"Ini adalah salah satu dari dua premis utama makalah penelitian ini, yang kubenamakan prinsip ekuivalensi..."
Untuk masalah kesetaraan massa gravitasi dan massa inersia dalam sistem satuan yang sesuai, Blake tidak merasa sulit memahami atau menerima. Sebelumnya pernah ada Arkanis yang meneliti aspek ini dan memperoleh data yang cukup presisi, namun mereka menganggap persamaan kedua massa ini sebagai kebetulan belaka tanpa mengeksplorasi makna tersirat di balik kebetulan ini secara mendalam.
Sambil mendengar penjelasan umum Lucien tentang eksperimen dan data, Blake mulai merasa pusing. Ia mengeluarkan kertas putih dan bulu angsa, lalu mulai mencatat dan menghitung di atas meja kayu merah tempat radio sihir diletakkan, serius dan fokus layaknya murid yang sedang menerima ajaran maestro.
Perilaku seperti ini terjadi pada sebagian besar Arkanis yang mendengarkan siaran radio. Dalam kehidupan sehari-hari mereka jarang mendapat bimbingan dari Tuan tingkat calon Arkanis Agung, apalagi fenomena pemetaan gaya gravitasi dalam perubahan cuaca ekstrem tadi telah membangkitkan rasa penasaran dan semangat mereka.
“……Prinsip relativitas umum telah dijelaskan. Selanjutnya kita akan menggunakan alat geometri seperti geometri Ivens dan analisis tensor untuk menyelesaikan deduksi dan konstruksi seluruh sistem. Karena menyangkut banyak hal rumit, saya akan menjelaskan secara garis besar saja agar para hadirin memiliki gambaran umum……”
Setelah kalimat ini, bulu angsa di tangan Blake berhenti bergerak. Setiap kata yang diucapkan Tuan Ivens terdengar jelas, namun ketika dirangkai menjadi satu, sama sekali tidak bisa dipahami. Matanya berkunang-kunang penuh kebingungan, sementara otaknya dipenuhi kata-kata, simbol, dan rumus yang aneh dan rumit berjatuhan tak karuan tanpa makna nyata.
Ini membuatnya pusing tujuh keliling, seakan memasuki mimpi yang tak kunjung jelas.
“……Selama ini saya mengira dasar Okultisme saya sudah kokoh, terutama di aspek matematis. Tapi sekarang baru tersadar, saya bahkan belum menginjakkan kaki di gerbangnya……”
“……Apakah para ahli sihir tingkat tinggi itu setiap hari mempelajari hal-hal seperti ini? Tapi kenapa di 《Jurnal Okultisme》, aku masih bisa memahami sebagian kecil...”
Pertanyaan seperti ini tidak hanya muncul di benak Blake, tetapi juga bergema di kepala sebagian besar ahli sihir tingkat tinggi. Mereka awalnya sangat yakin dengan tingkat okultisme dan kecerdasan mereka sendiri, namun setelah mendengar hal-hal yang keluar dari mulut Lucien Evans, timbul keraguan besar. Semua itu begitu sulit dipahami, lebih tepatnya - membuat mereka hampir tidak mengerti!
“Katakan kesimpulannya, utarakan kesimpulan dulu!”
Dalam hati mereka berteriak histeris, memutuskan untuk mendengarkan dulu apa esensi gaya gravitasi, baru nanti menukarkan makalah ini untuk dipelajari perlahan.
※※※
Di dalam menara.
Sang "Astrolog" Anonnis, tak lama setelah perubahan cuaca usai, juga mendengar penjelasan Lucien melalui radio sihir yang masih terbuka. Ekspresinya menjadi sangat serius dengan sedikit kecurigaan.
Sebagai ahli okultisme level sembilan dan Mage Agung lingkaran sembilan dari aliran Astral, teori gaya gravitasi memiliki pentingan yang tak perlu diragukan baginya. Jika bisa menguasai esensi gravitasi dan menggunakannya untuk memecahkan beberapa masalah yang telah lama menghantuinya dalam bidang astrologi, dia memiliki keyakinan yang cukup untuk menjadi "Astrolog" sejati!
Namun, sebelum benar-benar melihat makalah penelitian dan menemukan fenomena yang memverifikasi teori tersebut, dia masih menyimpan kecurigaan dasar. Jika masalah esensi gravitasi bisa dipecahkan dengan mudah, tentu Yang Mulia Douglas tidak akan mengalami keraguan dan kebimbangan seberat itu.
Dia tahu pembicaraan Yang Mulia Ketua Dewan sebelumnya telah memicu badai besar. Pada momen seperti ini, penjelasan Lucien Evans tentang esensi gravitasi yang didukung teori akan memiliki efek stabilisasi yang sangat kuat. Sedikit berlebihan dalam penyampaian memang wajar, namun di lubuk hatinya tetap tersimpan harapan: semoga Lucien Evans benar-benar bisa menyelesaikan teka-teki esensi gravitasi.
Pada dua prinsip dasar pertama yang dijelaskan, Anonnis hanya mendengarkan dengan serius dan melakukan perhitungan mental, tidak mencatat. Namun ketika Lucien mulai menggambarkan bahasa geometri secara garis besar, fokusnya semakin meningkat.
Entah sejak kapan, tumpukan kertas putih dan bulu angsa mulai mengambang di hadapannya, terus-menerus mencatat dan melakukan kalkulasi. Ekspresi kebingungan sesekali terlihat di wajahnya.
Makalah matematika rumit seperti geometri Ivens dan analisis tensor di jurnal "Natural" yang tidak dipelajari kebanyakan ahli sihir karena tidak praktis. Tapi "Astrolog" Anonnis sebagai Mage Agung yang ahli di bidang ini memiliki penelitian cukup mendalam, bahkan pernah menerbitkan beberapa makalah serupa. Meski demikian, pemahamannya tetap terbatas - tingkat kesulitan makalah ini melampaui imajinasinya.
Ruang baca Anonnis sunyi senyap, hanya suara Lucien yang jernih agak suram bergema, serta desir lembut bulu angsa menggores kertas putih.
Tiba-tiba, Anonnis merasakan kehadiran lain. Ia menoleh dan melihat Yang Mulia "Peramal" Bergna telah masuk tanpa disadari, juga merekam dan mengkalkulasi isi makalah menggunakan formasi bantu dan bulu angsa, dengan ekspresi fokus yang sama.
Tanpa banyak bertanya, Anonnis mengalihkan kembali perhatiannya pada penjelasan Lucien.
Sementara di Kantor Pusat Elemen Kehendak, Lavady terkendala oleh pengetahuan matematika yang tidak mencukupi, hanya bisa mencatat cepat poin-poin penting yang diutarakan Lucien tanpa mampu mengkalkulasi atau memahaminya.
※※※
Di dalam Istana Neckther.
Karena kedatangan Ayah yang harus diajak mengunjungi berbagai tempat, Natasha tidak sempat mendengarkan siaran "Suara Misteri" dan saluran "kebenaran dunia" hari ini. Kilat halilintar dan hujan deras di Alin yang jauh letaknya hanya sedikit diperhatikannya, dianggap sebagai fenomena hujan lokal tanpa diselidiki lebih lanjut, mengingat kondisi seperti ini sangat umum terjadi di musim panas.
Barulah ketika kilatan "Blaze Abadi" menerangi suatu wilayah, Natasha menyadari ketidakberesan. Dia segera menghubungi Lucien, namun setelah tidak bisa tersambung, khawatir akan mengganggu pekerjaannya, dengan rasional dia menghentikan sementara dan beralih menghubungi Heatherway.
Setelah memastikan Lucien dan Alin baik-baik saja, dia menghela napas lega lalu membuka radio sihirnya, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Alin.
Siapa sangka suara yang keluar dari radio sihir itu ternyata suara paling familiar baginya, membuatnya benar-benar merasa nyaman.
"Simbol-simbol rumit dan rumus-rumus tersebut sepenuhnya melampaui cakupan pemahaman Natasha, namun hal ini tidak menghalanginya untuk menyimak dengan penuh perhatian penjelasan Lucien yang disampaikan dengan keseriusan dan fokus tinggi.
Semakin lama mendengar, tangan kanannya menopang pipi, mata berlapis kabut, sudut bibirnya merekah senyum tipis.
※※※
Studio siaran langsung "Stasiun Radio Langit".
Termasuk Samantha, para Ahli Sihir Oskur memandang Lucien dengan tatapan polos dan bingung, seolah Dia sedang berbicara dalam bahasa yang tiada di dunia ini.
Menyadari ekspresi mereka, Lucien paham penjelasannya terlalu mendalam. Segera ia menyederhanakan deskripsi bahasa geometri dan persamaan medan gravitasi, lalu langsung menyimpulkan:
"Dari uraian sebelumnya kita bisa melihat, massa akan menyebabkan kelengkungan ruang-waktu sehingga memunculkan fenomena gravitasi. Esensinya adalah ruang-waktu yang melengkung. Bisa dibuat analogi seperti ini..."
Deskripsi jaringan elastis meski kurang akurat, namun membuat mata Samantha dan yang lain berbinar-binar, seolah memahami sesuatu, kira-kira mengerti esensi gaya gravitasi.
"Ternyata seperti ini..."
"Lantas apakah ia masih bisa disebut gaya?"
"Apakah ada fenomena yang bisa mengonfirmasi ini?"
……
Bisikan-bisikan penuh semangat, kegembiraan, dan kecurigaan tiba-tiba memenuhi seluruh ruangan. Bahkan Helen sedang memeriksa Fernando. Penjelasan tentang esensi gravitasi dari sudut pandang ruang-waktu empat dimensi yang belum pernah ada sebelumnya ini seolah merupakan masalah gerak benda dalam ruang-waktu melengkung.
"Ini benar-benar melampaui imajinasiku..."
"Model ruang-waktu justru semakin sulit dipahami..."
Blake dan para Ahli Sihir Oskur yang mendengarkan radio sihir tak henti mengagumi penjelasan yang fantastis namun cemerlang ini, sambil tetap menyimpan kecurigaan yang cukup besar. Sebab konsep ruang-waktu dan esensi gravitasi dalam deskripsi Lucien membuat imajinasi pun menjadi mustahil!
Sedangkan ekspresi "Peramal" dan "Astrolog" di dalam menara tampak gelap dan tidak pasti. Ini benar-benar membongkar semua hipotesis mereka tentang esensi gaya gravitasi, bahkan mempertanyakan apakah ia masih bisa disebut sebagai gaya.
Untungnya tidak pernah ada penjelasan otoritas yang diakui secara umum tentang esensi gravitasi, dan mereka tidak berani membangun dunia kognitif mereka sendiri atas dasar itu, sehingga tidak terjadi situasi goyah.
"Ini membutuhkan verifikasi fenomena!"
"Ini membutuhkan bukti empiris!"
Dua orang penting dari aliran Astral secara serempak mengucapkan pernyataan serupa. Setelah geometri Levski, mereka telah menerima bahwa kita tidak boleh menolak sesuatu secara membabi buta berdasarkan pengetahuan intuitif dan pengalaman masa lalu, tetapi setiap teori harus memiliki konfirmasi melalui fenomena dan eksperimen, jika tidak hanya akan menjadi khayalan dan dugaan belaka.
Kecurigaan seperti ini ada di hati setiap Ahli Sihir Oskur. Dengan sikap serupa, mereka mendengarkan Lucien melanjutkan: "Dari sudut pandang kelengkungan ruang-waktu, kita dapat menghitung masalah kelebihan presesi perihelion Morning Star seperti ini..."
Rumus perhitungan ini relatif sederhana. Banyak Ahli Sihir Oskur mulai mengambil bulu angsa mengikuti penjelasan Lucien, terutama Sang Peramal yang gemetar tak sabar karena semangat.
Anonnis di sampingnya sangat memahami perasaannya. Masalah ini telah menghantui seluruh aliran Astral sejak lama, di mana sistem pergerakan benda langit yang dibangun dengan teori gaya gravitasi konvensional tidak sesuai dengan nilai pengamatan.
Yang Mulia Peramal curiga ada bintang lain di sana yang menyebabkan kesalahan eksperimen ini, namun setelah melakukan lompatan ruang, tidak ditemukan jejak gaya gravitasi tambahan.
Demi masalah ini, tak terhitung Ahli Sihir Oskur Astral yang rambut memutih dan kulit wajah berkerut.
Saat Lucien menyelesaikan penjelasan perhitungannya dan berhenti sejenak, Sang Peramal telah mendapatkan jawabannya.
"Sama... Sangat mendekati nilai pengamatan..." gumam Sang Peramal dengan wajah takjub, antara gembira dan terharu, "Apakah ini esensi sejati gaya gravitasi..."
Anonnis juga akhirnya mendapatkan data akhir, matanya tiba-tiba berkunang-kunang. Dengan tak kuasa menahan diri, dia menundukkan kelopak mata sambil berdecak kagum atas kerja keras tak terhitung hari yang akhirnya menemukan jawaban.
Suara Peramal tiba-tiba menggelegar: "Ini adalah capaian bakat yang melampaui zamannya, mengungguli teori okultisme terkini puluhan tahun! Aku seolah melihat perkembangan pesat aliran Astral!"
"Menyaksikan momen seperti ini di sisa hidupku, aku takkan menyesal meski menemui ajal!"
Anonnis menahan getar semangat dan desakan air mata yang menggelora: "Yang Mulia Peramal, bagaimana mungkin kita bicara maut di saat seperti ini? Aku masih ingin mendalami dan menjelajahi luasnya langit berbintang nan tak bertepi!"
Setelah Lucien menyelesaikan masalah planet buatan dengan efek ekspansi waktu medan gravitasi, Anonnis sudah sepenuhnya yakin. Raga-nya gemetar memandang Peramal: "Dengan sistem teori relativitas Lucien ini, perjalanan Yang Mulia menuju cahaya terang sepertinya semakin jelas terpampang."
“Bukankah kau juga begitu?” Peramal tersenyum menjawab, sambil berkomentar, "Ke depannya tak ada yang berani mengatakan pilihan Lucien Evans memilih Astral dulu adalah keliru…"
“Aku harus mempelajari makalah penelitian itu!” Anonnis berkata dengan tidak sabar, seolah sudah melihat fajar "dunia kognitif semi-stabilisasi"-nya!
※※※
Di langit yang jauh dari Alin.
Ketonnia mengusap keningnya: “Berarti kemampuan darahku adalah mengendalikan gaya gravitasi dan transformasi zat?” Ia kurang memahami makalah itu.
Bayangan samar Paus Benediktus III bergumam pelan: “Lucien Evans…”
