Hoho ho, vampir kuno ini mencengkeram lehernya sendiri, ingin bicara namun tak bersuara. Darah hitam memancur deras dari mulutnya, kulit halusnya yang putih mengering dan menghitam seperti terbakar. Mata merah menyala perlahan kehilangan cahaya, menyisakan perasaan tak rela yang membeku, lalu tubuhnya ambruk perlahan ke tanah.
"Darah siapa saja tidak dihisap, malah menghisap darah Maestro Transformasi. Ck." Klaus menjentikkan lidahnya, seolah sedang berkabung atas kecerdasan vampir kuno ini.
Lucien terkekeh: "Sebenarnya menghisap darah Maestro Transformasi itu bagus, hisap satu sama dengan dapat darah berbagai ras. Tapi dia seharusnya tidak menghisap saat darah Erika sudah berubah menjadi Malaikat Api. Sepertinya dia sudah putus asa dengan kehidupan."
"Apakah mereka berdua ini pelawak?" Erika menyimpan saputangan, melototi kedua orang yang berkomentar sinis di sampingnya, lalu berkata pada Douglas: "Yang Mulia Ketua Dewan, tadi saat saya mengamati rak buku, tiba-tiba merasakan perubahan ruang-waktu, lalu masuk ke ruang rahasia ini dan bertemu vampir kuno ini. Awalnya saya khawatir tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu dekat sehingga dia sempat mengirim laporan intelijen. Ternyata dia sangat haus dan bernafsu pada darah, jadi saya manfaatkan dengan mentransformasi darah saya."
Ini adalah "sihir transformasi parsial".
"Ruang-waktu berubah..." Douglas mengulangi, "Kita ternyata tidak segera menyadarinya. Tampaknya Ordo Ksatria Suci Kematian benar seperti dugaan Vinsent - merupakan proyeksi parsial dari entitas mistis dunia mayat hidup. Mayat hidup legenda bisa meminjam sedikit tenaga dengan mengendalikan formasi sihir, sehingga lolos dari indra kita. Selanjutnya, kita harus lebih berhati-hati, bersikap seperti menghadapi makhluk mirip dewa!"
Sang Penguasa Arwah Vinsent mengangguk, memindahkan pandangannya ke mayat vampir kuno di lantai: "Dia sepertinya termasuk mayat hidup legenda yang berkesadaran. Mengapa bisa sebodoh ini? Vampir sejati meskipun agak sombong dan angkuh, setidaknya kecerdasannya mencapai ambang kelulusan."
"Normalnya, generasi pertama, yaitu vampir kuno diciptakan oleh Dewa Bulan Perak Aetna. Vampir lainnya dikonversi melalui bentuk pemberian darah pertama, memiliki kepatuhan mutlak pada Bulan Perak, seharusnya dan mustahil melayani entitas mistis dunia mayat hidup, meski mereka termasuk mayat hidup." Lucien melihat tangan kirinya, menjelaskan pemahamannya tentang vampir. Saat bertemu vampir kuno tadi, tidak ada respons sama sekali.
Fernando maju beberapa langkah, melakukan pemeriksaan sihir pada mayat ini: "Kemungkinan besar dia disintesis entitas mistis dunia mayat hidup dengan cara lain..."
"Cara seperti apa?" Douglas juga mendekat, memeriksa dengan sihir.
Sang Penguasa Arwah dan Klaus mengikuti, berjongkok di sampingnya, membelai bagian kulit vampir kuno yang masih utuh ini.
"Kulit halus, elastis, darah masih mengalir perlahan, kematian dipenuhi vitalitas yang pekat, tapi tidak ada tenaga bulan perak." Sang Penguasa Arwah mengomentari sambil terus meraba seperti laki-laki mesum, suaranya penuh semangat fanatik.
Klaus menekan-nekan bagian tubuh: "Mungkin karena sintesis buatan, kecerdasannya rusak. Bahkan tak paham prinsip 'jangan sembarangan makan'. Apakah jiwanya hasil penciptaan atau asimilasi?"
"Asimilasi" adalah metode terkini dalam membuat makhluk alkimia, menggunakan fragmen-fragmen jiwa yang serupa untuk disintesis.
"Kalau dipikir, masuk akal. Bangsa vampir seperti Tuan Rhine pasti mengendalikan musuh sepenuhnya, menyiapkan pisau-garpu dan anggur, melakukan pemeriksaan detail sebelum mulai menyantap." Lucien juga mendekat.
"Hei, kalian sudah keterlaluan!" Erika mengusap luka besar di leher yang sedang menyembuh cepat, berkata dengan sedikit kesal, "Ini bukan waktu untuk penelitian okultisme dan diskusi!"
Hah? Barulah sekumpulan maniak penelitian ini tersadar, masih banyak hal penting yang harus dilakukan.
Melihat mereka mundur sedikit, Erika tersenyum: "Selain itu, ini adalah trofi milikku. Pentingnya mayat vampir kuno bagi seorang Maestro Transformasi, percaya tidak perlu kujelaskan lagi kan?"
Lagipula, saat separuh kehidupan terlewati nanti, aku masih bisa mengandalkan sumber darah vampir kuno yang diekstrak untuk melakukan ritual sihir terkait.
Api merah tua di rongga mata Sang Penguasa Arwah berkedip. Memang benar, ini murni hasil Erika sendiri. Meski dia hanya satu tingkat lebih tinggi dari vampir kuno ini, tapi berhasil membunuhnya dengan mudah dalam waktu singkat dengan memanfaatkan hasrat makhluk itu terhadap darah.
Mengapa aku tidak pernah menemukan vampir kuno sebodoh ini?
"Kita lanjutkan perjalanan." Sang Penguasa Arwah berkata dengan suara melengking sambil mengawasi Erika menyimpan mayat vampir kuno, seolah tak sabar menemukan idiot serupa.
Setelah meninggalkan ruang rahasia dan kembali ke perpustakaan, Lucien dan yang lain segera melemparkan mantra kewaspadaan dan deteksi untuk mencegah terulangnya kejadian tadi.
Tanpa memicu mekanisme pertahanan perpustakaan, keenam orang itu melintasi ribuan baris rak buku sebelum keluar dari istana melalui sisi seberang.
Di belakang istana terbentang danau tenang yang terhubung dengan balai besar bermenara runcing di seberangnya via jembatan besi hitam.
Dalam dunia mayat hidup, air danau yang kelabu kematian itu memantulkan dinginnya sekitar tanpa sedikitpun kilauan cahaya, menciptakan ketidaknyamanan yang intuitif.
“Bukan Danau Arwah Penasaran, ada aroma jahat dan aneh.” Sebagai salah satu tokoh terkemuka di bidang Nekromansi, Sang Penguasa Arwah berhasil membedakan sedikit perbedaan.
Douglas dan Fernando juga mengangguk: "Seperti arwah kematian yang dademonisasi, mirip dengan sensasi Apussis di Dataran Kerangka."
Apussis, penguasa "Dataran Kerangka" di lapisan ke-123 Abyss yang Tak Terbatas, "Penuai Kehidupan", "Penguasa Maut", pernah tersegel oleh Kunci Sihir Salib Bintang Besar, Raja Iblis legenda tingkat tiga.
Meski berdiskusi, Lucien dan yang lain tidak menunda, cepat melangkah ke jembatan besi.
Tiba-tiba air danau bergolak, sepasang mata merah menyala menatap tajam ke arah jembatan. Setiap manusia biasa yang bertatapan dengan mereka akan kehilangan vitalitas dengan cepat, segera berubah menjadi mayat hidup.
Di atas jembatan besi, tangan-tangan keabu-abuan tiba-tiba menjulur, menggaruk-garuk kehampaan yang dilalui Lucien dan kawan-kawan. Tangan-tangan ini memiliki sendi yang besar, kulit tanpa kilau, dingin dan kaku, mengendur dengan menjijikkan.
Namun sebelum mendekati kaki Lucien, mereka tiba-tiba bermutasi dalam cahaya hijau samar, menumbuhkan jari-jari tak terhitung seperti tentakel monster laut.
Telapak tangan ini akhirnya merekat satu sama lain, menutupi mata merah kristal di bawahnya.
Terhadap hasil ini, Lucien tampak terkejut. Awalnya ingin menggunakan "Perhatian Sang Professor" untuk menyabotase kutukan yang terkandung, tak menyangka justru muncul efek bermutasi yang luar biasa. Padahal dalam kondisi normal, paparan "Perhatian Sang Professor" secara berkelanjutan baru akan menyebabkan sedikit mutasi - dengan premis bahwa mereka belum mengalami maut.
Hasrat penelitian dalam hati melambung tinggi, Lucien melemparkan "Tangan Terbang Douglas" untuk menghancurkan telapak tangan keabu-abuan yang bermutasi, mencabut paksa belasan yang belum bermutasi, membungkusnya erat dan memasukkan ke dalam tas penyimpanan.
Di sekitar kaki Douglas samar-samar muncul lapisan hitam kosong, baik telapak tangan keabu-abuan maupun mata merah kristal di bawah semuanya terdistorsi arahnya; yang mendekati Fernando menghadapi badai hitam berputar, terkoyak berkeping-keping sulit berubah; kaki Klaus tiba-tiba berubah menjadi kaki boneka sihir, tak bereaksi meski digaruk-garuk telapak tangan keabu-abuan; sementara Erika dengan wajah pucat tak berdarah, telah sepenuhnya berubah menjadi mayat hidup legenda, tersenyum sinis menatap mata merah kristal di bawah: "Ayo saja, toh aku sudah jadi undead, masih takut berubah jadi undead?"
"Hmph," Sang Penguasa Arwah Vinsent mendengus keras, api merah tua berkedip cepat. Aura intimidasi samar menyebar, membuat semua telapak tangan keabu-abuan merunduk sendiri, mematungkan mata merah menyala yang kaku.
"Ini seharusnya jebakan khusus untuk manusia hidup. Mayat hidup bisa melewatinya tanpa terpengaruh, sementara yang bukan mayat hidup - tak peduli sekuat apa pun - akan terdeteksi." Sang Penguasa Arwah Vinsent berbisik, berbagai jebakan di Ordo Ksatria Suci Kematian benar-benar membuka wawasan barunya - persiapan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Bersamaan, Erika melantunkan mantra sihir transformasi, mengubah Lucien dan yang lain menjadi mayat hidup sejenis. Mereka pun segera menyeberangi jembatan besi dan tiba di depan aula besar.
Transformasi ini terjadi sangat singkat. "Danau Arwah Jahat" hanya berguling-guling sebentar dua tiga kali sebelum kembali normal, tak menarik perhatian sama sekali.
……
Aula Menara Runcing itu memiliki pintu hitam bertuliskan simbol-simbol aneh. Seolah menggambarkan matahari, tapi juga mirip bola mata pucat kehijauan.
Douglas mengaktifkan "Mata Rahasia Sihir", membuat mata kirinya langsung terbang keluar dan menyatu sempurna dengan udara keabu-abuan, menjadi alternatif penginderaannya.
Semakin mendekati Tungku Jiwa, semakin besar risiko terdeteksi!
Mata kiri ini merayap menyusuri celah-celah tanah, diam-diam menyusup ke dalam istana. Lucien dan yang lain mengamati segala yang terjadi melalui gambar di bola kristal, sambil tetap waspada terhadap sekeliling.
Awalnya gelap gulita di dalam istana. Seiring pergerakan "Mata Rahasia Sihir", cahaya pucat kehijauan mulai muncul - cahaya tanpa sedikit pun kehangatan.
Kemudian, pandangan sepenuhnya terang. Wujud asli pusat aula besar terungkap di hadapan Lucien dan yang lain: kerangka putih mengenakan jubah sihir sedang melakukan ritual sihir tertentu. Di sebelah kiri terdapat cangkir perak penuh darah merah gelap, kanan dihiasi boneka kayu dengan senyum mengerikan terbungkus benang laba-laba coklat kemerahan, sementara area depannya tampak kosong.
"Raja Lich." Lucien mengenali arwah kematian dengan deretan batu permata unik mengelilingi tengkoraknya!
Makhluk abadi legenda tingkat tiga ini adalah penguasa area perifer Ordo Ksatria Suci Kematian.
Sebelum ucapan melalui koneksi mental selesai, Raja Lich tiba-tiba menengadah, dua titik cahaya merah berbentuk jarum di matanya menatap ke arah Mata Rahasia.
"Sial!"
"Kita ketahuan!"
Niat serupa muncul dalam pikiran Lucien dan kawan-kawan. Douglas langsung melantunkan mantra:
"Penghentian Waktu Tingkat Tinggi!"
"Pak!" Cangkir perak terjatuh, darah menguap perlahan. Benang laba-laba coklat kemerahan pada boneka kayu putus semua, tubuhnya muncul retakan-retakan. Sebuah bola cahaya berkedip-kedip tidak stabil muncul di depan Raja Lich, lalu pecah menjadi fragmen-fragmen.
Tapi mereka juga mengacaukan ruang-waktu, membuat Penghentian Waktu Tingkat Tinggi terneutralisasi!
Fernando, Vinsent, Lucien, dan Klaus telah mengepung dari arah berbeda.
Semua batu permata di kepala Raja Lich menyala, tubuhnya tiba-tiba menjadi transparan dan menghilang dari tempatnya, tanpa gelombang teleportasi ruang-waktu yang terdeteksi!
"Ini?" Erika bingung, bagaimana mungkin dia kabur begitu mudah di depan mata mereka?!
Douglas memandang sekeliling: "Dia belum kabur. Masih bersembunyi di suatu tempat dalam aula ini."
"Benar." Lucien mengangguk setuju.
Mereka berdua adalah otoritas dalam bidang ruang-waktu.
Maka, beberapa penyihir pun menutup kedua pintu keluar dan mulai melakukan pencarian teliti sambil merasakan setiap gelombang spell messaging.
Tak lama kemudian, Lucien menemukan pintu rahasia yang dihiasi simbol berbentuk pedang tajam tergantung vertikal.
Setelah pemeriksaan, Douglas membuka pintu rahasia itu, memperlihatkan ruangan yang cukup luas dengan pencahayaan lebih terang daripada area luar.
Ruangan itu kosong, hanya ada lima peti mati hitam. Dua di kiri dan kanan berbaring horizontal seperti biasa, sementara di depan terdapat peti besi hitam pekat yang ditempatkan secara vertikal, seolah sang tuan ingin berdiri selamanya.
Lima peti mati ini tidak panjang, sesuai tinggi badan manusia normal. Terutama yang berdiri tegak di depan, terlihat jelas panjangnya kurang dari dua meter. Di mata Lucien yang mengenakan "Mahkota Matahari", di atas atau depan masing-masing peti mengambang bola cahaya sakral dan megah yang sulit dijangkau. Setiap bola cahaya terhubung dengan tiga sinar berkilauan serupa: satu memanjang dari kehampaan bawah, satu menembus kehampaan atas, dan satu menembus ke dalam peti mati.
"Cahaya keilahian?" Lucien tidak terkejut melihat benda ini di sini.
"Bersembunyi di dalam peti mati?" Klaus bertanya dengan kebingungan.
Douglas tiba-tiba bersuara berat: "Lihat lantai, dinding, langit-langit!"
Lucien memfokuskan pandangannya, menembus abu-abu gelap, melihat deretan lambang salib kuno!
Lambang salib bergaya awal Perang Fajar!
Mengikuti pola antar lambang tersebut, pada lima peti mati juga terdapat pola unik serupa!
Dok, dok, dok!
Dok, dok, dok!
Detak jantung Lucien tiba-tiba berdegup kencang.
