat saat buru-buru mengambil tugas itu, menerima formulir yang diteleportasi dari petugas penanggung jawab.
“Resume?” Sejak kecil hingga dewasa, Lowy belum pernah mendengar konsep seperti ini, sejenak tertegun. Untungnya semua persyaratan di formulir tercantum jelas, dia bisa mengisi satu per satu sesuai kondisi dirinya.
“Jika 'resume' lolos verifikasi, dua hari lagi akan ada ujian tertulis tahap pertama mengenai dasar-dasar okultisme dan sihir di bidang elemen.” Petugas itu menyampaikan detail tugas dengan nada penuh keanehan, dia pun belum pernah mendengar istilah resume maupun ujian tertulis.
Dua hari lagi, apakah aku masih bisa tinggal di Alin selama dua hari? Haruskah mengambil berbagai tugas rendah imbalan berjangka pendek sebagai transisi?
Lowy agak bingung, tapi tekad keras segera membara dalam hatinya. Memandang jubah muridnya, dia bergumam: "Tak boleh terganggu oleh tugas, harus fokus mereview okultisme dan dasar sihir... Menjual jubah ini ke area penukaran mungkin bisa bertahan tujuh hari!"
Setelah mengambil keputusan, mata Lowy berbinar penuh semangat. Langkahnya mantap berjalan keluar.
Setelah melihatnya pergi, petugas yang bertugas menggelengkan kepala, ekspresinya tiba-tiba dipenuhi kegairahan fanatik, lalu segera menyiapkan formulir resume untuk diisi.
Baru beberapa langkah melangkah, Lovell tiba-tiba mendengar seseorang berteriak kaget:
"Lembaga Penelitian Atom merekrut asisten tingkat murid?"
"Lembaga Penelitian Atom membuka lowongan!"
"Benarkah? Benarkah? Biar aku lihat!"
Suara riuh rendah memenuhi Area Tugas, banyak murid yang memerah wajahnya kegirangan, seolah melihat masa depan cerah!
Ini membuat Lovell sedikit mengerutkan kening. Persaingan tampaknya akan sengit. Tapi seketika ia menyeringai kecut pada dirinya sendiri - jika hal seperti ini saja tidak ada persaingan ketat, berarti selama ini ia hanya berkhayal.
Dengan langkah tegas, Lovell melewati platform tugas paling ujung dan melihat gurunya dari sekolah sihir. Pria paruh baya yang biasanya ramah itu kini melompat-lompat kegirangan layaknya para murid.
“Guru Balzali, selamat pagi.”。
Balzali mengenali murid kesayangannya ini, lalu tersenyum pada yang berambut hitam bermata biru: "Kau juga mau mengambil tugas? Cepat ambil tugas asisten murid di Lembaga Penelitian Atom, aku baru saja mengambilnya!"
"Guru, bukankah Bapak adalah penyihir lingkaran dua, Ahli Sihir Oskur level dua? Ini kan tugas untuk murid!" bertanya dengan bingung.
Balzali mengepal tinju, wajah penuh semangat fanatik: "Apa masalahnya? Asalkan bisa masuk Lembaga Penelitian Atom, menjadi murid dengan status penyihir pun tak masalah! Itu adalah garis terdepan di bidang elemen, sekaligus bisa mendengar ajaran Tuan Lucien Evans, menyentuh misteri terdalam elemen dan zat."
Tiba-tiba gigi terasa sakit, tekanan persaingan ini terlalu besar.
Namun api ambisi dan mimpi yang berkobar di hatinya tak bisa dipadamkan, memenuhi dirinya dengan harapan dan motivasi.
※※※
Setelah melewati tes tertulis dan wawancara tahap pertama, Lembaga Penelitian Atom kini kedatangan Rock yang murung dan kecewa.
Dengan rasa penasaran dan nada yang agak mengoreksi, Lucien bertanya: "Rock, ada apa? Tidak ada calon yang kau sukai? Tak ada yang mendekatimu? Aku ingat beberapa hari terakhir lembaga ini hampir runtuh diterjang kerumunan orang."
Rock menggerutu: "Ada beberapa murid perempuan yang memang berperilaku seperti itu, eh, beberapa murid laki-laki juga... Tapi semua kutolak. Aku mencari calon suami/istri, beranikah aku memilih yang seperti itu? Sementara mereka yang kusukai, semuanya menjaga harga diri, sopan tapi menjaga jarak, sama sekali tak memberi kesempatan. Ini bagaimana sih!"
Lucien tertawa terbahak-bahak sambil menepuk bahu Rock: "Memperluas pergaulan untuk mencari calon pasangan nikah itu baik, tapi caramu salah. Mencari gundik tidak sulit, tapi mencari gadis baik yang independen, mandiri, dan layak dihormati serta dicintai? Hanya bisa diimpikan. Sebenarnya beberapa hari lalu aku ingin menasihatimu, tapi berpikir lebih baik kamu belajar dari pelajaran ini. Sudah, fokuslah menyelesaikan ujian tulis dan wawancara babak kedua dengan adil. Aku sendiri yang akan melakukan wawancara terakhir."
Rock menghela napas dan bergurau: "Sepertinya kamu sangat paham ya."
"Tentu saja, aku kan punya pacar," jawab Lucien dengan nada bercanda.
