Dalam goyangan halus pedang keabuan, Rhine tiba-tiba muncul di belakang pintu yang belum tertutup, meninggalkan bayangan ilusi yang perlahan menghilang. Dengan nada setengah geli dan kesal ia berkata: "Kau juga menemukan monster yang bisa menyamar dengan sempurna itu?"
Nada bicaranya terdengar sedikit lega, seolah telah memastikan bahwa Lucien adalah asli.
Lucien mengawasinya dengan waspada, setelah memperkuat Pikiran Mekanis dan Penghalang Mental, dirinya tetap rasional dan tenang tanpa langsung menyerang: "Tuan Rhine, bagaimana aku bisa memastikan bahwa Anda benar-benar diri sendiri?"
Setidaknya Anda harus memberikan fakta yang tak terbantahkan. Jika tidak, lebih baik kita berpisah jalan.
Rhine menahan pintu agar tidak tertutup, tersenyum: "Aku paham. Aura, garis darah, fisik, atau ingatan tak bisa dijadikan patokan untuk membedakan monster penyamar. Sebelumnya aku bahkan terluka karenanya. Tapi satu hal..." Ia menekankan, "Kecuali monster itu adalah Tuhan Kebenaran sendiri, aku yakin mereka takkan bisa meniru ini."
"Apa itu?" Lucien sepertinya sudah menebak jawaban Rhine.
Di balik jas merah Rhine, sepasang sayap kelelawar raksasa mulai muncul. Cahaya bulan keperakan samar-samar bersinar, aura mirip dewa yang menjulang dan transenden turun ke dunia, membuat aula kelabu seolah diterangi bulan perak yang benar-benar terbit perlahan: "Ini aura leluhur, monster itu pasti tidak bisa menyamar sebagai makhluk mirip dewa. Dan aura yang terpaut di tangan kirimu membuatku yakin kau bukan palsu."
Merasakan aura Aetna yang familiar, Lucien baru menghela napas lega. Dengan sisa aura bulan perak dan entitas mistis dunia mayat hidup di tangan kiri, ia mempertunjukkan semuanya tanpa ragu: "Baiklah, aku percaya Anda adalah Tuan Rhine. Jika monster bisa meniru aura mirip dewa, maka tertipu atau tidak, hasilnya tetap sama - aku tidak akan bisa lolos."
Rhine batuk dua kali, sudut bibirnya mengalirkan setetes darah. Meski bagi vampir, muntah darah menandakan luka serius, ia tersenyum acuh tak acuh: "Hati-hati adalah pilihan normal. Aku hanya lengah sesaat."
"Monster yang kuhadapi menyamar sebagaimu. Bagaimana denganmu?" Lucien menyimpan Pedang Kebenaran, namun tetap memegang Perisai Kebenaran, sikap siaga tak kendur.
Rhine kembali batuk: "Ia menyamar sebagai Pangeran Vampir lain yang dekat denganku."
"Oh, berarti monster tak hanya bisa meniru makhluk yang masuk 'Labirin Kelabu', tapi juga mensimulasi petarung kuat lain." Lucien mengerutkan alis, prinsip apa yang mendasarinya?
"Labirin Kelabu" adalah sebutan Lucien untuk aula kelabu dengan gerbang hitam besar.
“Labirin kelabu? Hehe, tempat ini disebut 'Dunia Pintu', setidaknya begitulah sebutan dari para Penyihir Legendaris yang pernah menghilang di sini.” Tuan Rhine membetulkan penamaan Lucien, “Aku curiga 'Dunia Pintu' ini ada keanehan, mungkin ingatan kita tak bisa dirahasiakan di sini, jadi monster itu menyamar berdasarkan ingatanku tentangnya.”
Ingatan tak bisa dirahasiakan, lantas bagaimana dengan rahasiaku berasal dari Bumi? Perpustakaan jiwa? Lucien mengerutkan kening memikirkan masalah serius ini, apakah nanti akan melihat monster itu menyimulasikan Yuanshi Tianzun, Taishang Laojun, Gundam, Super Saiyan, kapal penghancur bintang, atau meriam pengecut?
Benar-benar dunia yang spektakuler...
“Dunia Pintu? Apakah Tuan Rhine menemukan barang-barang peninggalan Viken dan yang lain?” Masalah perpustakaan jiwa tak bisa didiskusikan dengan Rhine, Lucien beralih bertanya tentang poin penting lainnya.
Rhine menggelengkan kepala: "Aku datang ke sini dengan melacak fragmen-fragmen mistis dalam tubuh Salder. Sebelum diserang, hanya menemukan beberapa lembar kertas sobekan yang berisi catatan-catatan."
Tanpa menyembunyikan apapun, dia mengeluarkan beberapa lembar kertas kelabu dan "menerbangkannya" ke arah Lucien.
Dengan hati-hati menggunakan "Tangan Penyihir" untuk menangkapnya, Lucien buru-buru membaca sekilas:
"...Di sini seolah ada tak terhitung gerbang hitam besar. Di balik setiap pintu mungkin tersimpan kejutan, tapi tentu juga bahaya. Kami menamakannya 'Alam Semesta Gerbang'..."
"...Di balik beberapa gerbang, kami secara kebetulan menemukan makhluk-makhluk aneh. Mereka tampaknya memiliki kemiripan dengan penelitian yang pernah kami lakukan sebelumnya. Kalau bukan karena sudah punya beberapa hasil penelitian, mungkin kami takkan pernah menemukan mereka..."
"...Mungkin melalui penelitian terhadap makhluk-makhluk ini, kita bisa menemukan cara untuk memasuki sana..."
"...Sepertinya pernah ada yang masuk ke sini sebelumnya..."
Dari dua lembar kertas tersebut, tulisan tangan di salah satunya sangat familiar bagi Lucien. Satu adalah milik McLeod yang dilihat sebelumnya, satunya lagi milik "Peramal" Maskelyne.
"Makhluk aneh, apakah monster-monster itu jumlahnya banyak?" ujar Lucien sambil merinding, dalam hati menganalisis isi serpihan kertas terakhir. Ada yang pernah masuk ke sini? Sebelum Maskelyne dan kelompoknya?
Rhine menutup gerbang hitam besar, mengeluarkan saputangan putih bersih untuk mengusap darah di sudut bibirnya sambil menggeleng, "Tidak mungkin. Jika jumlah monster banyak, mana mungkin Maskelyne dan kawan-kawannya sempat menemukan mereka dan mencatat dengan santai seperti ini."
Maksudnya, kelompok Maskelyne pasti langsung dihabisi tak lama setelah masuk. Soalnya kekuatan mereka jauh di bawah Rhine yang mampu memanggil bulan perak turun. Apalagi jumlah mereka banyak, mudah sekali memberi kesempatan pada monster pandai menyamar.
“Benar juga, bahkan Tuan Rhine sendiri bisa diserang secara mendadak sampai luka berat.” Lucien mengangguk perlahan, “Ngomong-ngomong, Tuan Rhine, tingkat kekuatan monster yang Anda temui seberapa?”
Rhine melipat saputangan dan memasukkannya ke kantong jas: “Legenda tingkat puncak, benar-benar sejati legenda tingkat puncak. Aku harus memanggil kekuatan leluhur baru bisa mengusirnya. Tapi seandainya aku tidak lengah, meski tak bisa mengalahkan, setidaknya bisa kabur.”
Setelah jeda sebentar, ia tersenyum dengan humor: “Aku ini jantan legenda tingkat tiga.”
“Kenapa monster yang kuhadapi cuma legenda tingkat dua?” Lucien tampak kebingungan, “Mungkin kita berhadapan dengan monster berbeda?”
“Kalau memang berbeda, mengapa kebetulan selalu satu tingkat lebih tinggi dari kekuatan kita?” Rhine dengan tanggap menangkap kejanggalan, “Selain kemampuan memanggil leluhur, aku legenda tingkat tiga. Sedangkan tanpa peningkatan dari perlengkapan, kamu seharusnya hanya setingkat legenda pertama kan?”
Di sini, dia tidak tahu perbandingan waktu dengan dunia luar, jadi tidak berani memastikan apakah "monster" seperti Lucien yang memiliki kecepatan peningkatan level tak terbayangkan ini sudah naik ke legenda tingkat dua.
Lucien kembali merasakan keakraban aneh itu, seolah-olah pernah mengalami situasi serupa di suatu tempat, tapi tak juga menemukan pengalaman yang memenuhi syarat. Dia hanya bisa merenung: "Benar, legenda tingkat satu. Mungkin ada batasan khusus yang membuat monster hanya bisa menunjukkan kekuatan satu tingkat di atas target?"
"Mungkin saja." Rhine tersenyum seperti biasa, seolah memberi dorongan pada Lucien untuk terus berspekulasi.
Tiba-tiba Lucien mendapat ide, menatap Rhine sambil tersenyum: "Tuan Rhine, jika inferensi ini valid, menurut Anda saat kita berdua bergerak bersama, apakah kita akan menemukan satu monster atau dua? Apakah kekuatannya legenda tingkat dua atau tingkat puncak?"
"Seharusnya satu monster legenda tingkat puncak." Rhine menjawab setelah berpikir sejenak.
Lucien "dingin" memalingkan wajah: "Kalau begitu lebih baik kita berpisah."
"Maaf, saya akan terus kebetulan searah denganmu." Rhine menjawab dengan gaya humoris, "Selain itu, seorang pengamat berpengalaman yang menguasai rahasia tersembunyi sangat berguna di sini. Lagipula, semua tadi masih sebatas hipotesis."
Lucien tersenyum: "Saya juga khawatir jika bertindak sendirian akan menemukan monster legenda tingkat puncak. Jadi lebih baik Tuan Rhine yang membopong saya. Saya rasa tidak akan ada monster tingkat mirip dewa... Eh, Tuan Rhine, saya tidak berniat melanjutkan eksplorasi, bersiap kembali. Tempat ini tidak jauh dari pintu masuk, hanya belasan pintu hitam. Apakah Anda ikut?"
"Saya mengalami luka berat, jelas tidak cocok untuk tetap tinggal." Rhine mengeluarkan lengan boneka hijau pucat, "Untung bertemu denganmu yang tahu pola perubahan koordinat ini, kalau tidak saya tidak tahu harus menjelajah sampai kapan. Ini bayaran di muka, komponen boneka pengganti buatan Metode unik McLeod. Menganalisisnya akan memberimu Hasil yang lumayan."
Mengamati lingkungan dan menyimpulkan pola adalah keahlian Penyihir Gelap, terutama yang dari kalangan Ahli Sihir Oskur. Rhine sendiri sangat menyadari kemampuan dirinya.
Wajah Lucien langsung berubah hijau, kembali siaga: "Tuan Rhine, letakkan lengan boneka itu di tanah."
"Ada apa? Tadi kamu tertipu karena diberi lengan boneka?" Rhine tertawa lepas, dengan santai melemparkan lengan boneka ke tanah, mengawasi Lucien mengambilnya dengan Tangan Penyihir.
Setelah memegangnya, barulah Lucien menyadari itu lengan satunya yang cocok, persis satu set.
Agak lega, Lucien mendorong gerbang hitam besar di belakangnya. Yang muncul di hadapannya adalah aula kelabu yang familiar, dengan jejak-jejak pola sihir keperakan di tanah.
"Tidak, bukan 'itu' yang sebelumnya." Lucien segera membedakan, pola sihir rumit ini secara keseluruhan membentuk bagian lain dari hexagram.
"Hmm, sobekan kertas?" Rhine juga menemukan fragmen kelabu muda, langsung memperlihatkannya pada Lucien:
"Tidak"!
Mirip dengan fragmen bertuliskan "Setan" sebelumnya, terpancar kegilaan dan ketakutan yang histeris. Sementara itu, Lucien menemukan kaki kanan boneka sambil menghafal pola sihir rumit tersebut.
Mengumpulkan tiga komponen boneka sekaligus, Lucien bukannya bahagia malah penuh kebingungan dan serius: "Mengapa fragmen-fragmen dan komponen boneka ini menunggu untuk kami temukan?"
"Terlalu banyak aula di Dunia Gerbang, mungkin monster-monster pun belum menemukan semuanya." Rhine mengajukan hipotesis.
Lucien menggelengkan kepala: "Lalu mengapa dia bisa menemukan kita dengan akurat?"
……
Di aula kelabu, Douglas dan Fernando yang dikelilingi berbagai mantra peringatan berjalan dengan mantap.
"Di sini selain aula dan gerbang hitam, tidak ada hal lain?" Fernando memandang sekeliling, bahkan tidak ada bahaya atau monster? Justru ini yang membuat lebih waspada, ini adalah bagian terdalam dunia mayat hidup, tempat di mana banyak Penyihir Legendaris menghilang!
Douglas memandang sekeliling: "Perubahan posisi sangat cepat, tetapi sesuai dengan pola perubahan koordinat yang ditinggalkan Maskelyne. Tapi dengan begini, akan sulit bertemu Lucien. Kita hanya bisa meninggalkan tanda rahasia di sepanjang jalan, agar dia bisa menemukan jalan keluar sendiri dan meninggalkan tanda yang sama untuk kita."
"Dia pasti bersembunyi di sekitar sini sebentar lalu kembali ke pintu masuk. Kita juga perlu menghitung waktu dengan tepat." Fernando telah menduga rencana muridnya sejak menemukan perubahan posisi aula yang cepat.
Sambil berbicara, dia membuka sebuah gerbang hitam besar dengan sihir.
……
"Indra aura kehidupan?" Rhine kembali melakukan inferensi.
Sebelum suara menghilang, keduanya serentak mengangkat kepala dalam kondisi siaga menatap gerbang hitam besar yang perlahan terbuka.
