Kota Heidler yang suram dan redup, diselimuti nuansa abu-abu keputihan, terasa monoton dan membeku layaknya dunia mayat hidup.
Di depan celah masuk, Douglas, Fernando, Vinsent, Klaus, dan Erika sudah tiba, menunggu kedatangan Lucien.
"Kau bawa juga Perisai Kebenaran?" Klaus melihat Lucien yang datang terlambat, menerka dengan tersenyum, "Ditambah Mahkota Duri yang kau pinjam, total ada lima benda legenda di tubuhmu. Benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan aku yang penyihir alkimia profesional pun kalah, Yang Mulia Ketua Dewan hanya punya empat."
"Barang-barang Yang Mulia Ketua Dewan semuanya legenda tingkat puncak atau legenda tingkat tiga. Mana mungkin aku bisa menyaingi." Lucien "rendah hati" menjawab.
Alasan mengapa benda-benda legenda jumlahnya sangat langka: Pertama, material utamanya sangat berharga, mungkin ratusan tahun tidak bisa mengumpulkan satu pun. Kedua, persyaratan untuk pembuatnya sangat tinggi. Selain penyihir legenda dan Pastor Suci, Pangeran Vampir, Naga Tai, dll hanya bisa mengandalkan bakat ras dengan metode pembuatan aneh yang memiliki tingkat kegagalan sangat tinggi. Ksatria Epik bahkan harus bergantung pada bantuan orang lain. Oleh karena itu, benda serupa yang tersisa dari era sebelum Kekaisaran Sihir sangat sedikit. Dari akhir kekaisaran hingga sekarang adalah fase letusan kreativitas, jumlah benda legenda meningkat 2-3 kali lipat.
Justru karena ini, penyihir legenda seperti Heatherway yang ahli dalam "Pemecahan Mewah" dan "Elemen terurai" membuat orang benci sekaligus takut. Sedikit kecerobohan bisa menghancurkan akumulasi bertahun-tahun dalam sekejap.
Sang Penguasa Arwah Vinsent menyela percakapan mereka: "Karena sudah lengkap, mari kita berangkat."
“Ya, sudah saatnya Berangkat.” Douglas tersenyum tipis, penuh kesungguhan tanpa jejak kecemasan.
Setelah memperoleh banyak laporan intelijen dunia mayat hidup, Majelis Sihir telah memecahkan persoalan melihat celah. Kini, di bawah persiapan formasi sihir khusus, celah yang berdistorsi itu menjadi jelas terlihat, menyebarkan aura kematian pekat, dipenuhi nuansa hitam-putih-abu yang membosankan.
Melewati celah, merasakan kembali sensasi menembus tirai bayangan tebal, Lucien menginjakkan kaki di dunia mayat hidup. Sekelilingnya terpantul bayangan asal-asalan kota Heidler, menara-menara sihir menjulang saling bertumpang-tindih bagaimana coretan kanak-kanak dalam kanvas hitam-putih, hanya diselimuti nuansa kelabu di segala penjuru.
Seluruh alam semesta, selain diri mereka sendiri, tak ada lagi warna lain yang tersisa.
"Sudah hampir sepuluh tahun sejak pertama kali memasuki dunia mayat hidup, mendapatkan Mahkota Matahari, dan mengetahui Tuan Maskelyne terjebak. Akhirnya perjalanan eksplorasi sejati dunia mayat hidup benar-benar dimulai." Lucien merasakan gejolak dalam hati. Saat itu dirinya baru saja menjadi Penyihir Gelap Sejati.
Karena teleportasi di dunia mayat hidup mengalami hambatan tertentu, Douglas dan Fernando memimpin Lucien serta rombongan melalui tujuh basis depan yang berpindah secara beruntun, sampai di basis terdepan dekat area terdalam. Di sana mereka bertemu Peramal Bergna yang sedang bertugas jaga.
Ia masih mengenakan topi runcing kelabu, dua alis putihnya tampak bertambah panjang sedikit.
"Hasil ramalan astrologi menunjukkan tidak ada tanda kebangkitan entitas mistis dunia mayat hidup. Namun Ordo Ksatria Suci Kematian menyimpan bahaya lain. Kalian harus waspada! Jika menghadapi ancaman besar, ingat - jangan terburu mundur. Hanya dengan maju kita bisa melihat harapan." Bergna berbicara dengan nada mistis sambil menyampaikan hasil ramalan yang dipersiapkannya selama dua bulan.
Fernando bertanya dengan bingung: "Maju? Dan kita hanya akan mencapai Tungku Jiwa, melakukan eksplorasi awal lalu kembali. Mayat hidup legenda di area perifer seharusnya tidak bisa menimbulkan bahaya substansial bagi kita."
Berdasarkan ingatan Alder dan data yang ditinggalkan Viken, di area ini hanya ada empat mayat hidup legenda tingkat tiga: Raja Lich, Pelayan Kematian, Mumi Kuno, dan Atasan Hantu. Douglas sendiri sudah bisa meredam setidaknya tiga di antaranya. Sisanya hanyalah arwah legenda tingkat dua dan satu yang jumlahnya tidak lebih dari enam. Tanpa interferensi legenda tingkat tiga, Fernando sendiri bisa membuat mereka benar-benar tertidur, apalagi dengan Sang Penguasa Arwah yang sangat efektif melawan arwah dan "orang kaya" Lucien. Bahkan jika dikepung oleh lebih dari empat puluh mayat hidup legenda tanpa kesadaran, ini tidak masalah besar.
“Alder hanyalah mayat hidup tingkat tinggi, pemahamannya tentang area perifer Ordo Ksatria Suci Kematian masih sangat dangkal, hanya mengenal tempat-tempat yang sering di masuki. Sementara semua ruangan, istana, dan koridor di dalam Ordo Ksatria Suci Kematian terus berubah seperti labirin hidup, mungkin terdapat ruangan berbahaya atau lorong bawah tanah yang tidak diketahui." Vinsent membantah Fernando dengan hati-hati.
Setelah dia mengungkapkan ingatan Alder dan data Viken, Lucien baru memahami mengapa Maskelyne meninggalkan pola perubahan koordinat. Karena bangunan-bangunan di Ordo Ksatria Suci Kematian terus-menerus berubah - mungkin kemarin area ini masih taman mayat hidup, hari ini telah berubah menjadi nisan hitam. Bahkan mayat hidup tingkat tinggi seperti Alder hanya mengetahui beberapa pola perubahan di bagian terluar, setiap kali menuju Tungku Jiwa selalu dipimpin oleh arwah legenda.
Peramal Bergna berkata dengan khidmat: "Aku juga tidak tahu dari mana bahaya ini berasal, mungkin kalian juga tidak akan menghadapinya, tapi intinya harus berhati-hati."
Douglas mengangguk perlahan, berkata pada Lucien, Erika dan yang lain: "Eksplorasi ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah mencapai Tungku Jiwa dengan diam-diam tanpa membuat kegaduhan besar seperti yang dilakukan Maskelyne dan timnya pertama kali, lalu melakukan penelitian awal sekaligus mencari jejak kerja sama Gereja dengan dunia mayat hidup. Bagian kedua adalah kembali ke area perifer untuk membersihkan mayat hidup legenda yang tidak berkesadaran secara bertahap."
Rencana ini sudah didiskusikan sebelumnya, Douglas sedang melakukan konfirmasi akhir. Alasan tidak membersihkan area dulu sebelum masuk adalah khawatir akan menimbulkan kegaduhan besar yang membuat arwah legenda berkesadaran ketakutan, mengaktifkan Kunci Sihir yang mungkin ada di Ordo Ksatria Suci Kematian, atau menarik intervensi kekuatan lain sehingga tujuan eksplorasi tidak tercapai.
Setelah memastikan rencana, enam Penyihir Legendaris meninggalkan basis depan dan terbang tak kasat mata menuju kedalaman.
Kira-kira satu jam kemudian, pupil Lucien tiba-tiba memantulkan bayangan hitam pekat yang sangat besar. Itu adalah kumpulan istana megah yang tak terkira besarnya, jauh melebihi Alin, bahkan mencapai separuh ukuran Kerajaan Holm. Ketinggiannya tak terukur karena menjulang masuk ke langit abu-abu keputihan, tak terlihat ujung pangkalnya.
Meski pertempuran legenda bisa membinasakan kota normal, bagi kompleks istana ini, itu hanya berarti runtuhnya satu balairung atau taman.
"Semakin dalam kita masuk, material istana semakin kokoh. Mungkin ruangan terdalam seluruhnya tersusun dari 'Tembok Rintihan'." Sang Penguasa Arwah yang jarang bicara panjang ini menunjukkan hasrat besar untuk mengeksplorasi Tungku Jiwa.
"Tembok Rintihan", salah satu pertahanan sihir terkuat aliran Nekromansi. Selain bisa dihancurkan oleh sinar matahari asli, tak ada serangan apa pun yang mampu memecahkannya. Namun beliau hanya menggunakan ini sebagai metafora.
Terhadap sihir ini, Lucien tidak khawatir karena "Blaze Abadi" kebetulan adalah musuh alaminya.
Di luar Ordo Ksatria Suci Kematian, padang gurun dipenuhi mayat-mayat yang bergerak: manusia, Elf, Naga, Eye Fiend, ikan, dan Sphinx. Kulit mereka membusuk, otot dan urat putih terekspos, dengan larva-larva aneh terus masuk keluar.
Mayat-mayat ini bergerak-gerak lamban tanpa tujuan. Tanpa suara maupun warna, seolah adegan film bisu hitam-putih yang sedang diputar.
"Semuanya mayat yang sangat-sangat bagus." Sang Penguasa Arwah Vinsent memandangi mereka dengan girang saat ketinggian berkurang, seperti anak kecil melihat mainan favorit.
Erika berbisik mengucapkan mantra, melepaskan ilusi kelompok. Dengan begitu, dalam persepsi setiap mayat hidup, Lucien dan kawanan dianggap sebagai arwah kematian.
Setelah mendekati Ordo Ksatria Suci Kematian, keenam orang itu benar-benar mendarat di tanah, berjalan di antara mayat-mayat hidup sementara bau busuk yang menusuk menyergap wajah.
Di area ini, mayat-mayat hidup yang berkeliaran juga mulai memiliki pemimpin tingkat tinggi, beberapa memiliki kesadaran, beberapa hanya mengandalkan insting.
Tiba-tiba, seekor anjing raksasa berkepala tiga menyemburkan api putih ke arah mereka, seolah mencium aroma kehidupan - aroma yang dibencinya.
Mulutnya terbuka lebar, siap mengeluarkan geraman tanpa suara.
Saat itu, Vinsent meliriknya dengan tajam, nyala api merah gelap di matanya berkedip. Anjing itu langsung menjatuhkan diri ke tanah, tiga kepalanya menyentuh lantai, ekor putih bertulang terangkat tinggi dalam ketakutan dan usaha merayu.
Di sekitarnya, mayat-mayat hidup lainnya juga berhenti bergerak, melakukan sikap-sikap yang aneh-aneh seolah menyambut kepulangan sang tuan.
“Pantas disebut 'Sang Penguasa Arwah'.” Lucien akhirnya memahami makna sebenarnya dari profesi legenda ini.
Di bawah ancaman tak terlihat dan ilusi yang tersembunyi, Douglas, Fernando, Lucien dan lainnya segera melihat dinding yang memancarkan kilatan hitam dingin, membentang tak berujung.
“Pintu masuk berada enam kilometer ke kiri.” Douglas menghitung berdasarkan ingatan Alder, kompleks istana ini tampaknya memiliki kekebalan kuat terhadap mantra penginderaan.
Keenam orang itu mengubah arah, menyusuri tembok istana. Tiba-tiba, sekumpulan besar mumi muncul di depan - ada manusia, ada Sphinx, dengan kain abu-abu keputihan bernoda bau busuk.
Kedua kelompok semakin mendekat. Di bawah pengaruh ilusi, para mumi itu tidak menyadari apapun, tetap berkeliaran dengan pikiran kosong.
Saat hampir berpapasan, salah satu Sphinx dalam kelompok mumi ini tiba-tiba berhenti. Rongga matanya memancarkan kilatan jahat dan dingin. Raganya membengkak secara drastis hingga dua tiga kali tinggi anggota klannya. Di kepalanya muncul mahkota emas bertatahkan Batu Matahari dan Moonlight Stone. Aura-nya dengan cepat menjadi mengerikan.
"Mumi Kuno?"
Meski banyak Mumi Kuno, yang memiliki kesadaran hanya satu. Sphinx ini jelas bukan, karena matanya segera berubah haus darah dan kejam, memancarkan merah menyala yang aneh. Namun meski begitu, ia tetap makhluk legenda!
Mumi ini membuka mulut lebar-lebar, bersiap mengeluarkan sinyal peringatan.
Tiba-tiba, suara suram bergema:
"Penghentian Waktu Tingkat Tinggi."
Lucien melihat sekelilingnya berubah menjadi abu-abu keputihan, seolah seluruh alam semesta membeku. Saat semuanya kembali normal, hanya terlihat kilatan cahaya melompat-lompat di tubuh Mumi Kuno itu, diakhiri meteor berkilauan yang menghancurkannya.
Gemericik, Sphinx Mumi itu berubah menjadi tumpukan potongan mayat. Dari daging membusuk itu bermunculan kumbang hitam dalam jumlah besar.
"Inikah kekuatan legenda tingkat puncak? Makhluk undead legenda pun bisa dihancurkan dalam sekejap, meski hanya tingkatan satu." Lucien berdecak kagum sambil merasa wajah mumi itu agak familiar. "Eh, familiar?"
"Lanjutkan perjalanan," ujar Douglas dengan suaranya yang datar tanpa gejolak.
Lucien baru saja mau melangkah ketika teringat beberapa fragmen memori. Melalui koneksi mental ia berkata: "Yang Mulia Ketua Dewan, mohon ditunda sebentar."
"Ada masalah?" tanya Fernando.
Lucien menunjuk mayat yang hancur di tanah: "Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat. Aku ingin melakukan pengamatan lebih detail."
Para Penyihir Legendaris tidak akan mengabaikan petunjuk sekecil apapun, sehingga mereka menunggu Lucien.
Beberapa saat kemudian, ketika Lucien hampir mengingat sesuatu, kumbang hitam kecil itu kembali menyusup ke dalam potongan mayat yang membusuk, yang mulai bergerak-gerak dan berkumpul di pusat!
"Masih belum mati?" Erika sangat paham daya mematikan mantra "Meteor Takdir" Yang Mulia Ketua Dewan - ini adalah mantra legenda astral yang mampu menghancurkan bahkan jimat kotak nyawa sekaligus!
Keanehan apa yang tersembunyi dalam mumi ini?
Douglas juga sedikit mengerutkan kening, tak memahami mengapa "Meteor Takdir" gagal. Jika Lucien tidak meminta untuk tetap mengobservasi, mereka mungkin akan terjebak dalam dunia mayat hidup.
Lucien tertekan sejenak, lalu berubah menjadi Ksatria Epik. Dengan pedang keabuan terhunus, ia menghujamkan satu tebasan maut ke mayat busuk yang sedang menyatu kembali.
"Ah!"
Jeritan menyayat hati merambat melalui bilah pedang ke dalam jiwa Lucien, memperlihatkan pemandangan ilusi yang ganjil:
Di dalam makam suram berpalet hitam-putih-abu, ribuan "benang laba-laba" coklat kemerahan mengikat peti mati kelabu. Di atasnya terdapat bola cahaya berkarat berlumuran darah. Saat pedangnya menghujam, benang-benang itu putus berkeping-keping. Bola cahaya itu menggemetar hebat sebelum terbelah dua dan lenyap seketika. Tutup peti mati terbuka dengan keras, mengungkap mumi Sphinx yang menjerit kesakitan sebelum tubuhnya berkeping-keping dan membusuk menjadi genangan nanah kekuningan.
Sphinx King Fenkes?
