Atas bawah pendek, kiri kanan panjang...
Sang Nabi Agung...
Mata merah kristal yang sarat ejekan...
Gaya santo Gereja Utara yang familiar...
Semua detail bergerak lambat dalam otak Lucien. Sambil menggenggam erat Perisai Kebenaran dan Pedang Kebenaran, suaranya rendah bergetar: "Geno? Penguasa Neraka?"
Pantas saja sekte misterius yang bersembunyi di Gereja Utara ini bisa menggunakan sihir ilahi!
Tidak heran mereka bisa menyesatkan petugas gereja, mengembangkan begitu banyak umat beriman!
Tidak heran Penguasa Neraka memahami Gereja Kebenaran sedemikian mendalam!
"Geno? Heh, orang yang sudah mati ratusan tahun, buat apa mengingat namanya? Cuma benda-benda magis pencuri sihir ilahi yang praktis." Sudut bibirnya terangkat, pria muda berjubah putih itu tak menyembunyikan cibirannya, "Sifat keilahian ini, justru mereka yang tak memahaminya akan menganggapnya penting. Santo Ivan, Santo Alexei, semua itu cuma idiot bodoh yang mengabaikan hal paling krusial. Kalimat ini juga berlaku untuk kalian."
Kalimat terakhir itu diucapkan Tuhan dengan penuh makna.
Setelah memastikan identitas pria muda berjubah putih, hati Lucien semakin berat. Dua item alkimia pengganti tubuh dari Klaus telah habis digunakan dalam dua pertempuran sebelumnya. Kemungkinan lolos dari serangan "Cahaya Penghakiman" sangat tipis, apalagi mantra tersebut dilemparkan oleh perpanjangan diri petarung setingkat mirip dewa!
Pantas saja kami berdua tidak bisa mendeteksi Tuhan lebih awal!
Kini menghadapi makhluk ini lagi, bagaimana harus bertahan tanpa pertolongan Dewa Bulan Perak?
Mantra pengiriman pesan singkat belum selesai, Penguasa Neraka telah melangkah maju dan mengarahkan jari telunjuk kanannya:
"Cahaya Penghakiman!"
Penyihir Gelap nan jahat, terimalah penghakiman akhir zaman!
Ekspresi Tuhan penuh khidmat, dikelilingi cahaya suci. Pilar cahaya megah beraura penghakiman menghujam dari langit langsung ke arah Lucien.
Saat ini, "personifikasi kejahatan" justru lebih menyerupai Tuhan Kebenaran daripada siapapun!
Pilar cahaya suci nan megah menghantam perisai kecil nan indah, memicu ribuan titik cahaya berhamburan. Gelombang ilusi di sekitar Lucien berguncang hebat, kedua kakinya menghunjam dalam ke ubin hitam.
Kilatan cahaya pudar, "Penguasa Neraka" berkomentar: "Pantas disebut Perisai Kebenaran."
Lucien pun sedikit lega. Proyeksi atau avatar ini hanya memiliki kekuatan setara legenda tingkat puncak, belum mampu membunuhnya seketika.
"Kerjamu bersama Bulan Perak tempo hari memberiku 'kejutan' besar. Kini giliranku membalas 'kejutan' serupa," ujar Penguasa Neraka dengan santai, seolah yang dihadapinya bukan penyihir legenda kaya raya, melainkan orang biasa tak berdaya.
Tanpa sepatah kata, Lucien mengayunkan Pedang Kebenaran di tangan kanannya. Kilatan pedang abu-abu perak menyambar dahsyat, mengiris udara menuju sang Penguasa.
Jika diperlukan, lebih baik meledakkan diri daripada mengalami nasib seperti Klaus!
Satu-satunya kelalaiannya adalah kehilangan kesadaran sejenak karena Tungku Jiwa. Jika itu terjadi pada diriku, reaksi yang sama pasti muncul. Ini adalah respons paling tidak sadar setiap Ahli Sihir Oskur ketika berhadapan dengan Misteri Jiwa dan kebenaran dunia - sebuah fanatisme yang tak terbendung. Ahli Sihir Oskur seperti inilah yang benar-benar berdarah berdaging.
Kilatan pedang abu-abu perak membelah pusaran ilusi yang mengelilingi Penguasa Neraka, menghujam tubuh-Nya.
Prak! Suara gelembung pecah menggema. Perpanjangan diri Geno sang Penguasa Neraka remuk bagai ilusi. Di tempat beberapa langkah samping, sosok-Nya muncul kembali, ruang di sekitarnya tampak berkontraksi dan melengkung.
Pupil Lucien menyempit tiba-tiba. Ini bukan teleportasi, bukan sihir ilahi atau sihir biasa. Murni kecepatan! Pada sekejap kilatan pedang terkunci dan terayun, Dia telah berpindah ke samping dengan kecepatan yang tak terbayangkan, menyisakan bayangan samar di tempat semula.
Inilah kecepatan yang mutlak akan memicu efek teori relativitas!
"Sedangkan kecepatan kilatan pedang pada dasarnya hanya bergantung pada diri yang mengayunkannya, bukanlah cahaya sejati!"
"Hanya sebatas ini, anak kecil? Kekuatan ilahinya bertabrakan dengan sifat sihir mirip ilahi-ku, hanya bisa sedikit menyatukan tenaga fisik. Seperti ini pun kau tetap tak bisa mengenaimu?" "Penguasa Neraka" Maldimor berkata dengan senyum ejekan yang tak pernah berubah, mengangkat tangan kanannya:
"Tombak Pemurnian!"
Ujung tombak gemilang nan dingin terkumpul, melesat cepat ke arah Lucien. Aura suci membersihkan nuansa maut pekat dan hitam-putih yang membeku di sekelilingnya bagai Kerajaan Surga di Bumi. Udara seakan bergema dengan kidung suci yang bersahutan.
Dang!
Ujung tombak menghantam "Perisai Kebenaran", mengeluarkan denting logam jernih nan ganjil. Tangan kirinya mulai gemetar jelas, gelombang ilusi melambat secara misterius. Sensasi ruang-waktu lain kian memudar, seakan dua dunia sedang berasimilasi.
Serangan-Nya jauh lebih kuat daripada Mumi Kuno, mungkin Perisai Kebenaran bisa bertahan lama, tapi diri mereka belum tentu sanggup bertahan satu menit!
Tangan kanan mengayunkan Pedang Kebenaran kembali, kilatan pedang abu-abu perak langsung menghantam Penguasa Neraka yang terlihat tak bertahan.
Prak, ilusi kembali pecah. Tuhan lagi-lagi mengandalkan kecepatan mengerikan untuk dengan paksa menghindar dari kilatan pedang dalam waktu singkat, namun terlihat begitu santai seolah sedang berjalan di taman mendekati Lucien.
Kilatan pedang demi kilatan pedang menghujam, siluet demi siluet hancur, namun kenyamanan "Penguasa Neraka" ini tak berubah sedikitpun. Mantra-mantra sihir ilahi legenda yang dilancarkan-Nya membuat tangan Lucien yang memegang Perisai Kebenaran sudah mati rasa, pertahanan takkan bertahan lama lagi.
Saat itu, dari belakang istana terdengar lolongan yang mengguncang langit dan bumi, lima mayat hidup legenda membawa lautan mayat hidup bak bencana alam akan tiba di medan pertempuran. Di belakang mereka, masih ada gelombang arwah kematian legenda yang berdatangan!
"Jalan mundur di belakang sudah disekat, arah lain harus melewati 'Penguasa Neraka', sangat mudah dijebak oleh-Nya..." Pikiran Lucien bergerak cepat dalam jiwanya, menganalisis situasi terkini yang dihadapinya.
"Sayangnya, membawa Perisai Kebenaran membuat sulit bergerak. Andai saja dengan perisai pertahanan tingkat tertinggi ini, aku bisa langsung menerobos dari Bencana Mayat Hidup."
Perisai Kebenaran mirip dengan "Penjagaan Ilahi", untuk mencapai efek maksimal harus diam di tempat. Gerakannya sangat tidak fleksibel. Jika ingin tetap bergerak, Lucien sama sekali tidak yakin bisa menerobos blokade "Penguasa Neraka" atau lima mayat hidup legenda di belakang, apalagi masih ada arwah kematian legenda yang terus berdatangan dari segala penjuru.
Sambil menahan serangan demi serangan sihir ilahi, penglihatan dan medan energi spiritual Lucien terus menyapu sekeliling. Tiba-tiba, sorot matanya tertancap pada "Tungku Jiwa". Ratusan wajah jiwa yang tenang maupun mengerikan itu mengawasinya dengan tatapan merendahkan, menciptakan sensasi bulu kuduk berdiri yang mencekam.
Menggelengkan kepala untuk melepaskan perasaan itu, tiba-tiba ide muncul di benak Lucien:
"Berdasarkan ingatan Alder dan catatan Viken, hanya segelintir mayat hidup legenda yang berani mendekati Tungku Jiwa... Area sekitar Tungku Jiwa juga tidak dijaga. Jika bisa masuk ke dalam, ancaman Bencana Mayat Hidup akan sementara terhindar. Sang Penguasa Neraka mungkin takkan mengejar, karena tidak worth it bagi Setan untuk mengorbankan avatar Geno hanya untukku - ini transaksi yang merugikan bagi-Nya. Pasti masih ada konspirasi atau tujuan lebih besar..."
“Selama arah penyusupanku tidak bersamaan dengan-Nya, seharusnya aku tidak akan menjadi target buruan. Jika aku bersembunyi di sekitar Tungku Jiwa tanpa melakukan eksplorasi mendalam, aku juga tidak akan mengalami nasib terperangkap seperti Maskelyne dkk. Ketika durasi Sihir Berkat Ilahi habis, Yang Mulia Ketua Dewan dan Guru pasti akan mencariku atau mengalihkan Bencana Mayat Hidup, sehingga aku bisa lolos secara tak terduga...”
“Peramal juga pernah berkata, jika menghadapi bahaya besar, majulah ke depan, jangan terburu-buru mundur...”
Gelombang mayat hidup membanjir dari lubang di istana yang ditembus Mumi Kuno - naga tulang, lich, hantu, serta dua Mumi Kuno lain dengan perban kecoklatan. Mata merah menyala mereka memancarkan aura aneh yang membekukan.
“Tak heran Maskelyne bilang di sini sering terlihat ‘wajah berkesan’ para Mumi Kuno…” Lucien menggerutu dalam hati, tak sempat berpikir panjang lagi. Ia segera mengambil keputusan, menyimpan Pedang Kebenaran di tangan kanan, lalu menggantinya dengan "Moon Hourglass" berdesain rumit nan indah.
Ibu jari Lucien melesat di atas dial putih keperakan. Waktu di area sekitarnya berdistorsi mengikuti hentakan kacau jarum detik hitam. Anak panah tulang dan mantra-mantra aneh yang meluncur ke arahnya bagai layang-layang putus, berhamburan tak tentu arah.
Bahkan "Penguasa Neraka" pun terkena imbasnya. Gerakannya jadi kontradiktif seperti boneka kayu dengan sendi rusak.
Memanfaatkan kesempatan ini, Lucien menyimpan Perisai Kebenaran, membatalkan transformasi, lalu bersiap melakukan teleportasi presisi menuju Tungku Jiwa!
——Di dalam Ordo Ksatria Suci Kematian, teleportasi memiliki jangkauan terbatas akibat kekacauan ruang-waktu.
Saat itu, "Penguasa Neraka" mengangkat sudut bibirnya lagi, aura cemoohan yang pekat menyergap, berkata tanpa terpengaruh sedikit pun:
"Cahaya Penghakiman!"
Sebelumnya aku hanya menipu Anda!
Sebenarnya aku selalu kebal terhadap manipulasi waktu, kebal terhadap Penghentian Waktu Tingkat Tinggi!
"Perlindungan Elemen!" Lucien hanya sempat mengucapkan mantra ini.
Seperti cahaya yang dikelilingi ribuan malaikat, energi menghantam tubuh Lucien dengan dahsyat. Kubah perlindungan elemen yang berwarna-warni bertahan sebentar sebelum berkeping-keping. Kulit Elemen aktif secara refleks, Penyerap Mantra menelan energi dengan gila-gilaan, Pengurutan Mantra meluncurkan tiga mantra Kulit Batu, Daftar Mantra menyusun lapisan-lapisan Dinding Gaya sebagai pertahanan terakhir.
Retak-retak! Di bawah Cahaya Penghakiman, lapisan pertahanan Lucien retak satu per satu. Tiba-tiba, dia menghilang dari tempatnya dan muncul kilatan cahaya di sisi lain!
Di bawah "Perlindungan Elemen" dan berbagai perlindungan sihir efek pemicu serta pasif, Lucien akhirnya berhasil menahan serangan "Cahaya Penghakiman" ini!
Dalam Bencana Mayat Hidup, mayat hidup berwujud centaur yang tersembunyi mengangkat tangan, melepaskan panjang hijau pekat yang menembus pusaran ruang, langsung menghujam ke depan Lucien.
"Benteng Arwah Kematian!"
Cincin Kanggos memancarkan kilatan hitam, jiwa-jiwa dan anggota tubuh membentuk tembok arwah yang saling menetralkan panah legenda ini.
Untunglah banyak benda legenda yang kumiliki, kalau tidak pertahanan tak akan sempat!
Penguasa Neraka telah melewati masa recovery setelah menggunakan mantra, mata merah kristalnya mengejek memandang Lucien, bersiap untuk mantra berikutnya.
Lucien buru-buru menekan tombol agak ke kiri pada Moon Hourglass dengan jari tengah, bola hitam kosong berbentuk setengah lingkaran menyelimuti Penguasa Neraka, membekukannya sesaat.
Bersamaan itu, ia melantunkan mantra:
"Tongkat Ruang-Waktu!"
Tongkat Raja yang berkilauan cahaya terkumpul di tangan kiri Lucien. Saat tongkat itu disentuhkan perlahan, aliran ruang-waktu sekitarnya kembali melambat secara drastis. Gerakan Bencana Mayat Hidup dan mayat hidup legenda terhenti sejenak, sementara belenggu ruang yang tak diketahui asalnya langsung hancur.
Gelombang ruang muncul. Lucien berteleportasi dengan presisi ke depan Tungku Jiwa. Tanpa ragu, ia menembus tirai kelabu yang menyerupai bentuk tungku itu, tak sempat mempelajari entitas transendental yang menyimpan Misteri Jiwa ini!
Pada saat itu, Lucien merasakan sensasi aneh - seolah ada Siapa yang mengawasinya dari atas Tungku Jiwa, memandangnya dengan tatapan dingin dan acuh dari kejauhan.
Saat menoleh tiba-tiba, pandangan Lucien bertemu dengan sosok wajah yang membeku di dalam Tungku Jiwa.
Di langit, sosok "Dia" yang agak transparan itu berambut hitam bermata hitam, tampan dan berpendidikan, dengan senyum ramah mengembang di sudut bibirnya.
"Dia begitu familiar, membuat diri mereka seolah sedang bercermin!"
Sebuah cermin yang mengerikan!
"Aku?"
Wajah jiwa ini tak lain adalah Lucien Evans sendiri!
Seolah merasakan pandangan Lucien, wajah jiwa ini mulai bergelombang, perlahan menunjukkan perubahan wajah yang tetap terasa sangat familiar.
Itu adalah Xia Feng dari Bumi, diri mereka di kehidupan sebelumnya!
Wajah Lucien Evans dan Xia Feng menyatu sempurna pada wajah jiwa ini!
Otak terasa membeku, Lucien merasa sesak napas.
