Seiring gerbang hitam besar terbuka perlahan, Lucien menggenggam Perisai Kebenaran di tangan kirinya lebih erat. Jika yang datang adalah monster itu, menurut inferensi kami bersama Rhine, kemungkinan besar memiliki kekuatan setara legenda tingkat puncak.
Mata merah segar, postur tubuh pendek, jubah sihir yang sedikit menyapu lantai, wajah tampan namun terlihat menua puluhan tahun... Semua yang familiar ini membuat Lucien spontan berseru: "Guru."
Kemudian, ia melihat sosok tinggi membungkuk di belakang guru Fernando yang berwibawa dan penuh kebaikan: "Yang Mulia Ketua Dewan."
Fernando tidak langsung merespons. Ia terdiam selama belasan detik seolah sedang memastikan identitas Lucien secara diam-diam, lalu tampak lega: "Tidak ada bahaya di sini kan?"
……
Fernando membuka gerbang hitam besar dengan sihir, tiba-tiba merasakan dua aura di dalamnya. Kegenapannya semakin waspada, Jubah Penguasa, Mata Badai, dan Teknik Pembalikan siap dilepaskan kapan saja.
Tak lama kemudian, suara Lucien terdengar: "Guru, Yang Mulia Ketua Dewan."
Kecemasan di hatinya sedikit berkurang, namun ia tetap tak lengah. Diam-diam menggunakan berbagai metode magis untuk memastikan identitas Lucien. Douglas juga sedang memverifikasi keistimewaan "Sang Pengelabu Takdir" lewat Astrologi.
……
Meski berbagai ciri khas seperti aura dan gelombang energi spiritual menunjukkan bahwa yang dihadapannya benar-benar guru dan Ketua Dewannya sendiri, pengalaman sebelumnya membuat Lucien tak mau gegabah. Perisai Kebenaran di tangannya tetap terangkat: "Yang Mulia Ketua Dewan, Guru, di sini ada monster yang bisa berubah secara autentik menjadi siapapun dengan ciri identik. Bahkan indra terhadap sumber darah asli pun berhasil disimulasikannya. Baru saja aku bertemu wujudnya yang berubah menjadi Tuan Rhine."
Fernando membelalakkan matanya: "Maksudmu kami adalah monster palsu? Bahkan proyeksi semiplanar pun bisa ditirunya?"
Badai hitam mengamuk di sekelilingnya, suara menggelegar seperti halilintar, "Neraka Halilintar" turun langsung.
Melihat raungan khas dan badai yang familiar, Lucien merasa dadanya hangat, mulai percaya ini benar-benar sang Guru.
Douglas merenung sejenak: "Lucien, mengingat Pangeran Mata Perak masih menemanimu, berarti kalian punya metode khusus untuk memverifikasi identitas. Apa yang perlu kami lakukan untuk koordinasi?"
"Kami menggunakan aura leluhur untuk konfirmasi. Kurasa kalian tak mungkin memilikinya." Rhine tersenyum menjawab menggantikan Lucien, "Tapi solusinya sederhana. Karena jarak dari pintu masuk tidak jauh, kami tak perlu menemani kalian. Sebagai legenda tingkat puncak, tentu kalian bisa kembali sendiri. Begitu sampai di luar, semua akan jelas."
Berada di tempat berbahaya seperti "Dunia Gerbang" dengan monster yang bisa menyamar sebagai siapa saja, hati manusia selalu dipenuhi kecurigaan. Lucien hingga kini masih belum sepenuhnya menghilangkan kewaspadaan terakhir terhadap Rhine, karenanya ia mendukung penuh usul tersebut dengan kedua tangan dan kakinya.
Fernando menggeram, "Bualan! Jika ada monster mengerikan seperti itu, apakah ia akan diam-diam membiarkan kalian pergi? Apa kau masih tidak bisa memastikan identitasku?!"
Meski menggeram, ia tetap rasional. Tanpa meremehkan monster, ia mengosongkan jalan.
"Kalau begitu, pergilah kalian dulu ke pintu masuk. Kami akan menyusul sambil berjaga-jaga terhadap pengejaran monster." Douglas tak terkejut dengan usulan Rhine. Ia mengangguk pelan tanda setuju.
Maka dua penyihir legenda tingkat puncak itu berdiri di sudut aula kelabu, menyisakan gerbang hitam besar. Lucien dan Rhine berjalan sangat hati-hati menuju gerbang dekat pintu masuk, saling berjaga di sisi masing-masing. Baru ketika hampir memasuki gerbang, mereka sedikit lega.
Saat itu, Douglas dan Fernando juga meninggalkan tempat mereka, mengikuti di belakang kedua orang itu.
Tindakan seperti ini sebenarnya tidak masalah, tapi Lucien diam-diam merasa cemas. Durasi teknik transformasinya hampir berakhir. Untuk menggunakan kembali, diperlukan beberapa detik waktu stabilisasi darah - beberapa detik yang sangat berbahaya. Lingkungan saat ini tidak memungkinkan adanya kelalaian sedikit pun.
Meminta Guru dan yang lain mengikuti dari seberang aula? Tapi kalau begitu, jika bertemu monster yang berubah menjadi petarung legenda tingkat puncak, bukankah kita kehilangan Bantuan terbesar?
Harus mencari cara untuk memastikan identitas mereka... Pikiran Lucien berputar cepat.
Melihat Rhine hendak membuka gerbang hitam besar di depan, Fernando dan Douglas yang khawatir mereka akan bertemu monster legenda tingkat puncak, semakin mendekat.
Tiba-tiba mereka mendengar suara Lucien: "Yang Mulia Ketua Dewan, Guru, tunggu sebentar."
"Ada apa?!" Fernando terdengar seperti menahan amarah karena imannya diragukan.
Rhine memandangi Lucien dengan heran, tak tahu apa yang ingin dikatakannya.
Dengan penuh khidmat Lucien bertanya: "Yang Mulia Ketua Dewan, Guru, bagaimana cara menyelesaikan model atom dengan dua elektron menggunakan mekanika matriks?"
"Hmm..." Fernando dan Douglas terkaget-kaget.
……
"Aura, gelombang energi spiritual, ciri khas darah semuanya cocok..."
"Ramalan posisinya menyimpang, tapi mungkin bukan 'Sang Pengelabu Takdir', karena bisa menggunakan metode lain untuk menciptakan efek serupa..."
Dalam koneksi mental, Fernando dan Douglas berkomunikasi intensif. Mereka tak boleh lengah - pengalaman berulang kali mengambil risiko membuat mereka selalu menjaga sikap hormat terhadap semua tempat berbahaya, tidak akan buta percaya pada sihir mereka sendiri. Apalagi ini adalah kedalaman dunia mayat hidup, tempat banyak Penyihir Legendaris menghilang!
"Seharusnya Lucien, tapi meskipun benar Lucien, kita tak boleh lengah. Bukankah banyak penyihir yang tergoda Setan lalu merosot dan menyimpang dari sifat aslinya?" Fernando kali ini sama sekali tidak terlihat pemarah atau tergesa-gesa. Dalam petualangan masa lalunya, dia beberapa kali hampir mati karena masalah karakter, namun kini sudah bisa menahan diri dengan efektif.
Lucien yang mengangkat Perisai Kebenaran berkata dengan gugup namun bersemangat: "Yang Mulia Ketua Dewan, Guru, ada monster mengerikan di sini yang mencapai level legenda puncak. Jika bukan karena bertemu Tuan Rhine dan mendapat pertolongan tenaga pemanggilan Aetna Bulan Perak di momen genting untuk sementara mengusir monster itu, mungkin aku sudah tewas."
"Ayo cepat kita pergi dari sini!"
"Di mana Pangeran Mata Perak?" Douglas menatap sekeliling dengan kebingungan.
Fernando sedikit mengerutkan kening: "Hanya monster legenda tingkat puncak?"
Kata "hanya" ini benar-benar menunjukkan 'kebanggaan' yang khas darinya.
"Tidak tahu, setelah itu aku terpisah darinya. Dan di sini adalah 'dunia gerbang', tanpa mengetahui koordinat, mustahil untuk mencari." Kata Lucien dengan sedikit putus asa, "Dan monster itu mungkin lebih mengerikan dari yang kita lihat. Aku mendapatkan beberapa peninggalan dan catatan dari Tuan Maskelyne dan kawan-kawan, penuh dengan keputusasaan dan histeria."
"Catatan, peninggalan? Perlihatkan." Douglas berkata dengan serius.
Lucien mengeluarkan buku catatan kelabu dan peninggalan hijau tua, menyimpan "Perisai Kebenaran", hendak menyerahkan ke Fernando.
"Tunggu." Douglas tiba-tiba menghentikan, "Kirim dengan sihir, jangan mendekat."
"Yang Mulia Ketua Dewan? Apa maksud Tuan?" Lucien berpura-pura tidak mengerti.
Douglas berkata dengan lembut: "Di sini adalah tempat terdalam dunia mayat hidup, segala perubahan mungkin terjadi. Lebih baik berhati-hati. Jaraknya tidak jauh dari pintu masuk, lebih baik kita lihat di luar nanti. Kau pergi dulu, kami menyusul."
Lucien mengangguk pelan: "Ini cara yang sangat tepat."
……
Setelah kebingungan sesaat, Douglas tertawa pahit: "Bukankah masalah ini belum ada jawaban dan arah pemikiran?"
"Karena itu, aku ingin mendengar pendapat kalian, diskusi Okultisme normal, diskusi Okultisme tentang arah baru." Lucien tersenyum.
Kenangan bisa didapat melalui taktik khusus, darah dan gelombang energi spiritual bisa disamarkan dengan nyata, tetapi kemampuan menyintesis pengetahuan dari ingatan dan pola pikir yang terangkat dari ingatan - Lucien yakin ini adalah ciri paling unik setiap orang, sama seperti Jiwa, sulit disimulasikan monster. Dalam arah Okultisme baru yang belum ada metodologi penelitian, kedua aspek ini akan terlihat secara memuaskan.
Jika di Bumi, Lucien masih ragu memastikan ini. Tapi di sini ada Jiwa, pola pikir terkait erat dengan Jiwa - milik esensi terdalam. Jika monster bisa menyimulasikan ini semua secara nyata, Lucien bahkan tak berani membayangkan hakikat keberadaan setiap makhluk: Siapa aku? Aku siapa?
"Membahas masalah Okultisme di saat seperti ini? Kamu gila?" Fernando mengeluarkan amarahnya.
Lucien tak mundur selangkah: "Monster hanya bisa mendapatkan kenangan, tapi Dia tak bisa menyintesis pengetahuan dari kenangan itu, tak bisa menggunakannya untuk memecahkan masalah Okultisme baru. Ini metode identifikasi terbaik."
Fernando tiba-tiba tersenyum: "Sungguh merepotkan, bukankah lebih baik mati ditipuku dengan patuh? Harus memaksaku bertindak!"
Sebelum suaranya menghilang, seluruh tubuhnya pecah bagai gelembung sabun, menyatu ke dalam tubuh Douglas. Senyum misterius mengembang di wajahnya:
"Penghentian Waktu Tingkat Tinggi!"
Kelabu membeku, putih pucat muncul, segala sesuatu di sekitar berhenti beroperasi. "Perisai Kebenaran" di belakang layar seolah terpengaruh oleh "ruang-waktu lain", menjadi sangat lambat sehingga Lucien tidak bisa mengayunkan "Pedang Kebenaran". Bahkan efek pelemahan "Moon Hourglass" terhadap kekuatan ruang-waktu tidak mencapai hasil yang diharapkan. Lucien hanya bisa mengawasi "Douglas" dengan sudut pandang aneh sementara pikirannya masih relatif normal.
Inikah "Penghentian Waktu Tingkat Tinggi" yang dilemparkan legenda tingkat puncak?
Ternyata bahkan dengan kombinasi "Moon Hourglass" dan "Perisai Kebenaran", pengaruhnya masih begitu kuat!
"Blaze Abadi!"
Dalam efek penghentian waktu, "Douglas" menekan kedua tangan sambil mengucapkan mantra.
Jika diriku mati di bawah "Penghentian Waktu Tingkat Tinggi" plus "Blaze Abadi", benar-benar "tidak bisa menutup mata"!
Saat ini, Lucien tidak tahu apakah kematian di dunia mistis "Gerbang" akan membuatnya regenerasi di dunia luar, atau terkunci selamanya di sini seperti hantu.
……
Lucien mengangguk pelan: "Ini cara yang sangat tepat."
Sambil berkata demikian, ia bersiap melangkah melewati Douglas dan Fernando.
Pada saat itu, senyum di wajahnya berubah misterius, jari telunjuk tangan kanannya menunjuk: "Cahaya Penghakiman"!
Seberkas cahaya agung nan khidmat seolah turun langsung dari Gunung Surga, membawa wibawa yang membinasakan segala jejak.
"Teknik Pembalikan!" Fernando melemparkan mantra yang telah dipersiapkannya.
Sebuah cermin penuh pola-pola mistis nan indah muncul, bagai terhubung ke dunia lain.
Cahaya Penghakiman menghantam cermin itu lalu berbalik arah, mengena "Lucien", namun hanya menghancurkan sebuah ilusi.
"Teknik Pembalikan" yang mampu memantulkan lima kali kerusakan mantra tunggal pun tampak mencapai batas maksimalnya, pecah seketika hanya setelah satu kali serangan.
Di langit, siluman seorang pria berambut putih dengan wajah ramah perlahan muncul, mengenakan mahkota suci dan memegang tongkat kerajaan platinum.
“Benediktus III!” Ekspresi Douglas sangat serius.
