Dalam efek Penghentian Waktu yang kelabu, tiba-tiba muncul kilatan keperakan! Sebuah jam pasir kuno terbang dari pelukan Rhine, diukir dengan pola bulan purnama, separuh bulan, dan sabit!
Seiring mengalirnya sebagian pasir keperakan di dalamnya, efek Penghentian Waktu tiba-tiba menghilang, sementara pasir itu sendiri berubah menjadi serbuk.
Pantas disebut pengamat dengan koleksi berharga!
Namun saat itu, "Douglas" telah melemparkan "Blaze Abadi". Lucien yang baru pulih dari perlambatan hanya sempat menyalurkan seluruh Kehendak hasil konversi energi spiritual dan kekuatan darahnya ke "Perisai Kebenaran", menjadikannya tameng bagi diri mereka dan Rhine.
Boom!
Suhu tinggi yang mengerikan dengan cepat menyublimkan ubin kelabu dan gelombang kosong dari Perisai Kebenaran. Badai energi yang seolah mampu membinasakan dunia langsung menerbangkan Lucien beserta perisainya ke belakang.
Hanya beberapa detik, perasaan aneh Lucien dan Rhine seolah berada di dunia yang berbeda langsung menghilang. Gelombang kosong di sekitar mereka tep tep pecah berantakan. Permukaan "Perisai Kebenaran" yang mungil dan sucipun menunjukkan jejak mengerikan akibat diterjang badai, seolah tak lama lagi akan rusak total.
Sementara itu, "Jubah Arkanis Agung" milik Lucien merasakan suhu tinggi dan badai energi yang menyusup masuk. "Kulit Elemen" terstimulasi, "Penyerap Mantra" teraktifkan, dengan ganas menelan dan menahan serangan yang datang.
Tiba-tiba, jas merah Rhine memancarkan cahaya hitam samar, bagaikan malam paling gelap dan pekat, menimbulkan rasa kagum dalam hati dan membuat orang tanpa sadar memuji.
Cahaya hitam ini menyebar keluar, sedikit mengubah bentuk suhu tinggi, badai energi, dan badai neutron yang bocor ke dalam, mengubah arahnya. Pada saat yang sama, bayangannya menjadi samar seperti kabut yang mengaburkan, membungkus Lucien, lalu menyusup ke dalam "mimpi".
Di dalam kilatan cahaya yang tak terbayangkan terang dan suhu super tinggi dari inti ledakan "Blaze Abadi", Perisai Kebenaran, Lucien, dan Rhine menyublim dengan cepat, seolah terbangun dari mimpi indah.
"Mimpi Nyata"! "Penjelajah Malam"! Dua bakat utama vampir!
Ledakan yang bergulung-gulung menghancurkan seluruh aula, merobek dinding kelabu dan gerbang hitam di sekitarnya menjadi serpihan. Butiran cairan kuning darah menetes dari aula dan gerbang, lalu cepat menyublim.
"Setelah ledakan mereda, dinding kelabu di sekitarnya seolah memiliki vitalitas dan mulai bergerak-gerak, memperbaiki segala kerusakan sendiri. Tak lama kemudian, tempat ini kembali sama persis seperti sebelumnya, hanya pola sihir keperakan di tanah yang telah menghilang."
……
Di aula kelabu lainnya.
Tiba-tiba di langit kosong muncul bayangan Rhine dan Lucien. Dengan suara "plak", keduanya tidak bisa mengendalikan diri dan terjatuh hingga seluruh tubuh terasa sakit.
"Aku tidak mati? Bahkan bertahan dari bom hidrogen!" Rasa sakit membuat Lucien benar-benar menyadari dirinya masih hidup. Dalam kejutan, hatinya tidak menggunakan sebutan "Blaze Abadi", melainkan panggilan yang paling ia biasakan dan kenali - "bom hidrogen"!
"Batuk." Rambut Rhine sedikit berantakan, namun ia tetap mengeluarkan saputangan putih dan menutupi mulutnya. Batuk hebatnya baru berhenti setelah beberapa saat, memulihkan kemampuan berbicaranya, "‘Blaze Abadi’ yang kamu ciptakan benar-benar sihir ampuh untuk mengendalikan mayat hidup. Meski ada perlindungan Perisai Kebenaran dan ‘Pujian Malam’, aku tetap merasa lemah secara misterius. Satu dua jam ke depan mungkin tak bisa menggunakan banyak tenaga."
Ini masih berkat kemampuan pemulihan Pangeran Vampir yang luar biasa. Bila vampir lain yang mengalaminya, kulit mereka pasti melepuh seperti terbakar dan sulit sembuh dalam waktu lama.
"Night's Praise?" Lucien melirik mantel merah Rhine, di mana kegelapan yang dalam dan tenang masih mengalir di permukaannya. Tampaknya ini adalah zirah kulit legenda terkenal bangsa vampir yang karena alasan tak diketahui jatuh dari benda legenda tingkat empat sempurna menjadi zirah kulit epos tingkat tiga tinggi. Tanpa pertahanan darinya, Rhine dan dirinya mungkin akan menerima luka yang jauh lebih parah.
Memikirkan ini, Lucien melihat ke Perisai Kebenaran di tangannya. Permukaan perisai hitam dengan pola indah itu dipenuhi bekas luka dalam, banyak bagian yang menyublim menjadi lubang-lubang. Jelas bahwa benda ini untuk sementara tidak bisa digunakan.
Ini membuat Lucien sedikit lega. Rupanya perisai itu belum benar-benar hancur, kalau tidak hatinya akan sangat sakit. "Perisai Kebenaran" sebagai benda legenda pertahanan khusus tingkat tinggi benar-benar tidak ada penggantinya!
“Pantas disebut Perisai Kebenaran, benda legenda tingkat tiga lainnya pasti sudah menyublim sepenuhnya.” Rhine waspada mengamati gerbang hitam di sekeliling, berdasarkan pertemuan sebelumnya, monster tidak akan muncul tiba-tiba di aula kelabu melainkan melalui gerbang yang terbuka saat bertemu target. Tentu saja, ini mungkin juga selera humor aneh si monster.
Lucien membelai permukaan tidak rata "Perisai Kebenaran": "Prinsip pertahanannya memang berbeda dengan yang lain, makanya bisa selamat."
Dalam hati dia menambahkan diam-diam: Kita juga baru bisa bertahan hidup karenanya.
"Blaze Abadi" adalah serangan berjangkauan luas, efek pemicu mantranya mungkin tidak mencapai batas area.
Sambil berbicara, Lucien mengeluarkan pondok alkimia mini berwarna emas gelap dari tas penyimpanan dan melemparkannya ke depan.
Bangunan kecil itu membesar dengan cepat, berubah menjadi laboratorium sihir lengkap dengan platform alkimia yang komplit.
“Platform alkimia portabel?” Rhine yang sudah pulih kemampuan bergeraknya, memandang penasaran laboratorium sihir ini.
Lucien mengangguk: "Dalam petualangan ke dunia mayat hidup ini, kami sudah melakukan berbagai persiapan, seperti menghadapi situasi peralatan yang rusak..."
Kali ini, Lucien tidak akan seperti terpaksa masuk ke dimensi alternatif sebelumnya, yang membutuhkan waktu lama mencari material untuk memperbaiki barang sihir. Sebaliknya, dia sudah menyiapkan bahan reparasi sesuai peralatannya.
"Kita tidak punya waktu untuk berlama-lama, monster bisa datang kapan saja." Kondisi Rhine tidak selemah tadi, setidaknya sayap kelelawar di punggungnya sudah bisa dikembangkan.
Dengan tersenyum, Lucien mengeluarkan material wajib untuk memperbaiki "Perisai Kebenaran", melemparkannya ke laboratorium sihir portabel. Kemudian dia menaruh "Perisai Kebenaran" yang rusak di platform alkimia, menyampaikan prosedur dan permintaan reparasi secara singkat melalui koneksi mental: "Kumohon, Pittsburgh."
"Tidak masalah, Tuan. Perbaikan seharusnya selesai dalam setengah hari." "Laboratorium Sihir" mengeluarkan suara riang yang jernih.
Rhine menggerakkan sudut bibirnya: "Rupanya makhluk alkimia yang khusus membantu pembuatan."
"Pittsburgh, adik Tower Spirit-ku Pinokio. Makhluk alkimia khusus yang dikembangkan bersama Tuan Klaus. Kecuali kerusakannya parah, bahkan benda legenda pun bisa diperbaiki. Ini menghemat banyak waktu penyihir, terutama saat petualangan." Lucien memperkenalkan Pittsburgh. Saat menyebut Klaus, hatinya terasa pedih.
Rhine memasukkan saputangan ke saku, bertanya dengan bingung: "Pittsburgh adik Pinokio? Mereka punya nama keluarga yang sama?"
"Hehe." Lucien tentu takkan mengaku bahwa ini murni karena humor keringnya muncul, sehingga memberi nama seperti itu.
Setelah mengecilkan "laboratorium sihir" dan memasukkannya ke dalam tas penyimpanan, Lucien menatap aula kelabu yang tak berubah lalu mulai mengumpulkan parameter lingkungan untuk menghitung koordinat terkini guna menentukan posisinya. Tanpa Perisai Kebenaran, dia memilih untuk tidak berubah menjadi Ksatria Epik lagi, melainkan menyimpan Pedang Kebenaran dan bersiap menghadapi bahaya dengan sihir.
Tiba-tiba ekspresi Lucien berubah: "Kita sangat dekat dengan posisi terakhir yang direkam Tuan Maskelyne? Apakah kita sudah masuk begitu dalam ke 'dunia gerbang'?"
"Ini kebetulan yang menyedihkan. Dalam kondisi seperti itu aku tak bisa mengendalikan arah Penjelajah Malam. Aku pernah berharap bisa langsung sampai di dekat Tungku Jiwa, tapi hasilnya..." Rhine mengangkat tangan dengan pasrah, menunjukkan permintaan maaf yang elegan.
"Apakah Tuan juga mendengarkan 'Suara Misteri'?" Lucien menangkap gaya bahasa khas siaran "Suara Misteri" dari cara Rhine merangkai kalimat.
Sambil berbicara, dia terus melakukan pemeriksaan sihir pada gerbang hitam besar yang siap didorongnya.
Rhine merapikan rambut perak panjangnya, terkekeh: "Program yang menarik, Lucien. Kau mau pergi ke lokasi koordinat terakhir yang ditinggalkan Maskelyne?"
Dia telah berbagi metode kalkulasi pola perubahan koordinat dari Lucien.
"Ya. Untuk mencapai pintu masuk dari sini, kita harus melewati 40-50 aula kelabu. Dengan jarak sepanjang itu, hampir mustahil menghindari 'monster itu'. Dalam kondisi kita sekarang, kecil kemungkinan bisa kabur dari cengkeramannya." Lucien menatap gerbang hitam di depannya, "Karena itu, lebih baik kita menuju lokasi yang sengaja ditinggalkan Tuan Maskelyne. Mungkin ada catatan atau peninggalan yang bisa mengungkap rahasia monster itu, memberi kita seberkas harapan!"
Semakin sulit, semakin berbahaya, semakin putus asa situasinya - semakin berkobar semangat Lucien. Dia menolak menyerah, bahkan dalam maut sekalipun. Lebih baik mati di jalan meraih kesempatan daripada tunduk pada takdir!
“Aku akan mencekik leher monster itu!” Lucien berbisik memberi semangat pada diri sendiri, "Tangan Penyihir"-nya mengerahkan gaya, gerbang perlahan terbuka.
Kabut abu-abu menyapu pandangan Lucien. Di balik gerbang ternyata bukan aula kelabu, melainkan padang tandus berwarna senada yang dipenuhi nisan serupa!
Padang belantara suram ini terlihat damai namun tak bertepi, bagaikan dunia kematian yang nyata.
"Di balik gerbang mungkin tersimpan kejutan..." Rhine bersemangat mengulang isi kertas remuk, pantas disebut pria berjuluk "Pengamat" yang penuh minat pada hal-hal misterius, "Rupanya di balik gerbang hitam besar tak hanya ada aula kelabu, tapi juga dunia mirip dimensi alternatif yang menyimpan segalanya mulai dari harta berharga hingga bahaya yang tak terbayangkan."
Lucien menyeringai kesakitan: "Dunia yang misterius, tapi padang belantara penuh nisan ini mirip dengan semiplanar 'Tanah Peristirahatan' milik Sang Penguasa Arwah Vinsent."
"Mungkin dunia di balik pintu adalah berbagai tanah kematian, bahkan mungkin kita bisa melihat 'replika' dari sembilan lapisan Neraka." Rhine mengira kemungkinannya.
Lucien hendak melangkah, tiba-tiba teringat sesuatu: "Kalau monster itu bisa menemukan kita dengan tepat, mengapa butuh waktu begitu lama untuk mengejar kita?"
"Saat dikejar monster sebelumnya, aku sama sekali tak punya waktu bernapas. Terpaksa memanggil kekuatan leluhur. Hehe, mungkin dia sedang menghadapi orang lain sekaligus, jadi sulit meluangkan waktu... Sangat mungkin hanya ada satu monster." Rhine mengingat-ingat kondisi sebelumnya.
"Mari kita segera temukan 'peninggalan' Tuan Maskelyne dan kawan-kawan." Setelah memberi diri lapisan pertahanan ruang dengan "Tongkat Ruang-Waktu", Lucien terbang masuk ke dunia yang dipenuhi nisan.
……
Di aula kelabu yang masih utuh, Douglas dan Fernando muncul dengan kilatan cahaya, masing-masing terlihat agak terburu-buru tapi masih dalam kondisi normal.
"Transformasi menjadi Lucien tidak menunjukkan keanehan, perubahan menjadi Benediktus III juga hampir tanpa celah. Tampaknya di sini bersembunyi monster yang sangat misterius." Fernando masih memancarkan aura mengintimidasi, tidak kehilangan semangat meski harus kabur terburu-buru.
Douglas termenung berkata: "Tapi kekuatan yang ditunjukkannya hanya sedikit di atas 'Ivan' yang menggunakan Sihir Berkat Ilahi, belum mencapai tingkatan Benediktus III. Kalau tidak, kita tidak mungkin bisa kabur dengan lengkap seperti ini."
Meski belum pernah bertarung dengan Benediktus III, dia pernah mengalami perang besar dengan Benediktus II. Tanpa menggunakan Sihir Ilahi, kedua Paus itu seharusnya berada di tingkat standar yang sama.
“Tadi kita memang agak panik, kalau tidak, tidak perlu kabur buta seperti ini. Sebenarnya bisa saja bertempur sebentar untuk mencari kesempatan mundur ke pintu masuk.” Fernando mengevaluasi performa sebelumnya, tidak puas dengan dirinya sendiri.
Douglas menghitung koordinat, membuka sebuah gerbang besar dengan sihir: “Sekarang masih sempat kembali. Kamu tinggalkan tanda rahasia untuk Lucien.”
Meski menurutnya sulit bagi Lucien untuk selamat dari serangan monster yang mendekati mirip dewa, dia tetap berusaha menyelamatkannya.
Gerbang terbuka, di baliknya terhampar cahaya musim semi yang cerah tapi tanpa jejak kehidupan. Tujuh kurcaci tanpa kepala mengusung peti mati kelabu menuju hutan.
